Quantcast
Channel: Sex – Gadis Kepo
Viewing all 20 articles
Browse latest View live

Pelajaran Seks Untuk Anak Tetangga

$
0
0

Kejadian ini terjadi di pertengahan bulan Januari 2004.

Malam itu aku pulang lebih malam dari biasanya. Rapat di kantor yang berkepanjangan dan bertele-tele membuat aku cape setengah mati. Masuk ke kamar tidurku, aku membuka jas kantorku disusul dengan melorotkan rokku dan menjatuhkannya ke lantai begitu saja.

Sambil berjalan ke arah lemari pakaian, aku membuka kancing-kancing blusku. Tepat di depan lemari pakaian aku melepaskan blusku dan menjatuhkannya ke lantai pula. Aku membuka lemari pakaianku. Sejenak aku memilih-milih pakaian dalam yang akan aku pakai. Akhirnya pilihanku jatuh pada celana dalam satin tipe thong warna kuning muda dan bra tanpa tali bahu yang berwarna sama.
Kulemparkan celana dalam dan bra ke atas tempat tidurku. Setelah itu, aku menuju ke kamar mandi yang terletak di dalam kamarku.

Di dalam kamar mandi, aku membuka celana dalamku yang berwarna putih dan bra yang berwarna sama yang kukenakan sejak pagi. Kubiarkan saja tergeletak di lantai kamar mandi. Aku segera masuk ke dalam tempat shower dan mandi. Hanya dengan mandi yang bersih yang bisa mengusir segala kepenatanku seharian di kantor. Saat menyabuni badanku, aku menyabuni bagian payudara dan vaginaku agak lama. Aku menikmati sensasi saat kedua bagian tubuhku itu tersentuh, walaupun oleh tanganku sendiri. Tak lama kemudian acara mandiku berakhir. Aku kemudian keluar dari tempat shower dan menggapai handuk yang selalu tergantung di belakang pintu kamar mandiku. Dengan handuk itu, aku mengeringkan tubuhku.

Kembali ke kamar tidur, aku kemudian mengambil pakaian dalam yang di taruh di atas tempat tidur dan kupakai. Setelah itu, handuk yang kupakai kuhamparkan di sandaran kursi yang ada di kamarku. Aku membaringkan diriku ke atas tempat tidur. Bagian tubuhku yang tidak terutup oleh bra dan celana dalam yang kupakai, langsung menyentuh lembutnya sprei tempat tidurku. Aku memutuskan untuk beristirahat.

Saat baru saja hendak terlelap, aku mendengar suara bel pintu. Aku kemudian bangkit dari tempat tidurku dan menggapai jubah tidur satinku yang berwarna merah muda yang tergantung di balik pintu kamarku. Sambil berjalan ke arah pintu depan, aku memakai jubah tidurku dengan terburu-buru. Hal ini tentu saja menyebabkan pada bagian dada tidak tertutup dengan rapi. Langkah-langkah kakiku menyebabkan celana dalamku terlihat dari belahan jubah tidurku yang panjangnya hanya sepaha. Aku tidak perduli, aku hanya berpikir siapa yang datang.

Saat aku membuka pintu, aku melihat seorang anak laki-laki berumur 14 tahun. Dia adalah anak dari tetangga di depan rumahku. Ditangannya dia membawa sebuah kotak. Pertama-tama sepertinya dia terkejut melihat penampilanku sebab dia bisa melihat sebagian bra yang tidak tertutup oleh jubah tidurku.

“Ryan, ada apa, sayang?” tanyaku.
Dengan agak gelalapan dia menjawabku,
“Anu Tante, ini ada titipan dari Mama..”
“Apa ini? “, tanyaku.
Sambil menyodorkan kotak yang dibawanya, dia berkata,
“Cuma kue saja.”
Aku kemudian mengambil kotak itu dari tangannya dan mempersilahkan dia masuk.
“Mama kemana?”, tanyaku.
“Keluar sama papa. Mungkin agak malam baru pulang, soalnya mau ngurusi pesta”
“Pesta apa?”
“Perayaan ulang tahun perkawinan yang ke 25”
“Oh begitu..”

Aku kemudian mempersilahkan dia duduk di kursi ruang keluargaku. Aku kemudian mengambil air dari dapur dan membawanya keluar.
“Ini silahkan di minum..”
“Terima kasih, Tante..”
Aku tersenyum kecil, sebab sewaktu aku menaruh air tadi ke meja, aku melihat kalau matanya melirik ke dalam jubah tidurku, tepat ke arah buah dadaku yang tertutup oleh braku. Diam-diam aku berencana untuk menggoda anak ini. Aku kemudian duduk di sebelahnya. Sejenak kemudian, anak itu aku ajak berbincang-bincang. Sebetulnya anak itu duduknya tidak tenang, tetapi aku pura-pura tidak memperhatikannya, sampai suatu ketika dia berkata,
“Anu Tante, bra Tante bagus ya..”

Aku tersenyum kecil. Dalam hatiku aku bersorak gembira. Anak ini memperhatikanku.
“Memangnya bra Mamamu tidak bagus? “, tanyaku.
“Ngak sebagus punya Tante”
“Lho, pernah ngintip Mamanya ya..,” godaku.
Dengan muka yang agak kemerahan dia berkata,
“Bukan gitu kan tahu dari jemuran..”
“Kalau gitu cuma tahu branya aja? Celana dalamnya?”
“Celana dalam juga”
“Kalau gitu bagusan mana dengan punya Tante?”
Aku kemudian mengangkat sedikit jubah tidurku. Celana dalamku terlihat dengan jelas oleh anak itu. Dengan muka yang tambah merah, Ryan menjawab,
“Punya Tante jauh lebih bagus. Punya Mama potongannya biasa saja. Warnanya pun paling putih. Punya Tante bagus sekali ..”
Aku tersenyum dan terus bertanya,
“Pernah lihat Mama hanya pakai bra sama celana dalam?”
Anak itu menggeleng,
“Belum ..”
“Mau lihat kalau Tante yang pakai?”

Anak itu menganggukkan kepalanya. Aku segera berdiri. Sambil tersenyum aku melepaskan jubah tidurku. Kini di depannya aku hanya mengenakan bra dan celana dalam saja.
“Bagaimana? ..”
“Tante kelihatan cantik. Kayaknya Mamanya Ryan kalah deh”
“Hush .. masa Mamanya Ryan kalah?”
“Benar, Tante.. Tante cantik sekali..”
Aku kembali duduk di sofa. Kali ini aku bertanya lebih berani,
“Kamu pernah lihat payudara yang tidak tertutup bra?”
“Ngak pernah”
“Mau lihat?”
Dengan muka memerah, dia mengangguk kecil. Sambil tersenyum aku melepaskan kait braku. Setelah lepas, braku kuhamparkan di samping sofa. Payudaraku terpampang untuknya. Mulut anak itu terngangga sedikit.
“Tante betul-betuk cantik”, hanya itu komentarnya. Matanya terus saja menggerayangi kedua payudaraku. Aku tambah nakal, lalu bertanya,
“Mau Tante telanjang sekalian?”

Dia mengangguk pula. Aku melepaskan celana dalam yang kupakai. Setelah itu, kubuka kedua kakiku. Vaginaku beserta bulu-bulunya terlihat olehnya. Kini seluruh tubuhku bebas dinikmati oleh anak itu. Matanya tak henti-hentinya melalap semua bagian tubuhku. Sebentar-sebentar terlihat sepertinya dia tidak tahan untuk tidak menyentuh tubuhku, tetapi karena dari aku tidak ada tanggapan, maka dia hanya bisa menahan saja.

Setelah agak lama, aku kembali berusaha mencairkan suasana dengan obrolan yang lain. Mungkin karena tubuhku dalam keadaan telanjang, anak itu sepertinya kurang menanggapi. Akhirnya setelah beberapa saat, aku mengingatkannya agar segera pulang. Aku mengambil kembali celana dalam, bra dan jubah tidurku dan memakainya kembali di depan anak itu.

Saat hendak keluar pintu, anak itu berkata kepadaku,
“Tante, terima kasih ya. Tante betul-betul cantik”
Aku tersenyum saja. Dia meneruskannya,
“Maukah Tante merahasiakannya untuk kita berdua saja?”
Sambil tersenyum aku mengangguk. Anak itu tersenyum juga. Dengan langkah yang riang, dia kembali ke rumahnya. Aku segera mengunci pintu dan kembali ke kamarku. Aku kembali melepaskan jubah tidurku. Hanya dengan mengenakan bra dan celana dalam, aku membaringkan tubuhku ke tempat tidur.

Peristiwa tadi membuat aku sangat gembira sekaligus terangsang. Aku kemudian mengambil penis dari karet dari laci tempat tidurku. Aku membuka bra dan celana dalamku dan membaringkan tubuhku yang telanjang kembali ke ranjang. Penis karetku kumasukan ke liang vaginaku dan kugerakkan maju mundur. Pikiranku kupenuhi dengan adegan dimana aku menelanjangi diri di depan anak itu. Nafsuku yang semakin memuncak akhirnya membuatku orgasme. Setelah mengalami orgasme berkali-kali, aku serasa tidak punya tenaga untuk melakukan apa-apa lagi. Dengan tubuh telanjang yang terkulai lemas dan penis karet yang tertancap di liang vaginaku, aku tertidur dengan pulas sampai pagi.

Sejak hari itu, anak tetanggaku selalu ke rumahku bila kedua orang tuanya pergi. Tentu saja setiap kali datang, aku selalu memamerkan pakaian dalam yang aku pakai dan tubuh telanjangku. Pernah satu dua kali aku membiarkannya melihatku sedang mandi. Selain itu, anak itu mulai berani meminjam pakaian dalamku untuk dipakai dan dimainkan. Kalau bertamu ke rumahku, dia akan meminjamnya dan memakainya selama di rumahku. Saat pulang, barulah dia memakai kembali pakaiannya. Tentu saja biasanya pakaian dalam yang dipakainya ikut dipakai ke rumah juga. Biasanya dikembalikan saat bertamu berikutnya. Aku memikirkan kalau bisa aku ingin memotret anak itu dengan memakai pakaian dalamku. Pasti terlihat sexy dan lucu.

Selain untuk masturbasi di kamar, dia mengaku kalau sering memakainya ke sekolah apalagi saat ujian, pikirannya lebih encer. Aku sendiri agak heran juga, bagaimana kalau teman-temannya mengetahui dia pakai bra di balik seragamnya, tetapi sepertinya dia bisa menyiasatinya.

Aku sangat senang kalau ternyata anak itu betul-betul mengagumiku, apalagi dia mau memakai pakaian dalamku. Aku tidak merasa jijik dengan laki-laki demikian, sebaliknya aku malah merasa senang.

Anak itu paling menyukai kumpulan g-stringku, tetapi aku tidak mengijinkannya untuk dipakai, sebab harganya mahal. Bagaimanapun juga aku takut jika g-stringku menjadi rusak karena dipakai olehnya. Tentu saja gaun dan jubah tidur tidak boleh juga. Koleksi string bikiniku yang bermacam-macam model dan warna adalah yang paling sering dibawa pulang selain celana dalam dan braku yang biasa aku pakai ke kantor sebab string bikini berbahan awet sedangkan pakaian dalam yang kupakai ke kantor tidak terlalu mahal.

Dalam hati diam-diam aku berharap suatu saat aku memperoleh kesempatan untuk mencicipinya, tetapi aku tidak boleh terlalu berani. Aku hanya berharap suatu saat dia akan memintaku untuk melayani nafsunya. Biasanya perasaan itu akan memuncak bila aku melihatnya memakai string bikiniku. Aku berharap bisa menyusui anak itu, walaupun tanpa air susu, hehehe.. Aku juga ingin mencoba kemaluannya yang masih tanpa bulu itu baik di mulut maupun di vaginaku. Aku belum pernah mencoba dengan anak yang belum dewasa. Mungkin rasanya akan berbeda, ya?

TAMAT


Memamerkan CD Ke Anak Tetangga Part 2 ( TAMAT )

$
0
0

Jilatannya di telapak kakiku semakin menggila, sehingga aku jadi kebelet pipis. Lalu kubilang, “Dek, kakak mau pipis dulu nih, udah kebelet.” Lalu entah karena dorongan setan mana, aku berpikir, “mungkin asik kalo mengencingi dia…”. Lalu aku membuka CDku dan mengangkangi wajah anak malang itu dan mulai mengencingi wajahnya. Dan tanpa
kusangka-sangka dia malah semakin mendekatkan wajahnya dan membuka mulutnya lalu meminum air kencingku yang waktu itu lumayan banyak dan deras. Dia begitu antusiasnya meminum air kencingku sampai-sampai dia menempelkan mulutnya di memekku dan meminum air kencingku langsung dari lubang pipisku. Dan ketika selesai aku bisa merasakan dia berusaha menyedot-nyedot memekku. Mungkin dia belum puas meminum air kencingku, namun itu malah memberikanku kenikmatan yang tiada taranya, dan entah kenapa kalau teringat fakta bahwa memekku dijilat sama anak berumur 7 tahun justru membuatku semakin terangsang. Dan kelihatannya dia juga sangat menikmati menjilat memekku yang kini sudah basah dengan air kencing dan ludah. Kami melakukan itu cukup lama sebelum selesai. Dan ketika mencapai orgasme aku menjambak rambutnya dan menekan wajahnya ke memekku sambil mendesah dengan keras.

Setelah itu akupun mengajaknya mandi dan membersihkan tubuhnya, sehingga tidak lagi tercium aroma kencingku di tubuhnya. Setelah selesai kami duduk lagi di ruang tv yang juga sudah kubersihkan sampai wangi. Akupun berkata, “Adek seneng gak kakak gituin tadi?” Dia pun hanya mengangguk dengan malu-malu dengan wajah memerah. “Kalo gitu ntar kapan-kapan kamu mau lagi gak?”, lagi-lagi dia hanya mengangguk. Lalu kulanjutkan, “Tapi jangan bilang-bilang sama siapa-siapa ya?” Lalu dia kelihatan bingung dan bertanya, “Emangnya kenapa Kak?”
“Soalnya kalo ketauan kita pasti dimarahin dan dihukum, emang kamu mau begitu?”
“Gak, kak. Tapi, benerkan kakak mau ngencingin Budi lagi?”, mendengar kata-kata dan nadanya yang polos, aku jadi bernafsu kembali. Lalu kutarik tangannya dan kucium bibirnya, setelah kulepaskan dia sebentar lalu aku berbisik di telinganya “iya kakak mau banget, tapi ada syaratnya”
“Apa kak syaratnya?”, lalu ,”Kamu harus nurutin semua yang kakak suruh ya?”, lalu dia menjawab setengah bercanda, “Wah kalo gitu Budi sama aja dengan budak kakak dong?” Dan lagi-lagi karena mendengar kata-katanya, nafsuku semakin menjadi-jadi, dan kukatakan padanya, “Iya, kamu jadi budak kakak, tapi kakak gak akan nyuruh kamu yang berat-berat kok. Kakak Cuma nyuruh kamu yang “enak-enak”.”
“Ya udah Budi mau Kak, Budi seneng banget bisa deket-deket cewek cantik seperti Kakak.”, Katanya sambil malu-malu.
“Halah kamu sok tau, masi kecil juga”, kataku sambil memeluknya dan kembali mencium bibirnya. Dan akupun mulai memasukkan lidahku ke mulutnya, dia pun menyambutnya dengan semangat dan mulai menghisap-hisap lidahku. Entah berapa kali dia memohon supaya aku meludah ke mulutnya, walaupun sudah cukup banyak ludahku yang ditelannya. Dia berkata “Kak, ludah kakak enak banget. Sama kayak air kencing kakak. Kalo Budi kayaknya, semua yang keluar dari tubuh kakak, Budi mau kak?”
“Ah masa”, kataku sambil meludah lagi ke mulutnya…

Lalu kamipun kembali membuka baju, namun kali ini aku juga ikut menjilat dan menghisap kontolnya yang masih imut itu. Dia ngerasa sangat kegelian sekaligus nikmat. Berkali-kali dia berhenti sambil menikmati isapanku di kontolnya. Setelah kami sama-sama puas (yah walaupun dia tidak sampai keluar, dan kayaknya dia masih belum bisa orgasme deh) kamipun duduk berdampingan di sofa tadi. Dan tiba-tiba dia minta lagi, namun kali ini dia ingin menjilatin dan menciumi anusku. Akupun sampai terkaget-kaget, dan kali ini bahkan dia sangat betah menjilati anusku, dan dia tetap melakukan itu sampai tiba waktu ibunya pulang dari jualan. Lalu dia mengucapkan terima kasih kepadaku, dan aku juga membalas ucapannya, lalu kubilang padanya, “Kakak gak tau, kamu sesuka itu dengan seluruh tubuh kakak. Laen kali kamu datang kemari, kamu boleh minta apa aja ke kakak, mau air kencing, ludah, keringat sampe tai kakak juga boleh”, kataku sambil bercanda. Lalu dia seperti terpana mendengar kata-kataku dan pulang sambil masih terdiam. Aku tahu dia sudah tak sabar menantikan pertemuan kami berikutnya. Begitu juga aku.

TAMAT

Memamerkan CD Ke Anak Tetangga Part 1

$
0
0
Hai namaku riska. Umurku sekarang 22 tahun. Aku memeliki kecenderungan sex yang sedikit berbeda. Aku merasa horny bila sedang mempertontonkan tubuhku. Dan masturbasiku pun menjadi jauh lebih nikmat apabila setelah mempertontonkan tubuhku. Biasanya, hanya celana dalamku yang kuperlihatkan ke orang lain, itu juga hanya ke anak kecil, yang berumur 16 tahun kebawah. Aku takut apabila mempertontonkan tubuhku ke pria dewasa, aku akan diperkosa nantinya. Nah, aku akan menceritakan eksibisi pertamaku, yang telah membuatku menjadi seperti ini…

Saat itu umurku masih 16 tahun, dan aku masih duduk di bangku sma. Aku tinggal di daerah yang rumahnya berdekatan. Dan orang-orang yang tinggal disitupun sangat bersahabat. Mereka saling membantu dan mempercayai satu sama lain. Yah seperti orang yang tinggal dikampung-kampung gitulah. Aku tinggal dirumah hanya bertiga dengan kedua orang tuaku, karena aku anak tunggal. Orang tuaku pun sering pergi ke luar kota untuk pekerjaannya dan akupun tinggal sendirian di rumah. Mereka tidak takut meninggalkan aku sendirian karena daerahnya yang sangat bersahabat…

Waktu itu aku baru saja pulang dari sekolah dan sedang nonton tv di ruang tengah ketika pintuku diketuk seseorang. Ketika kubuka, ternyata bu Murni yang tinggal disebelah rumahku bersama anaknya.
“Ris, ibu boleh minta tolong gak?”, tanyanya.
“Mau minta tolong apa bu?”
“Ini lho, ibu mau pergi jualan, trus gak ada yang jagain si Budi . Boleh gak ibu titipin si Budi disini?”, Pintanya.
“Loh kan biasanya yang jualan si Deni, emang si Deni kemana bu?”
“Si Deni kan tahun ini sudah SMA, ibu gak mau mengganggu sekolahnya, jadi mulai sekarang ibu yang pergi jualan. Lagi pula tantenya lagi gak di rumah, ibu gak tau lagi nih, mau ditip kemana”, katanya.
“Ooh gitu ya bu, ya udah ga papa, asal si Budi nih gak rewel aja Bu”, candaku.
“Aah tenang aja, si Budi ini penurut kok, lagian dia gak akan berani melawan kamu. Dia kan malu banget kalo dekat-dekat cewek”, kata bu murni sambil tertawa. Dan memang si Budi tuh sangat pemalu anaknya, padahal wajahnya lumayan cakep walaupun masih 7 tahun umurnya. Dan akhirnya setelah berbasa-basi sebentar bu Murni pun meninggalkan kami berdua…

Akupun berusaha membuat si Budi merasa nyaman dengan mengajaknya ngobrol, tapi gagal karena dia hanya menjawab singkat semua pertanyaanku kepadanya. Kayaknya sih dia emang bener-bener pemalu anaknya. Atau mungkin juga dia merasa grogi karena wajahku yang cantik ini. Walaupun badanku termasuk pendek, tapi aku memiliki tubuh yang cukup bagus, dan sudah memiliki bentuk tubuh seorang wanita dewasa. Apalagi kulitku putih. Namun karena gaya dan tingkahku yang agak kekanak-kanakan, belum ada cowok yang mau mendekati aku. Biasalah, anak SMA kan selalu sok dewasa, jadi gak pernah ada cowok yang ngerasa cocok denganku. Semua cowok yang ngedeketin aku ujung-ujungnya menganggapku sebagai adik.

Akhirnya, setelah usahaku mendekatkan diri dengan si Budi gagal, aku hanya memberinya majalah anak-anak yang masih aku baca sampe sekarang dan aku nonton tv di dekatnya. Awalnya dia keliatan asik dengan majalahnya. Namun setelah beberapa lama dia keliatan gelisah, dan terus-terusan memandang ke arahku. Tadinya kupikir dia hanya bingung mau ngapain, tapi setelah kuperhatikan ternyata di memandang ke bawah rokku yang memang bakal kelihatan karena dia duduk di lantai di depanku, sedangkaan aku duduk di sofa dan tanpa sadar mengangkangkan kakiku. Tadinya begitu sadar aku ingin langsung menutup kakiku. Tapi setelah melihat dia yang gelisah dengan wajah yang (sangat) memerah aku menjadi merasakan sesuatu yang berbeda. Entah kenapa walaupun aku merasa malu celana dalamku dilihat orang lain, aku justru menyukai perasaan malu itu. Dan wajahkupun mulai terasa panas dan jantungku berdebar dengan kencang. Dan akhirnya aku memutuskan untuk membiarkannya melihat celana dalamku Aku berusaha tidak memandang wajahnya lagi agar dia leluasa mengintip celana dalamku. Semakin lama aku semakin melebarkan kakiku. Dan setelah semakin terangsang dengan pertunjukan ini, aku pun menyuruhnya duduk mendekat kearahku, dan dia pun menurut tanpa banyak tanya. Lalu aku menarik meja yang ada dibelakang dia. Sehingga dia duduk diantara sofa dan meja yang posisinya sekarang sudah merapat.

Kini dia duduknya sangat dekat denganku, bahkan lututku berulang kali menyentuh kepalanya, namun kali ini dia duduk menghadap kedepan, karena dia tidak berani lagi mengintip celana dalamku dengan jarak sedekat itu. Aku pun mengajaknya bercakap-cakap sehingga memberinya alasan untuk melihat kebelakang dan aku bisa melihat dia menatap celana dalamku. Dan akupun semakin bergairah, bahkan mungkin dia bisa melihat celana dalamku mulai basah kena cairan memekku. Aku pun berusaha menahan keinginan bermasturbasi yang memang sudah cukup sering kulakukan, dengan susah payah. Lalu akupun menjadi semakin berani dengan menarik rokku sampai paha sehingga cdku semakin terpampang jelas. Belum puas dengan itu, aku menaikkan kakiku yang satu ke meja, dan yang satu lagi aku lebarkan selebar-lebarnya. Sehingga sekarang posisinya aku mengangkang tepat didepan wajahnya. Si Budi kelihatan semakin gelisah dan kadang dia menatap cdku cukup lama, dan kalau dia melakukan itu, aku membelai-belai rambutnya sambil tersenyum semanis yang aku bisa. Lalu akupun menyuruhnya untuk lebih mendekat lagi, namun kali ini aku menyuruhnya untuk duduk menghadapku dengan alasan tidak sopan membelakangi orang yang sedang berbicara dengan dia…

Dia memutar tubuhnya perlahan dan kulihat tubuhnya bergetar dengan kentara. Dan ketika dia mengahadapku dia tak bisa memalingkan wajahnya dari celana dalamku, dan pahaku yang putih mulus itu. Setelah itu aku menarik meja itu semakin rapat, dan kunaikkan kedua kakiku ke atas meja. Sehingga kali ini kepalanya berada diantara kedua pahaku. Kali ini aku menarik rokku sampai atas sehingga sekarang celana dalamku bisa terlihat bebas. Dia tidak bertanya kenapa kulakukan itu, mungkin emang karena sifatnya yang pemalu. Aku sudah benar-benar bernafsu kali ini, dan mungkin dia pun juga. Saking nafsunya, aku meletakkan kedua kakiku di pundaknya dan menggesek-gesekkan pahaku kewajahnya. Aku bisa melihat dia seperti tidak terpana, namun amat menikmati sentuhan pahaku dan menggerakkan wajahnya kesamping agar bibirnya menyentuh pahaku, aku pun semakin menggila karena terkena bibirnya yang hangat dan basah di pahaku. Dia juga tidak keberatan ketika aku menarik kakiku dan menempelkan telapak kakiku di wajahnya. Lalu kusuruh dia membuka mulutnya, lalu kumasukkan jempol kakiku ke bibirnya yang mungil. Dia pun langsung mengemut jempol kakiku dengan gemas, dan menjilat-jilat telapak kakiku.

bersambung ……

Dinda Kirana XXX

$
0
0

Dinda Kirana, seorang artis yang masih sangat muda belia. Umurnya baru 16 menuju 17 tahun. Sebelumnya, dia hanya model iklan dan figuran di beberapa film dan ftv, tapi namanya langsung melejit ketika dia bermain sebagai Baby di sinetron Kepompong. Peran Baby sebagai gadis ABG yang imut, manja, modis, namun

Cerita Dewasa – Dinda Kirana

agak lemot membuat semua orang yang menonton Kepompong begitu gemas dengannya. Wajahnya memang cantik nan imut. Sebuah wajah yang benar-benar sedap dipandang. Apalagi pipinya yang sedikit gembil. Hari ini hari sabtu, hari biasa bagi Dinda untuk atletik yang diwajibkan dari sekolahnya. Dia sampai di tempat yang biasa digunakan sekolahnya untuk tempat atletik. Dia berjalan ke gerbang. “eh itu kan kak Baby yang maen Kepompong !”, teriak salah satu anak perempuan yang kelihatannya masih SMP. “kak Baby kak Baby..tunggu sebentar dong”. “iyaa ?”, dia menengok ke anak itu sambil tersenyum. “boleh foto bareng gak ? aku ngefans banget sama kakak. boleh yah ? yah ?”. “boleeh..”. Kalah gue, masa anak kecil, hpnya BB, pikir Dinda. “sama minta tangannya dong, kak ?”. “oke, kakak tanda tangan dimana nih ?”. Anak itu kebingungan mencari-cari di dalam tasnya. “di sini aja, kak…”. “nah udah..”. “tambahin for Hana dong, kak”. “naah, udah nih..”. “waah makasih banget, kak..oh iya aku boleh minta satu lagi nggak, kak ?”. “apa ?”. “boleh nyubit pipi kakak nggak ? aku gemes bangeet”. “oh yaudah boleh”. “eemmmm gemeeess. makasih ya, kak. kakak baik banget..”. “iyaa, sama-sama..”. Sambil tersenyum, Dinda melambaikan tangannya. Setelah itu, dia menuju lapangan sambil mengelus-elus kedua pipinya, lumayan sakit dicubit kencang tadi. “eii Din ! di sini !”. Dinda berjalan menuju temannya itu. “baru dateng lo, Din ?”. “iyaa, gue kesiangan bangunnya. lo udah dari tadi ?”. “nggak, gue juga baru dateng hehe”. “yee, gue kira udah dari tadi lo..”. Dinda duduk di samping temannya, Karina. “lari sekarang yuk ah, Rin..”. “ayu deh..”. Mereka berdua dengan 3 orang lainnya pun mulai berlari mengelilingi lintasan lari. Meski cuma lari santai, tapi kedua kemasan susu Dinda berguncang naik-turun dengan indahnya. Setiap pria langsung memandanginya yang terus berlari. Mata mereka tertuju pada dada seorang Dinda Kirana. Sungguh sepasang buntalan daging yang berguncang dengan begitu indah. Dinda bukannya tak menyadari kalau dia menjadi pusat perhatian, dia hanya pura-pura tak tahu. Wajahnya memerah setiap ada pria yang iseng menggodanya atau menyiulinya. “dari tadi banyak yang godain lo, Din. cie cie”. “iih, apaan sih lo, Rin..”, ujar Dinda mencubit pinggang Karina yang langsung mengaduh kesakitan. Untuk urusan berpakaian, Dinda memang tomboy, tak seperti perannya sebagai Baby yang selalu modis dan feminim. Namun sifat Baby yang manja dan polos memang ada di dirinya. Dia masih malu-malu jika digoda cowok. Padahal dia mempunyai wajah yang cantik dan imut dan dia juga berstatus artis yang sedang naik daun, harusnya dia tak perlu malu-malu. Karina pun sering meledeknya yang malu-malu terhadap cowok. Meski banyak yang bilang wajahnya cantik dan ngegemesin, tapi Dinda tetap saja grogi berduaan dengan cowok karena merasa dirinya tidak menarik. “huf huf, finish juga”. Mereka berdua mengatur nafas sambil meminum minuman mereka masing-masing. “hai Din, Rin..”. “eh Edo..baru dateng ?”. “nggak, udah dari tadi”. Edo adalah salah satu pesaing dari beberapa pria yang mendekati Dinda. Pastilah bangga punya pacar seorang artis yang cantik dan imut. “Din..lo udah sarapan belum ?”. “ng..belum”, jawab Dinda singkat. “kalo gitu kita sarapan yuk ?”. “ah..ng..nggak usah, gue udah janji ma Karina..”. “ha ? janji apa ?”, tanya Karina kebingungan. “aww..iyaa, dia mau maen ke rumah gue”, jawab Karina cepat setelah pinggangnya dicubit Dinda. “gue boleh ikut gak ?”. “ha ? masa lo mau ke rumah gue pagi-pagi ? kalo dia sih gak apa-apa. nah lo cowok, masa main ke rumah gue pagi-pagi ?”, balas Karina agak nyolot. “oh yaudah deh..”. Edo pun meninggalkan mereka berdua. “sori, Rin. tadi gue nyubit lo. abisnya lo gak langsung konek sih tadi”. “iya, tapi sakit tau ! nih gue bales !”. “aww..sakit !!”. “makanya jangan asal nyubit orang”. “iih gemes gue kalo lo cemberut”. “adu du duh”, pipi Dinda dicubit kecil oleh Karina. “Rin, gue pulang duluan ya ? gue udah lapeeer hehe”. “oh yaudah, Din..ati-ati yaa”. Dinda berjalan keluar lapangan atletik dan menuju jalan raya. Dia berdiri di atas trotor seperti sedang menunggu seseorang. “eh itu Baby Kepompong !”, teriak beberapa gadis remaja. “kak Baby..minta tanda tangannya dong !!”. “iya sini sini”, ujar Dinda dengan wajah yang ramah. Sedang memberikan tanda tangan dan foto-foto dengan beberapa fansnya itu, sebuah mobil sedan berhenti. Seorang pria tua turun dari mobil. “semuanya, aku permisi pulang duluan ya..”. “iyaa, makasih ya kak Baby”. “sama-sama..”, jawab Dinda dengan tersenyum. Pria tua itu membukakan pintu untuk Dinda. “ayo, Pak, jalan”. “kita ke mana nih, non ?”. “pulang aja deh, Pak. aku pengen makan di rumah”. “ok non..”. Dinda tersenyum-senyum sendiri mengingat fans-fansnya tadi. Dia sama sekali tak menyangka akan terkenal seperti sekarang. Di manapun, pasti ada orang yang mengenalinya. Meskipun dia lebih senang kalau dikenal sebagai Dinda Kirana bukan sebagai Baby Kepompong. Tapi, tak apalah, pikirnya. Sampai juga di rumahnya. “Mama, aku pulang !!”, teriaknya penuh semangat. “eh kamu udah pulang..ayo kita sarapan”. “lho ? emang Papa sama Mama belum sarapan ?”. “belum, ayo kita sarapan”. “asiik, sarapan bareng-bareng hihihi”. Usai makan, Dinda pergi ke kamarnya, beristirahat di kasurnya yang empuk. Sambil mendengarkan lagu favoritnya dari radio, Dinda santai-santai di kamarnya. Kadang ia juga sedikit menari mengikuti irama lagu. Kamarnya begitu harum, bersih, dan rapih. Meski manja, tapi dia memang selalu rajin membersihkan kamarnya. Dia memutuskan untuk mandi, menyegarkan tubuhnya yang sedikit basah setelah joget tadi. Di kamar mandi, dia melucuti pakaiannya. Kulitnya benar-benar putih mulus, sebuah tubuh yang padat berisi. Gadis imut itu tak pernah menyadari kalau kedua buah payudaranya tergolong besar untuk seumurnya. Bulat, dan sangat padat berisi. Selesai mandi, Dinda mengenakan pakaian rumahnya. Bermanja-manjaan dan mengobrol dengan kedua orang tuanya adalah hal paling utama di hari Sabtu bagi Dinda. “Dinda, kamu nggak pergi sama temen-temen kamu ?”. “nggak, Mah. Aku mau di rumah aja ah”. “kalau gitu kita semua jalan-jalan yuk ?”, ajak ayahnya. “ayuuk ayuuk. mau jalan-jalan kemana, Pah ?”. “kita ke waterpark aja, gimana ?”. “ok asiiik”. Bersama ayah dan ibunya, Dinda pergi ke waterpark. Seperti biasa, banyak juga yang mengenalinya sebagai Baby. Tapi, yang menarik adalah pakaiannya. Hotpants yang cukup mini dan tanktop ungu yang melekat di tubuh Dinda seakan tak bisa menutupi kemontokan tubuhnya. Di antara kerumunan yang mengelilinya, para lelaki yang ada di belakang Dinda bisa memandang jelas belahan payudaranya. Oh, sungguh belahan gunung kembar yang begitu indah. Masing-masing lelaki itu rasanya ingin merogoh ke dalam tanktop sang gadis imut dan meremas-remas isinya sampai puas. Kulit permukaan payudara Dinda yang terlihat, begitu putih dan mulus, sangat mengunggah selera. Dinda tetap tersenyum meski sebenarnya dia mendapat perlakuan yang tak menyenangkan dari kerumunan orang yang mengelilinginya. Cubitan gemas mungkin biasa diterima Dinda, tapi artis berwajah imut itu sedang mendapat pelecehan seksual dari fans yang ada di belakangnya. Dia merasakan ada yang menyentuh-nyentuh payudaranya dan meremas-remas pantatnya. Dinda jadi kebingungan sendiri, harusnya ia berteriak dan langsung pergi dari kerumunan fansnya itu. Tapi, Dinda tak mau fansnya kecewa dan menganggapnya sombong. Sambil tetap berusaha tersenyum, dia tetap memberikan tanda tangan dan berfoto bersama. Meskipun mukanya agak memerah. Setidaknya ia berhasil menghindari tangan-tangan iseng yang mengusilinya. Tapi tangan-tangan itu terus kembali. Dinda sudah tak tahan lagi, dia pun meninggalkan kerumunan itu dengan alasan dipanggil kedua orang tuanya. Dia merasa lega bisa lepas juga dari kerumunan fansnya, terlebih lagi bisa lepas dari tangan-tangan usil yang tadi menggerayanginya tanpa ketahuan siapapun. Entah kenapa, Dinda merasa jantungnya berdegup cepat sejak kejadian tadi. Mungkin karena baru kali ini, ada yang menyentuh atau lebih tepatnya menggrepe dirinya. Padahal kemarin-kemarin perbuatan paling parah dari fansnya paling hanya mencubit sangat kencang. Tak pernah ada yang melakukan pelecehan seperti tadi. Bodohnya Dinda, ia baru sadar pakaian yang ia kenakan. Tanktop dan hotpants yang ia kenakan bisa memperlihatkan betapa mulus dan putih kedua paha dan permukaan payudaranya. Ditambah, dia habis berenang. Semakin tercetaklah lekuk-lekuk tubuhnya pada tanktop dan hotpantsnya. Dinda tak mau ambil pusing, dia tetap berekreasi dengan ayah dan ibunya. “ayo kita pulang, udah sore..”, ajak ibu Dinda. “yaah, Mah, bentar lagi deh, ya ? ya ?”, rayu Dinda. “iya, Mah. jarang kita bisa jalan-jalan kayak sekarang.”. “yaudah deh”. “asiiik”, teriak Dinda senang. Dinda dan keluarganya berada di tempat rekreasi sampai sore lalu makan di restoran sebelum akhirnya pulang ke rumah. Sampai rumah, Dinda langsung ambruk di kasurnya. Dia begitu lelah, tubuhnya terasa pegal dimana-mana. “sayang..”. “hmm ?”, Dinda setengah bangun. “Mama sama Papa mau pergi ke Jogja, bantu Tante Ida pindahan..kamu di rumah yaa ?”. “haa ? mm, iyaa”. “kalau mau apa-apa kamu minta tolong sama Jajang atau Sardi yaa ?”. “iyaa..”. Dinda pun tertidur lagi, ayah dan ibunya sudah pergi. Jajang adalah pembantu di rumah Dinda yang sudah bekerja selama 4 tahun dan Sardi adalah supir yang baru bekerja 2 tahun. Karena Jajang dan Sardi sangat sopan dan sudah dipercaya, orang tua Dinda merasa tak khawatir meninggalkan putrinya sendirian bersama kedua pria tua itu. Lagipula, Dinda sudah sangat akrab dengan Jajang dan Sardi. “nngggg !!!”. Dinda meregangkan kedua kaki dan tangannya. Dia turun dari ranjang dan mencuci muka serta menggosok giginya, rutinitas paginya. Wajah Dinda memang sangat cantik dan imut, kulit wajahnya pun putih, halus dan mulus. Siapapun pasti akan suka melihat wajahnya. Tak hanya mempunyai wajah cantik, Dinda juga dianugerahi tubuh yang sangat seksi untuk seumurnya. Tinggi badannya yang tidak terlalu menjulang ke atas membuat tubuhnya menjadi begitu padat berisi. Semua nutrisi makanannya memenuhi kepadatan tubuhnya secara merata dan proporsional. Meskipun begitu, Dinda sama sekali tak pernah menyadari potensi dirinya yang bisa menjadi ‘dewi’ bagi para lelaki. Bayangkan saja, wajahnya begitu cantik dan imut, tubuhnya juga sudah seperti anak kuliahan. Dan yang paling penting, dia masih ABG, tubuhnya yang sekarang yang sedang ranum-ranumnya masih bisa dibentuk agar lebih sempurna, meski memang tak usah dibentuk pun, tubuhnya juga sudah membuat para lelaki ngiler. Dinda kaget saat baru saja membuka pintu kamarnya, wajah Jajang terpampang di depan matanya. “aduh, Pak Jajang ngagetin aja..”. “maaf, non..tadi Pak Jajang mau bilang ke non Dinda, sarapan udah siap”. “oh iyaa, Pak”. “Mama sama Papa kemana sih, Pak ?”, tanya Dinda saat Jajang akan meninggalkannya yang sudah duduk di kursi meja makan. “Nyonya sama Tuan pergi ke rumah tantenya non Dinda..”. “ha ? oh iya iyaa..”. Dinda baru ingat kalau tadi ayah dan ibunya pamit kepadanya, maklum namanya juga setengah sadar. “kenyang kenyang”. Usai sarapan, Dinda keluar rumah dan mendekati Sardi yang lagi mencuci mobil. “pagi, Pak Sardi”. “eh non Dinda..udah bangun..”. “iya, Pak..hehe..Pak Sardi lagi nyuci mobil yaa ?”. “iya, non. mobilnya kotor..”. “oh..yaudah, Pak. aku mau lari sebentar dulu yaa..”. “loh, non ? tunggu ?”. “kenapa, Pak ?”. “non mau lari pagi pake piyama ?”. “ha ? oh iyaa”, Dinda langsung masuk ke dalam rumah dan mengenakan pakaian yang lebih pantas untuk lari pagi. “Pak Sardi, aku lari pagi dulu yaa..”. “iya, non..ati-ati..”. Tak beberapa lama, Dinda pulang. Dan saat di depan gerbang rumahnya. “BYURR !! AAAKKHH !!!”. Saat Sardi membuang air yang ada di ember, Dinda muncul. Dinda tersiram air. Dia jadi benar-benar basah kuyup. “aduuh non maaf maaf maaf, non !!”. “nggak apa-apa, Pak..”, jawab Dinda sambil tersenyum kecut. “maaf non maaf maaf”, Sardi benar-benar panik, takut anak majikannya itu marah besar. “iya, Pak, nggak apa-apa kok”, kali ini Dinda tersenyum manis. Senyuman yang begitu manis, Sardi sampai diam sesaat mendapat senyuman dari anak majikannya. Karena panik dan terpesona dengan senyuman Dinda, Sardi baru sadar kalau makhluk indah yang ada di depannya itu basah kuyup. Karena kaos yang dikenakan Dinda berwarna putih, Sardi bisa melihat bayang-bayang bra gadis imut itu yang berwarna biru muda. Seketika, Sardi menjadi seperti batu, seolah pandangannya terkunci pada bayang-bayang tonjolan yang ada di dada Dinda. Tentu si artis imut itu menyadari kalau Sardi sedang memperhatikan kedua buntalan daging yang ada di dadanya. Dia langsung pergi dari hadapan Sardi dan masuk ke dalam rumah, takut Sardi akan melakukan hal yang lebih ‘lanjut’ kepadanya. Dinda berpapasan dengan Jajang. “non Dinda kok basah gini ?”, tanya Jajang yang sebenarnya hanya bermaksud untuk menghentikan Dinda sehingga bisa memandangi tubuh indah anak majikannya itu. “tadi kesiram Pak Sardi, Pak..”, jawab Dinda langsung berlalu ke kamarnya. Jantung Dinda berdegup cukup kencang, dia benar-benar khawatir sekali dengan pandangan Jajang dan Sardi tadi. Dia sadar pasti kaos putihnya jadi transparan karena basah, dan tatapan supir dan pembantunya benar-benar menakutkan. Apalagi tak ada siapa-siapa selain Jajang dan Sardi. Dinda mengunci pintu kamar dan masuk ke kamar mandi setelah mengambil pakaian ganti. Dinda sudah berganti pakaian, tapi dia masih takut keluar kamarnya. Tidak dengan Jajang dan Sardi yang pandangannya tadi bagai srigala kelaparan. Meskipun, Dinda belum pernah ‘nyerempet’ hal-hal berbau sex, tapi dia tahu, dengan 2 pria yang memandangnya dengan tatapan ‘pemburu’ seperti tadi, pastilah berbahaya untuknya yang tak ayal satu-satunya wanita yang ada di rumah sekarang. “tok !! tok !! tok !! non Dinda !!”. “ada apa, Pak ?”, jawab Dinda sedikit berteriak dari dalam kamar. “ada telepon, non ? dari sekolah !”. Mendengar ada telepon dari sekolah, Dinda agak panik, dan langsung membuka pintu kamarnya yang terkunci dari dalam. Sebuah kesalahan kecil namun fatal yang dilakukan Dinda yang akan mengubah kehidupannya. Jajang berdiri di ambang pintu. Senyuman jahat dan tatapan pemangsa tergambar di wajah jelek itu. Dia langsung menyergap Dinda hingga membuat gadis imut itu terjatuh ke lantai. Tentu Jajang menindih Dinda di atasnya. Jajang menduduki paha Dinda dan menahan kedua tangan Dinda. “LEPASIN !! PAK JAJANG LEPASIN AKU !!! TOLONG !! PAK SARDI !!!!”, teriak Dinda sambil meronta-ronta. “percuma, non..cuma ada kita berdua..si Sardi lagi beli rokok..hehehe..”. Tentu perlawanan Dinda tak ada artinya. Jajang malah tersenyum memperhatikan usaha perlawanan terakhir dari ‘mangsa’nya yang sebenarnya tak ada artinya untuk Jajang. “jangan, Pak..tolong..lepasin aku…”, kali ini Dinda memohon. Dia berharap agar Jajang mengurungkan niatnya, berharap agar Jajang iba karena ingat kalau dia adalah anak majikannya. Tapi, pemandangan gunung kembar Dinda karena kaos basah tadi dan sekarang sudah tak melakukan perlawanan, hawa nafsu yang sudah menguasai Jajang tentu tak mau melewatkan kesempatan ‘baik’ ini. “tenang, non…ntar kalo udah Pak Jajang genjot, non Dinda juga bakalan keenakan kok..”, bisik Jajang sebelum mulai menjilati daun telinga kiri Dinda. “aahhhmm jangaanhh..”, Dinda berusaha menjauhkan telinganya dari jangkauan lidah Jajang. Tapi, percuma saja. Jajang malah gencar merangsang Dinda, tak hanya menjilati, Jajang meniupi, menciumi, bahkan mengemuti daun telinga ABG cantik itu. Awalnya, Dinda hanya merasakan jijik dan juga basah. Tapi, lama kelamaan, Dinda merasakan sensasi lain. Tubuhnya terasa menghangat, ada rasa menggelitik di dalam tubuhnya, dan rasa di telinga kirinya kini terasa basah, geli, tapi enak. “Paaaak jangaaan..”. Bosan dengan telinga kiri Dinda, Jajang pindah menggeluti telinga kanan anak majikannya yang imut. Jajang langsung menyambar bibir mungil Dinda. “emmmm mmmm ummm”. Air mata mengalir keluar. First kiss seharusnya menjadi momen yang indah dan tak terlupakan, namun first kissnya baru saja diambil paksa oleh pembantunya sendiri, itulah yang membuat Dinda sedih. Lembut dan empuknya bibir Dinda membuat Jajang semakin beringas. Tak henti-hentinya pria tua jelek itu melumat, menyedot, dan mengemut-emut bibir mungil Dinda. Jajang menekan kedua pipi Dinda untuk membuka paksa mulut Dinda yang tertutup rapat. Padahal, tangan kanan Dinda bebas, tapi gadis cantik itu hanya bisa memukul dengan tenaga yang sangat pelan. Begitu terbuka, lidah Jajang langsung menyelip masuk ke dalam rongga mulut Dinda tanpa permisi. “cceepphhh ccppphh ssllpphh eemmmm”. Jajang kini yakin, dia sudah menguasai anak majikannya yang menggemaskan itu. Tanpa disadarinya, Dinda mulai membalas pagutan Jajang. Dinda tak mengerti kenapa dia malah membalas ciuman paksa Jajang, lidahnya pun kini mulai melawan belitan lidah Jajang. “hemmmmhhh emmmhhh”. Dengusan nafas Jajang semakin cepat, nafsunya semakin naik setelah mendengar dengungan suara dari gadis ABG nan cantik jelita yang sedang dicumbunya, artinya dia mulai menikmati dicumbunya. Tangan kiri Jajang mulai menggerayangi bagian ‘menonjol’ dari tubuh Dinda. Sudah lama Jajang ingin merasakan gumpalan daging ini, setiap hari dia selalu terganggu dengan kemasan susu tahan guncangan milik Dinda, terutama saat Dinda memakai kaos. Dua buah dada Dinda memang sangat ‘menonjol’, seperti mengundang para lelaki untuk memandanginya. Jajang agak terkejut saat tangannya menggenggam payudara kanan Dinda, tangannya tak cukup besar untuk menggenggam gumpalan daging empuk Dinda itu secara utuh, ternyata lebih besar dari dugaan Jajang selama ini. “enngghhh !!”. Dinda kaget saat payudaranya dicengkram kasar oleh Jajang. Payudara yang sangat empuk dan kenyal membuat Jajang sangat gemas. Jajang pun menurunkan ciumannya. Saatnya untuk lebih merangsang Dinda. Leher Dinda dicumbui dengan membabi buta oleh Jajang. Tentu pembantu tua itu sudah fasih betul cara untuk merangsang gairah seorang wanita. Selain payudara, dan zona V, kuping dan leher adalah bagian yang juga sensitif dari tubuh seorang wanita. Cocok bagi Jajang yang sedang ingin memperlemah perlawanan Dinda. “ccppp ccpphhh”. “Paaaakkhh aaaammmhhh”, gumam Dinda. Lama kelamaan, ABG imut itu tak bisa mengelak dari nikmatnya rangsangan-rangsangan Jajang. Aroma tubuh Dinda yang ‘menghangat’ benar-benar menaikkan tensi Jajang. Aroma tubuh Dinda begitu wangi dan sensual. Sudah waktunya untuk menelanjangi gadis imut yang sudah pasrah ini, pikir Jajang. Dia menyingkap kaos Dinda ke atas. Nafas pria tua itu memburu melihat buntalan daging kembar Dinda. Meski masih terbungkus bh, Jajang begitu ngiler melihat kulit permukaan payudara Dinda yang menyembul dari dalam bhnya. Begitu putih dan mulus. Jajang pun mengangkat tubuh Dinda ke atas tempat tidur. “jangan, Pak…”, pinta Dinda pelan. “non..diem aja..ntar Pak Jajang bikin enak deh KEHEHEHE !!”. Tak mau repot-repot, Jajang menyingkap bh Dinda. Mata Jajang terbelalak, dia langsung menelan ludah. Gunung kembar yang benar-benar indah, putih mulus, terlihat begitu bulat sempurna dan padat berisi, dan juga bertahtakan 2 pucuk payudara berwarna agak merah muda yang sangat menggiurkan. Sungguh sepasang payudara terindah yang pernah dilihatnya, pikir Jajang. Dengan kedua tangannya, Jajang menggenggam kedua ‘roti’ empuk itu. “Paaakhh…mmm janganhh”. Remasan-remasan Jajang memang ‘mengganggu’ Dinda. Dia belum pernah merasakan seperti ini, rasanya enak sekali. Putingnya terasa mengeras dan menjadi lebih sensitif. Tentu Jajang sadar, Dinda benar-benar mulai terangsang. Dia comot dan tarik-tarik kedua puting itu seperti ingin mencabutnya dari payudara Dinda. “aahhhh eemmnnhhhh”. Jajang kelihatan asik sekali memainkan kedua puting Dinda, mencubit, menekan, memencet, dan memilin-milinnya. “happh..nymmm nymmm..”. Jajang mencaplok puting kanan Dinda. “emmmm hhemmm Paakk mmmm”. Dinda merasakan rasa nikmat luar biasa saat Jajang mengemuti dan mengenyoti kedua induk payudaranya secara bergantian. Dia tak bisa menjauhkan Jajang dari payudaranya, tubuhnya menyuruhnya untuk membiarkan apa yang sedang terjadi. Membiarkan Jajang menyantap kedua buah payudaranya agar kenikmatan itu terus berlanjut. Bagai bayi kelaparan, Jajang mengenyot kuat kedua ‘pabrik’ susu Dinda seakan memaksanya untuk memproduksi susu. Dinda memang masih berusaha untuk mendorong kepala pembantunya itu untuk menjauh dari payudaranya, namun tenaga Dinda bagaikan hilang. Alhasil, kedua pegunungan kembar Dinda pun menjadi bulan-bulanan Jajang yang gemas. Seluruh permukaan kedua buah dada Dinda diciumi, dijilati, dicupangi, bahkan digigiti oleh Jajang tanpa terlewat. Tak heran Jajang begitu gemas dengan payudara Dinda sebab memang benar-benar padat berisi, sangat empuk, kenyal, sangat kencang, dan bentuknya yang bulat sempurna. Benar-benar payudara idaman yang ingin dimiliki setiap wanita, dan payudara idaman lelaki untuk dikenyoti setiap hari. Harusnya payudara Dinda masih ranum dan dalam masa pertumbuhan, tapi payudara Dinda terlihat sudah sangat matang seperti payudara wanita berumur 19 tahun lebih. Jika mendapat perawatan tubuh yang tepat, bukan tak mungkin kalau Dinda akan menjadi wanita ‘bom sex’. Wajah imut nan cantik ditunjang tinggi badan yang ideal serta tubuh padat berisi dan payudara yang besar tentu akan menjadikan Dinda sebagai artis bom sex yang mampu membuat para pria ngiler hanya dengan melihatnya saja jika sudah memasuki 20 tahun lebih nanti. Cukup puas dengan ‘makanan’ pembuka berupa ‘roti’ kenyal yang putih mulus, Jajang berniat akan mulai menyantap ‘sajian’ utama yang ada di selangkangan Dinda. “ja jaangan, Pakhh..”. Dinda berusaha mempertahankan celana pendeknya yang masih bercokol di selangkangannya untuk tetap menutupi daerah itu. Jajang menyingkirkan tangan Dinda dan menarik paksa celana gadis cantik itu bersamaan dengan celana dalamnya. “glek…”, Jajang menelan ludah. Matanya seperti mau meloncat saat memandangi bukit gundul nan indah yang ada di tengah-tengah selangkangan Dinda. Bentuknya benar-benar sempurna, selangkangan yang begitu mulus dan sedap dipandang. Kedua bibir vagina Dinda masih menutup dengan sangat rapat, warna kulit sekitar vaginanya pun tak berbeda dengan warna kulitnya, bukti kalau belum ada yang pernah menyatroni daerah itu. Dan hiasan berupa bulu-halus membuat bagian itu terlihat semakin indah dan cantik. Penis Jajang terasa nyut-nyutan, ingin segera mencoba alat kelamin Dinda yang sangat menggugah selera itu. “jangaan, Pak..tolong..”, Dinda menutupi daerah pribadinya, tapi seakan dia tak bisa bergerak, padahal harusnya dia leluasa bergerak. Jajang hanya tersenyum, dia menarik celana dan cd Dinda agar benar-benar lepas dari kedua kaki Dinda. Tak ada lagi yang bisa menghalangi pria tua itu dengan daerah intim si gadis cantik. Memang, tangan Dinda masih menutupi daerah Vnya, tapi rasanya Jajang mudah untuk menyingkirkannya karena Dinda juga setengah hati. Setengah hati dari artis menggemaskan itu sebenarnya ketagihan dengan rasa nikmat yang diberikan Jajang. Jajang turun dari ranjang dan mengangkat kedua kaki Dinda ke atas, dia seperti ingin mengangkat Dinda tapi dia hanya memposisikan atau lebih tepatnya menyeret pantat Dinda ke tepi ranjang. “jangaaan…”. Tak ada lagi belas kasihan jika sudah menyangkut hawa nafsu. Padahal Dinda sampai menangis, tapi Jajang tak mengindahkannya. Yang ada di pikirannya hanyalah vagina Dinda yang sangat menggiurkan. Jajang menyingkirkan tangan Dinda dan meniup-niup vagina Dinda. “aaahhmmm…”. Tiupan-tiupan Jajang memancing gairah Dinda perlahan, semakin mengalahkan harga dirinya. “memek non wangi banget..”, puji Jajang yang sangat menyukai aroma vagina Dinda yang memang sangat harum itu. Wajah Dinda menjadi merah padam mendengar ucapan Jajang tadi. Dia merasa malu mendapatkan pujian tentang vaginanya dari pembantunya sendiri. Daerah paling intim dari tubuhnya yang harusnya hanya bisa dilihat olehnya dan calon suaminya nanti, kini sedang dipandangi pembantunya dan bahkan memberikan pujian betapa harumnya alat kelaminnya itu. “aaaahhhhh !!”. Jajang langsung membenamkan wajahnya ke selangkangan Dinda, menghirup kuat-kuat aroma harum dari vagina gadis cantik itu. Dinda menggeliat-geliat menerima cumbuan Jajang yang bertubi-tubi pada daerah pribadinya. “aahhmmm”, kedua paha Dinda menutup seketika, menjepit kepala Jajang saat dia merasakan ada benda lunak dan hangat yang mengenai bibir kemaluannya. “udaahh Paaakhh stooopphhh”, pinta Dinda, dia bingung dengan apa yang ia rasakan sekarang. Rasanya sungguh geli dan nikmat luar biasa secara bersamaan. Kedua kaki Dinda semakin kencang menjepit kepala Jajang dan tetap berusaha mendorong kepala Jajang. “mmmnnhh Paaakkhhh stooopphh !!”. Jajang malah semakin nafsu menggerogoti vagina Dinda. Lidah Jajang terus mencucuk vagina Dinda, menjilati bagian dalamnya. “emmpphh sllpphhh sllphhh”. Jajang jadi semakin asik melahap kemaluan Dinda, baru kali ini dia merasakan vagina yang begitu manis dan sangat harum. Jadi gini rasanya memek perawan ABG cakep, pikir Jajang yang merasa sangat betah di selangkangan Dinda. Tubuh Dinda berkedut-kedut seiring kenikmatan yang memberikan ‘sengatan’ listrik kepadanya terus menerus. “aaahhhh mmmhhh hhmmhhhh…”, lirih Dinda yang sudah mulai menyerah pada serangan lidah Jajang di bawah sana. Seorang gadis muda berkulit putih mulus yang tak mengenakan apapun pada bagian bawah tubuhnya, sementara di selangkangannya ada seorang pria tua yang kelihatan sangat asik berkutat di sana adalah sebuah pemandangan yang sangat eksotis. Dinda hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, menggelepar-gelepar merasakan rasa nikmat yang amat luar biasa. Jajang betul-betul menikmati tiap jengkal bahkan tiap senti dari alat kelamin anak majikannya itu. Vagina Dinda tak ubahnya bagai ‘kue’ yang sangat lezat bagi Jajang, ingin dinikmati sampai habis. Selangkangan Dinda pun sudah basah kuyup dengan air liur Jajang. “aaaahhhmmmm”, tubuh Dinda bergetar hebat seketika. Ya, Jajang sedang asik mulai mengulas dan memainkan klitoris Dinda dengan lidahnya sambil mengobel-ngobel lubang vagina gadis imut itu. Aliran listrik yang mengejutkan terus dirasakan Dinda menjalar di sekujur tubuhnya. Dari mulut mungilnya, terus keluar desahan-desahan lepas dengan suara yang begitu menggairahkan. Jajang semakin menggila setelah mencicipi lelehan lendir yang mulai keluar dari vagina Dinda. Rasanya gurih bercampur manis. Jajang sudah tak sabar ingin minum ‘sirup cinta’ dari vagina artis cantik itu. “aaahhhh emmmhhh Paaaakkk hmmmhhh UUUUNNNHHHH !!!!”, tubuh Dinda menegang, kedua kakinya yang tadi menggantung di tepi ranjang menjadi lurus kaku, dan kedua pahanya semakin menjepit kepala Jajang. Secara refleks, Dinda menekan kepala Jajang ke vaginanya sendiri dengan kedua tangannya seperti ingin membekap Jajang dengan vaginanya. “ssrpphhhh !!! sllrrpphhh !!!!”, Jajang menyeruput dan menyedot dengan sangat kuat, dia tak melewatkan satu tetes pun cairan vagina Dinda yang sangat lezat. Cairan Dinda pun habis tak bersisa. “memek non Dinda rasanya manisss”, ujar Jajang tersenyum licik. Tiba-tiba ada seseorang yang berdiri di ambang pintu kamar Dinda. Tentu itu adalah Sardi. Jajang langsung berdiri, dia panik. “Pak Sardi…tolong….”, pinta Dinda lemah. Karena Jajang berdiri, tentu Sardi bisa melihat vagina Dinda yang indah dengan sangat jelas. “Jang..lo nggak bilang-bilang gue kalo lagi asik-asikan sama non Dinda hehehe…”. Jajang yang tadi sempat khawatir langsung lega. “ngapain juga gue manggil lo ?!”, kedua pria tua itu bercanda seakan tak menghiraukan gadis cantik yang sedang mengangkang tak berdaya di atas ranjang. Bukan tak berdaya, lebih tepatnya putus asa, Dinda kira Sardi masih punya hati dan menolongnya, tapi ternyata Sardi juga langsung ‘lapar’ melihatnya yang sudah bugil. “nyicip memeknya ya, non..HEHEHE !!!”. Tanpa izin, Sardi langsung membenamkan wajahnya di selangkangan Dinda. “aaaahhhh !! jaangaaan, Paakhhh !!”. Dinda berusaha menahan kepala Sardi sebisanya dengan kedua tangannya. Tapi, aroma vagina Dinda tentu membuat Sardi sangat bersikukuh untuk mencicipinya. “aaahhmmmm !!! stooophhhh !! nnnmmm”. Dinda berusaha mati-matian agar tidak kalah dengan nafsunya sendiri seperti tadi saat Jajang menggerogoti selangkangannya. Kedua paha Dinda menjepit erat kepala Sardi, berharap Sardi akan tak tahan dan menjauh dari bagian bawah tubuhnya. Mungkin itu bisa terjadi kalau selangkangan Dinda bau amis, tapi salah Dinda sendiri, dia merawat daerah intimnya itu setiap hari sehingga daerah Vnya itu pun tentu harum dan wangi, tak heran kalau Sardi begitu betah berlama-lama di sana. “aaaahhmmmm emmmmhhhh”, suara desahan Dinda terdengar begitu seksi dan sensual, sepertinya ABG berwajah imut itu mulai menikmati ‘kilikan’ lidah Sardi di alat kelaminnya. Dinda menyerah pada nafsunya sendiri untuk kedua kalinya. Bagi ABG yang belum pernah merasakan jilatan pada daerah intimnya, rasa nikmat yang muncul memang terlalu kuat untuk dilawan bagi Dinda. “gimana..non…enak..kan ?”, goda Sardi di sela-sela aktivitasnya menggelitik klitoris Dinda. “i..iyaaaa..Paaakhhh….enaaaakkkhhhh ooooohhhhh !!!!!”. “kalo enak..buka pahanya yang lebar dong…”, ujar Sardi mencubit gemas paha putih mulus nan montok Dinda. Wajah Dinda semakin merah saat dia melebarkan kedua pahanya, dia malu karena merasa memberi izin kepada supirnya itu untuk bisa mengakses selangkangannya dengan lebih leluasa. Setelah menunjukkan senyuman licik pada wajahnya, Sardi langsung menyerbu vagina wangi itu dengan gencar. Dinda sampai kelojotan, gadis itu menggeliat-geliat hebat, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, tubuhnya berkedut-kedut, dan desahannya begitu lepas. Wanita manapun akan bereaksi sama dengan Dinda, lidah Sardi benar-benar lincah. “Paaaakhh Paakkhhh Paaakkkhhhh !!! Paakkkhhh Saardiiii !!!!”, lenguh Dinda memegangi kepala Sardi. “ccrrrr sllluuuphhh !!! slllrrrrpphhh !!!”. Cairan vagina Dinda yang rasanya manis langsung tak bersisa diseruput Sardi. “gimane, Di ? mantep kan memeknye non Dinda ?”. “uanjrit..ni memek paling enak yang pernah gue jilatin..”. Sardi membenamkan wajahnya dalam-dalam ke selangkangan Dinda. Tak pernah terbayangkan oleh Dinda. Selama ini tak ada lelaki yang pernah menyentuhnya di daerah pribadinya, tapi sekarang, hanya dalam satu kesempatan, langsung 2 orang pria paruh baya yang menyantap vagina perawannya. Jajang dan Sardi masing-masing menahan kedua paha Dinda. Sambil mengelus-elus paha Dinda, keduanya memperhatikan alat kelamin Dinda seperti benda pameran seni. Artis imut itu terasa begitu terekspos saat ini, dia hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. “emmmhhhh….”. Dinda merasakan basah pada kedua pahanya. Dia membuka matanya. Sardi sedang menjilati paha kanannya dan Jajang sedang menciumi paha kirinya. Kedua pria tua itu merangsang Dinda lagi, tak membiarkan gairah Dinda turun sedikitpun. “aaahhhmmm…”. Kedua pangkal paha Dinda dijilati dengan asiknya oleh Jajang dan Sardi. “ayo non..diri…”. Sardi memapah Dinda untuk berdiri dan Jajang melepaskan kaos dan bh Dinda. Polos sudah artis imut itu. Tak ada lagi sehelai benang pun yang menempel di tubuh montok Dinda. Tiap lekuk tubuhnya kini tak bisa ia tutupi lagi dari mata Jajang dan Sardi. Sungguh tubuh yang sangat indah. Begitu putih mulus, begitu padat berisi, Jajang dan Sardi pun meneguk ludah menyaksikan pemandangan yang sangat indah. Mereka hampir tak percaya kalau anak majikannya yang baru berumur 16 tahun itu memiliki tubuh indah seperti wanita berumur 22 tahun lebih. Sekal dan matang. Dengan gemasnya, Jajang menggenggam kedua bongkahan pantat Dinda yang sangat kenyal itu, memukul-mukulnya, dan meremas-remasnya. Sedangkan Sardi asik meremasi susu Dinda sambil mengobel-obel vaginanya. Dinda tak ubahnya bagai boneka berukuran raksasa yang bisa diapakan saja oleh Sardi dan Jajang. Pemandangan seorang gadis cantik berkulit putih mulus yang tak mengenakan apapun berada di antara 2 pria jelek berkulit hitam yang masih berpakaian lengkap benar-benar sebuah pemandangan yang sangat erotis. “hhmmmm eemmmmhhh Paaaakhhhh”, lirih Dinda. Kecupan-kecupan Jajang pada tengkuk lehernya dan kuluman Sardi pada kedua putingnya secara bergantian benar-benar sangat merangsang. Kemarin-kemarin, Dinda bingung dengan remaja putri yang sudah tak perawan lagi. Kenapa mereka mau berhubungan intim dengan pria yang belum tentu jadi suami mereka, tapi kini dia tahu jawabannya. Perasaan melayang seperti yang ia rasakan sekarang memang membuat lupa diri. Tanpa Dinda sadari, kondisinya lebih parah dibandingkan remaja-remaja putri lainnya. Yang lain, biasanya kehilangan keperawanan dengan pacarnya atau pria seumuran. Sedangkan Dinda akan kehilangan kesucian tubuhnya pada 2 lelaki tua yang umurnya 2x lipat lebih dari umurnya yang tak lain dan tak bukan adalah supir dan pembantunya sendiri. Sangat ironis memang. Aroma tubuh telanjang Dinda yang harum benar-benar membangkitkan nafsu birahi Jajang dan Sardi. Mereka asik menggerayangi tubuh mulus anak majikan mereka yang imut itu. Dinda juga sudah menyerah pada 2 bandot mesum itu. Tubuhnya habis diemek-emek oleh Jajang dan Sardi. “ayo non Dinda berlutut…”. Seperti tersihir, Dinda menurut, dia bertumpu pada kedua lututnya. Sardi sibuk melucuti pakaiannya sendiri, sementara Jajang berdiri di depan Dinda yang tengah berlutut. Tiba-tiba saja, dia langsung menekan kepala Dinda ke selangkangannya. “emmfffhhh emmffhhh !!!!”, Dinda meronta-ronta. “non Dinda harus biasain dulu sama bau kontol Pak Jajang, non hehehehe”, ujar Jajang tak mengindahkan penolakan Dinda, malah semakin menekan wajah Dinda ke selangkangannya. Dinda merasa mual sekali, air mata membasahi matanya, tanda ia menahan rasa mualnya. Kolor Jajang memang apek luar biasa, tak heran kalau gadis cantik itu merasa ingin muntah. Tiba-tiba ada sesuatu yang menekan bagian belakang kepala Dinda. Sardi sedang menekan-nekankan selangkangannya ke bagian belakang kepala Dinda. Jadilah Dinda terjepit di antara 2 selangkangan pria tua yang sangat apek itu. Dinda tak bisa menghirup udara segar, hanya bau kolor apek yang ada di depannya. “hhhh…”, Dinda langsung mengambil nafas sebanyak-banyaknya setelah Jajang melepaskan kepalanya. Akhirnya dia bisa menghirup udara segar sementara Sardi dan Jajang terkekeh-kekeh melihat Dinda megap-megap. Dinda merasa kesal sekali, padahal dia sudah tak melakukan perlawanan tapi tetap saja dia diperlakukan kasar oleh kedua pria bejat itu. “non Dinda jangan cemberut gitu dong nang ning ning nang ning nung…hehehe..”, ujar Sardi seperti sedang menghibur anak kecil. “…”. Dinda hanya bengong saja. Jajang dan Sardi merasa begitu berkuasa melihat anak majikan mereka bersimpuh di hadapan mereka tanpa mengenakan apapun seperti seorang budak yang sedang menunggu perintah selanjutnya dari tuannya. “nah non Dinda kan udah ngeliatin memeknya..sekarang giliran kita ngasih liat kontol kita HEHEHE”. Secara serempak, Sardi dan Jajang melorotkan kolor mereka masing-masing. Mata Dinda langsung terbelalak. 2 benda yang meloncat keluar dari kolor Jajang dan Sardi sangat mengerikan bagi Dinda. Hitam, berurat, dan kelihatan sangat ‘tebal’. Gadis cantik imut itu bergidik ngeri, dia memang belum pernah melihat alat kelamin lelaki tapi, dia tahu kalau akan menyakitkan jika benda itu sampai masuk ke dalam kemaluannya karena terlalu besar. “gimana, non ? batang kita berdua gede kan ? dijamin non Dinda bakalan kelepek-kelepek deh HAHAHAHA !!!”. “eit..mau ke mana, non ? masa abis ngeliat kontol, mau kabur ? tadi diem-diem aja ? ngeri ya ? GAKGAKGAK !!!”, ejek Jajang sambil menahan Dinda agar tetap berlutut. “jangan takut non..kita nggak bakal maen kasar kok..”, ujar Sardi menenangkan Dinda. “paling kita sodok memek non Dinda sampe ngilu HAKHAKHAK !!!”, tambah Sardi. “jangaaan ennggffhhh”. “jangan ngelawan lagi, non…kalo masih ngelawan, bakal kita lemparin non Dinda ke pangkalan preman di pengkolan depan gang sono biar non Dinda dipake sama preman-preman yang suka maen kasar..non Dinda mau ?”, ancam Jajang. “hmph mph…”, Dinda mengangguk ketakutan. “nah gitu dong..nah sekarang non Dinda kocokkin kontol kita”. Sardi menuntun tangan kiri Dinda untuk menggenggam penisnya, sementara Jajang menuntun tangan Dinda yang satunya. “gi..gi..gimana ?”, tanya Dinda ketakutan. Ancaman Jajang tadi benar-benar efektif menurunkan mental gadis cantik itu. “ya kocok, non..kayak gini..”, Sardi memberi contoh dengan tangannya. Setelah mendapatkan contoh, Dinda mulai mempraktekkannya. Baik tangan kanan maupun tangan kiri Dinda yang halus itu mulai bergerak naik-turun. Melihat saja belum pernah, apalagi mengocok 2 penis sekaligus seperti sekarang, tak heran gerakan tangan Dinda sangat kaku. Jajang dan Sardi tak terlalu memikirkannya, yang penting, tangan Dinda yang mengocok penis mereka terasa halus. “ya non ! terus non ! enaakh non !!”. Hanya dalam 1 menitan saja, gerakan tangan Dinda mulai luwes, mengocok penis yang ada di kedua genggaman tangannya dengan lihai. Pemandangan kontras, tangan Dinda yang putih mulus sedang menggenggam 2 buah batang kejantanan yang hitam. Malah, tanpa disuruh, Dinda mengusap-usap kepala penis baik milik Jajang ataupun Sardi dengan jempolnya, memberikan tambahan rasa nikmat ke 2 pria tua itu.Jantungnya berdebar-debar sambil terus mengocokki 2 batang yang keras seperti kayu itu. Entah itu perasaan takut atau malah penasaran, bagaimana bila kedua penis itu benar-benar masuk ke dalam vaginanya. “ayo non..disepongin juga hehe..”. “mph…nggak..mau….”. Dinda menutup rapat-rapat mulutnya dan menjauhkan mulutnya dari 2 burung yang mendekatinya. “eit non…jangan nolak…ntar non Dinda sendiri yang ketagihan deh HEHEHE !!”. Sardi menahan kepala Dinda, dan Jajang menekan kedua pipi Dinda. “oooggg !!!”, Dinda tersiksa dengan 2 penis yang berusaha masuk ke dalam mulut mungilnya itu. Seperti tak berperikemanusiaan, Jajang dan Sardi menjejali mulut Dinda dengan penis mereka. Alhasil, Dinda benar-benar tersiksa, mulutnya otomatis terbuka lebar untuk bisa menerima 2 penis yang memaksa masuk ke dalam mulut mungilnya. Hanya kepala penis mereka yang bisa masuk ke dalam mulut Dinda. “ayo, non..gerakkin lidahnya dong..”. “oohhh…”. Jajang dan Sardi langsung bergetar saat merasa lidah menyapu lubang kencing berkali-kali. “emmphhh empphh”. Liar sekali kelihatannya, mulut Dinda dijejali 2 penis yang besar apalagi Dinda terlihat mulai menikmati rasa amis dari batang kejantanan milik supir dan pembantunya itu. Dinda bisa bernafas lega, 2 penis itu keluar dari mulutnya. “ayo non..non Dinda mau nyepongin yang mana dulu ? KEKEKEKE…”. Sardi dan Jajang ingin memperlukan Dinda dengan membuat gadis imut itu memilih penis mana yang ingin dicicipinya. Dinda menutup matanya, wajahnya memerah, dia sendiri yang menggenggam 2 penis itu dan mendekatkannya ke mulutnya. “wah non Dinda mau nyepongin kita berdua sekaligus ? HAGHAGHAG !!”. Dinda hanya bisa menerima ejekan Jajang, kupingnya panas mendengar hal itu, tapi instingnya membuatnya semakin menikmati mengulum 2 kemaluan yang berbeda bentuk dan rasa itu. “emmm…”. Bagai sudah berpengalaman, Dinda mengemut-emut kepala penis Jajang dan Sardi bergantian, dan kedua tangannya setia mengocok-ngocok kedua batang keras itu. “oohhhh !!!”. Kuluman dan emutan Dinda sangat mengenakkan bagi Jajang dan Sardi. “non Dinda udah biasa nyepongin cowok ya? mantep banget sedotannya ooouuhhh !!!”, ejek Sardi. Dinda memang mendengar ejekan Sardi, tapi dia lebih memilih diam dan terus mengulumi 2 ‘tongkat’ sakti yang ada di depannya. Gadis cantik itu malu sekali, tadi dia menolak, tapi sekarang dia sendiri yang begitu aktif mengoral kemaluan Jajang dan Sardi. Aroma jantan dan rasa khas dari alat kelamin 2 pria tua bejat itu serasa bagai ‘narkoba’ bagi Dinda. Semakin dinikmati, semakin enak. Oh, kenapa ? kenapa rasanya aku nggak bisa berenti. kenapa enak banget rasanya?, pikir Dinda. Benar-benar bagai anak kecil yang disuguhi permen batangan. Dinda kelihatan semakin asik menikmati penis Jajang dan Sardi. Diciumi, dijilati, diemut-emut sambil dikocok-kocok kedua batang itu. Seharusnya, ia bisa memukul selangkangan supir dan pembantunya itu sehingga ia bisa kabur dan selamat dari perkosaan. Tapi, nafsu yang mengaktifkan insting reproduksinya mengatakan kepada anggota tubuhnya untuk memuaskan 2 lawan alat kelaminnya itu. Jajang dan Sardi tentu menikmati kuluman anak majikannya itu. Mereka melecehkan dan mengejek Dinda. Dinda tak bisa membalas. “eh eh udah non…daripada nyepong terus..mendingan kita maen sodok-sodokan yuk non…HEHEHE !!”. Jajang mencabut keluar penisnya dari mulut Dinda. 2 batang kejantanan itu telah basah kuyup bermandikan air liur Dinda. Jajang dan Sardi mengangkat Dinda dan menaruh tubuhnya di ranjang. Jajang langsung mengambil posisi. “sori Di..gue duluan yee GAHAHA !!”. Dinda hanya bisa melihat Jajang memposisikan alat kelaminnya, dia sudah pasrah. “non Dinda tahan ya..pertamanya sakit tapi ntar juga enak kok KEKEKE !!!”. “eennggghhh saakkiiithh !!!!”, rintihan Dinda saat merasakan rasa nyeri luar biasa pada kemaluannya. Benda tumpul yang sedang masuk perlahan ke liang vaginanya itu serasa akan membelah dua dirinya. “anjriiit !! pereeet !!!”, teriak Jajang yang kesusahan menyelipkan penisnya masuk ke dalam celah sempit di selangkangan anak majikannya itu. Sementara Dinda merasakan sakit luar biasa seiring otong Jajang yang semakin menusuk ke dalam. Sungguh vagina yang benar-benar sempit dan peret. Proses penetrasi yang paling ‘sulit’ bagi Jajang dan proses paling menyakitkan bagi Dinda. “ookkhh !!! maantaaabbhhh !!!”, teriak Jajang sambil mengacungkan jempol ke arah Sardi yang sedang menekuk wajahnya, kesal karena keduluan Jajang. Jempol Jajang menandakan kalau vagina anak majikannya benar-benar jempolan dan juara. Bagaimana tidak jempolan, penis Jajang yang sekarang sudah berada seluruhnya di dalam liang vagina Dinda terasa seperti dicengkram kuat dan diremas-remas oleh dinding vagina Dinda. Jepitan dinding vagina sungguh luar biasa. Batang Jajang terasa diperas-peras. Jajang terdiam bukan untuk membiarkan Dinda beradaptasi dengan penis kelaminnya, tapi dia memang sedang menikmati betapa sempit dan hangatnya liang kemaluan Dinda. “nnhh !!!”, rintih Dinda, wajahnya menunjukkan kalau dia sedang kesakitan. Penis Jajang yang menyesakki liang vagina Dinda mulai bergerak. Perihnya luar biasa, seperti sikat kawat yang sedang menggosok alat kelaminnya, itu yang dirasakan Dinda. Jajang melihat ke bawah. Batangnya yang keluar 1/2 dari vagina Dinda berlumuran darah. Tentu itu darah perawan dari kemaluan Dinda. Bangga dan puas sekali. Bisa memerawani gadis ABG yang tak hanya cantik dan sexy, tapi juga artis yang tengah naik daun. “eenn !! enggpphh !!!”, meski Jajang ‘menumbuk’ dengan sangat perlahan, namun rasanya benar-benar pedih. Kuku Dinda pun menancap di punggung Jajang, ekspresi pelampiasan dari rasa sakit yang teramat sangat. Sungguh rintihan yang sebenarnya memilukan. Penis Jajang terlalu besar bagi vagina Dinda yang sekalipun belum pernah dirojoki batang kejantanan lelaki. Tapi, Jajang tak memikirkan hal itu. Rasanya terlalu nikmat, penisnya serasa seperti diremas, dipijit, dan dikocok sekaligus. Sardi hanya bisa memperhatikan saja. Tubuh putih mulus anak majikannya itu sedang digeluti oleh temannya. Melihat temannya begitu keenakan, Sardi sudah ngaceng berat ingin sekali merasakan belahan yang ada di tengah selangkangan anak majikannya itu. “emmhh mmmhhh nngghhh”, Dinda mulai merasakan nikmat di sela-sela rasa sakitnya. Vagina Dinda sudah mulai beradaptasi terhadap benda asing yang sedang ada di dalamnya. Gesekan-gesekan di liang vaginanya mulai mengenakkan. “emmm…uummhh….”, Dinda mulai melirih pelan. Rasa sakit, ngilu, pedih, pokoknya rasa yang tak mengenakkan Dinda kini telah terkikis dan tergantikan dengan rasa nikmat yang semakin lama semakin bertambah. Jajang tahu kalau gadis imut yang sedang digenjotnya kini mulai merasakan nikmat. Dia mulai menaikkan tempo sodokannya. “aaahhhh eemmhhh ohhhh uuummhhhh aaahhhhh”, desah Dinda. “mulai enaak kan, non ? hehehe..”, ejek Jajang mempermainkan psikologis artis menggemaskan itu. Jajang memegangi pinggul Dinda dan menggerakkan pinggangnya memutar. “aaaahhhmmmm”. Dinda merasa vaginanya seperti diaduk-aduk, sungguh kenikmatan yang luar biasa. “jawab dong, non…enak kan ??”, jawab Jajang sambil menekan-nekan klitoris Dinda agar gairah gadis muda itu semakin naik dan tak malu-malu untuk menjawabnya. “iyaaa aahhh, Paakkhh ! enaaakkhhhh oooohhhhh !!!”, erang Dinda. Wajah Dinda terlihat binal sekali, kesan imut itu kini sama sekali tak terlihat. Dia tengah dilanda kenikmatan dari alat kelamin Jajang yang sedang mengaduk-aduk kemaluannya. Memang sudah hakekatnya, batang kejantanan seorang pria bisa memberikan kenikmatan yang luar biasa pada seorang wanita meski pada awalnya si wanita dipaksa. Tapi, lihat Dinda kini. Dia begitu meresapi nikmatnya tongkat Jajang yang terus menggosoki liang vaginanya. Bahkan, kaki Dinda melingkar erat di pinggang Jajang dan meladeni cumbuan Jajang dengan begitu bergairah serta membiarkan pembantunya itu menyusu pada kedua buah payudara ranumnya. Sardi hanya bisa menahan nafsunya melihat Jajang menggenjot Dinda. Suara desahan Dinda benar-benar membuat Sardi nafsu berat. Tapi, nampaknya Jajang masih ingin berlama-lama menikmati jepitan kemaluan Dinda. Sambil terus mendesah keenakan karena pompaan Jajang di alat kelaminnya, Dinda menengok ke arah Sardi. Tatapannya seakan mengatakan kalau dia juga menginginkan batang kejantanan supirnya itu. Gadis cantik itu sudah dikuasai nafsu birahi, tak memikirkan martabatnya lagi. Di dalam kamarnya sendiri, Dinda yang telanjang bulat tengah digenjot oleh pembantunya, sementara supirnya sedang menunggu giliran untuk menggenjotnya juga. Benar-benar pemandangan yang sangat menggairahkan. 2 pria tua dengan 2 batang kejantanan yang besar dan berurat berada di dalam kamar dengan seorang ABG cantik yang sudah mempasrahkan tubuhnya untuk 2 pria tua itu, benar-benar pemandangan yang tak akan mungkin dipercaya jika tak melihatnya sendiri. “non Dinda..ganti posisi yuk..”. Jajang memeluk dan mengangkat Dinda perlahan. Dinda langsung memeluk Jajang begitu tubuh montoknya terangkat. Tak hanya takut terjatuh, Dinda juga tak mau alat kelaminnya terpisahkan dengan pentungan Jajang. Dia sedang asyik-asyiknya merasakan kenikmatan luar biasa dari sodokan-sodokan batang Jajang, tentu secara insting Dinda tak mau tongkat pembantunya itu terlepas dari liang vaginanya. Kini Dinda duduk di atas selangkangan Jajang. Tubuh gadis muda dan pria tua itu masih terhubung oleh alat kelamin mereka. Jajang memegang pinggang Dinda dan mulai menyodok-nyodokkan penisnya ke atas untuk menyundul rahim Dinda. “ooohhhh !! Paaakkhhh !! emmmmhhhh !!!”, sepertinya Dinda tengah mengalami orgasme. Jajang menarik Dinda ke pelukannya dan melumat bibir lembut ABG cantik itu. Keduanya terlihat begitu bergairah, malah Dinda yang agresif. Dia balas pagutan Jajang sambil menggerakkan pinggulnya maju mundur untuk mengocok penis Jajang yang ada di dalam vaginanya. “pook pook”, sambil asik terus mencipok Dinda, Jajang meremasi dan menepuk-nepuk bongkahan pantat Dinda yang memang empuk nan kenyal itu dengan sangat gemas. Jajang juga memeluk Dinda dan membenamkan wajahnya sendiri di kedua buntalan daging empuk gadis cantik itu. Benar-benar sempurna tubuh anak majikannya itu, pikir Jajang. Putih mulus, padat berisi, dan proporsional. Belum lagi kedua bongkahan pantat dan kedua buah payudara Dinda yang begitu bulat, kencang, dan kenyal. Sungguh tubuh yang sedap dipandang mata. “ooohhh oohhh hemmhhh”, Dinda menggerakkan pinggulnya dengan liarnya, maju-mundur, naik-turun, dan berputar. Pokoknya untuk menjaga agar penis Jajang yang mengisi vaginanya terus bergesekkan dengan alat kelaminnya. Jajang menyaksikan pemandangan anak majikannya itu bergoyang di atas penisnya sambil tersenyum. Tangan Jajang pun asik meremasi kedua buah payudara Dinda. Insting membuat Dinda bergerak dengan begitu liar dan agresif, sama sekali tak terlihat kalau dia baru pertama kali berhubungan intim. Hanya butuh satu batang kejantanan yang kokoh untuk memancing sisi Dinda yang lain. Sisi lain Dinda yang ternyata sangat suka akan rasa nikmat saat mengocok alat kelamin laki-laki dengan kemaluannya. “argh ! gak tahan lagi gue !”. Sardi langsung naik ke atas tempat tidur dan mendorong Dinda ke depan. Dia sudah tak tahan lagi mendengar desahan dan melihat anak majikannya itu bergoyang liar di atas penis Jajang, dia harus menyodokkan penisnya ke dalam tubuh indah yang ada di atas Jajang itu. “mau apa, Pak ?!”, tanya Dinda yang merasakan sesuatu pada pintu masuk lubang pantatnya. “udah gak tahan, non..pengen nyodok pantatnya non Dinda ! HEHEHEHE !!”. “jangan, Pak !”, Dinda langsung menutupi pantatnya dengan kedua tangannya. Jajang langsung mengambil kedua tangan Dinda dan menindihnya di bawah punggungnya. “egh ! jangan, Pak ! aku nggak mau !!”. Rasanya lucu melihat Dinda menolak pantatnya disodomi Sardi jika dilihat dari penis Jajang yang sudah lama menyesakki liang vaginanya. Lagipula, bukan gadis imut itu yang memegang kendali, melainkan Jajang dan Sardi sebab ‘tongkat kendali’ berada di tubuh kedua pria tua itu. Sedangkan, tubuh Dinda hanyalah ‘kapal’ nafsu birahi yang sebentar lagi akan ‘dinahkodai’ oleh 2 orang sekaligus. “non Dinda tenang aja. lebih enak kok disodok depan belakang..hehehe”, bisik Jajang. “jangaan, Pak ! jaang…HMMMPPFFHHH !!!”, Dinda menggigit bibir bawahnya dengan kencang. Rasanya luar biasa perih di pantatnya. Seakan lubang pantatnya akan terkoyak. “HEENNGGHHH !!! AAAKKHHH !!”. Sardi masa bodoh dengan rintihan kesakitan Dinda. Dia terlalu asik mendorong penisnya masuk ke dalam lubang anus Dinda yang sempit luar biasa. “EEEGGGHHH !”. Air mata keluar dari sela-sela matanya, perih luar biasa. Nafas Dinda terasa pendek sekali, bagian bawah tubuhnya sungguh tak nyaman. Tak nyaman karena terasa penuh berjejalan. Kedua lubang di bagian bawah tubuhnya disumbat oleh 2 batang penis yang besar. Sardi diam tak bergerak, penisnya sudah tak bisa masuk lagi ke dalam liang anus Dinda. Jajang juga tak menggerakkan ‘tiang’ miliknya. Meski bejat, tapi mereka masih memikirkan anak majikannya yang kelihatan belum beradaptasi. 2 pria tua itu cukup mengerti keadaan Dinda. Gadis imut itu baru pertama kali disetubuhi tapi sudah disodok depan belakang sekaligus, pastilah ‘berat’ baginya. Dinda belum pernah merasakan seperti ini. Bagian bawah tubuhnya benar-benar terasa penuh sesak. Sementara Jajang dan Sardi sedang menikmati betapa hangat dan sempitnya lubang di tubuh anak majikannya, khususnya Sardi. Dinda yang sedang menahan sakit tentu secara alami mengencangkan pantatnya, dan tentu liang anusnya yang semakin mengecil membuat penis Sardi semakin ‘tercekik’ di dalamnya. Bisa dibilang, posisi Dinda sudah ‘terkunci’. Dengan penis pembantunya yang mengait vaginanya dengan kuat dan penis supirnya yang menancap di liang anusnya dengan kokoh, tentu membuat Dinda tak bisa kabur kemana-mana. Gadis cantik itu tak akan bisa meloloskan diri dari himpitan Jajang dan Sardi selama batang kejantanan Jajang dan Sardi masih nyangkut di 2 lubangnya. Melihat posisinya sekarang, tubuh Dinda bagai jembatan penghubung saja. Jembatan yang menghubungkan antara organ kejantanan Sardi dengan organ kejantanan Jajang. Mendengar irama nafas Dinda yang mulai teratur, Jajang iseng menggerakkan penisnya sedikit. “aammhh…”, lirih Dinda pelan yang menandakan rasa pedih di pantatnya sudah agak mereda. Jajang mengenyot-enyot payudara kiri Dinda sementara Sardi menciumi tengkuk leher Dinda. Kedua pria tua itu merangsang Dinda agar membuat ABG cantik itu ‘nyaman’ alias rasa sakit dari lubang anusnya yang baru saja diperawani segera hilang. “non…Pak Sardi mulai yaa..”, bisik Sardi sambil terus menciumi tengkuk leher Dinda. “pe..pelan..pelan..Paakh”, pinta Dinda pelan. “iya, non…”. Sesuai permintaan, Sardi menarik penisnya dengan sangat perlahan dan sedikit sebelum mendorong masuk ke dalam lagi. Meski sama-sama kasar dan bejat pada awalnya, tapi Jajang dan Sardi cukup ‘lembut’ juga terhadap Dinda. Mungkin karena Dinda yang tak melakukan perlawanan berarti dan bisa dibilang cukup ‘kooperatif’, Sardi dan Jajang jadi tak mau menyakiti Dinda. “EMNNG”, erang Dinda masih merasakan nyeri saat penis Jajang dan Sardi mulai bergerak perlahan. Tarik-dorong-tarik-dorong dan seterusnya. Sardi dan Jajang melakukannya dengan sangat perlahan. Mereka tak ingin ABG cantik yang sedang mereka ‘kait’ itu merasa kesakitan. “uuuhhmmm mmmhhhh aaahhhhh aahhh !!”, desah Dinda. Akhirnya, Dinda mulai merasakan nikmatnya penetrasi ganda. Gerakan batang keras yang bergerak keluar masuk di liang vagina dan liang anusnya sekaligus, memberikan sensasi yang sungguh luar biasa. Jajang terus menggesek vagina Dinda dan Sardi terus menggosok liang anus Dinda. Dinda benar-benar terbuai dengan kenikmatan yang ia rasakan. 2 hari yang lalu, bicara dengan cowok saja ia masih malu-malu, tapi kini dia sedang digarap 2 lelaki sekaligus. Nasib yang sama sekali tak terduga. “OOOHH PAAKKHH OOOHHHH AAAHHHH !!!!”, erang Dinda melepaskan puncak kenikmatannya. Orgasmenya tentu lebih cepat dari sebelumnya. Sementara Sardi dan Jajang masih tenang ‘menggaruki’ liang vagina dan liang anus Dinda. Kadang saat Jajang mendorong penisnya, Sardi menarik penisnya, dan sebaliknya. Dan kadang, Sardi dan Jajang sama-sama menarik dan sama-sama mendorong penisnya. Variasi gerakan kedua pria tua itu membuat Dinda bahkan lebih cepat orgasme dari sebelumnya. Apalagi saat Sardi dan Jajang menarik penisnya bersamaan, membuat Dinda merasa ditarik ke 2 arah berlawanan secara bersamaan, sungguh sensasi yang benar-benar luar biasa. Jika saja ada yang masuk ke kamar Dinda saat ini, pasti akan langsung tercengang dengan apa yang ada di atas ranjang. Seorang ABG cantik dengan tubuh yang begitu putih mulus terhimpit di antara dua tubuh hitam, dan 2 penis yang keluar masuk dari depan dan belakang. Gerakan penis Jajang dan Sardi begitu kompak, merojoki tubuh yang ada di tengah-tengah mereka. Desahan Dinda pun begitu lepas, dia benar-benar sedang dilanda kenikmatan. Wajahnya menunjukkan semuanya. Jajang-Dinda-Sardi, ketiganya begitu menikmati persenggamaan mereka. Tak hanya Sardi dan Jajang, Dinda juga tak ingin kenikmatan yang sedang dirasakannya berakhir. Kalau saja Dinda tahu kalau ‘diperkosa’ 2 pria sekaligus rasanya senikmat seperti sekarang, pasti Dinda sudah meminta supir dan pembantunya itu untuk menyenggamainya sedari dulu. “AAH AAH NONNHH !!! AAAAKHHHHH !!!! CRROOTT !! CRROOOT CROOOTT !!!!”. Jajang menusukkan penisnya ke atas sampai mentok di vagina Dinda untuk ‘menembak’ sel telur Dinda dalam jarak sedekat mungkin. Letupan sperma Jajang sangat kuat. Lebih dari 5x letupan sperma ditembakkan Jajang, menghangatkan rahim dari anak majikannya itu. “mmmm”. Dinda merasakan rasa hangat di rahimnya. Rasa hangat yang membuat alat kelaminnya terasa begitu nyaman. “Di angkat non Dinda…”. Tanpa mencabut keluar penisnya dari anus Dinda, Sardi mendekap tubuh Dinda dan mengangkatnya dari atas Jajang. Jajang langsung menyingkir. “emmhhh mmhhh”. Sungguh terlihat seksi saat Dinda bertumpu pada lututnya di atas tempat tidur sementara tangan supirnya melingkar di pinggangnya. Apalagi saat Dinda menengok ke belakang agar Sardi bisa mencumbu bibirnya sambil terus disodomi di pantatnya oleh supirnya itu. Seperti adegan seksual yang biasa ditampilkan di film-film biru. Tangan Sardi pun asik meremas-remas kedua kemasan susu Dinda yang membusung ke depan karena posisinya yang sekarang. Jajang menyaksikan Dinda yang begitu menikmati berciuman sambil disodomi Sardi. Terlihat sensual sekali anak majikannya itu. Tanpa disuruh, Dinda menurunkan bagian atas tubuhnya. Kini, dia bertumpu pada kedua lutut dan tangannya. Posisi yang sangat jelas memberi sinyal kepada Sardi. Sinyal yang memberi tahu kalau ABG imut itu ingin disodok sekuat-kuatnya dari belakang. “OOOHHH !!! TEERUUSSHH PAAKKHHH !!! OOOHHHH !!! YEESSHHH !!!”. Sardi semakin nafsu menghentak-hentakkan penisnya setelah mendengar suara desahan Dinda. Mulai dari menarik kedua tangan Dinda, mendekap tubuh Dinda, dan berpegangan pada pinggang Dinda, semuanya Sardi lakukan agar bisa menyodok anus Dinda sekuat-kuatnya. “pook !! pook !! pokk !! pook !!!”, suara tumbukan antara selangkangan Sardi dengan kedua bongkahan pantat Dinda yang montok itu. Tak hanya Sardi yang ‘bekerja’, tapi Dinda juga melakukan umpan balik yang sangat membantu. Saat Sardi menusukkan penisnya maju, Dinda memundurkan pantatnya. Benar-benar gerakan yang padu dan harmonis bagi 2 insan yang umurnya terpaut jauh itu. “oooh ohhh oohhh”. Desahan mereka berdua saling bersahut-sahutan, mereka berdua bermandikan keringat mereka masing-masing. “PAAAKKKHHH !!!!!!”. “NOONNNHHH !!!”. Tubuh mereka berdua sama-sama mengejang dan kaku. Dari kepala sampai pangkal penis Sardi semuanya terkubur dalam di anus Dinda. Rasa hangat kini dirasakan Dinda di liang anusnya juga. Vaginanya terasa hangat juga. Campuran darah + cairan vagina + sperma Jajang meleleh keluar dari vagina Dinda. Sardi mencabut penisnya, puas sekali rasanya. “hhh hhh”. Bagai robot kehilangan sumber tegangan, tubuh Dinda langsung ambruk dan telungkup di atas tempat tidur. Benar-benar lelah sekali rasanya, seperti habis lari 10 km, perasaan Dinda. Padahal tadi sama sekali tak terasa lelah. Nafasnya terengah-engah, keringat bercucuran dimana-mana namun Dinda merasa hangat dan nyaman di liang vagina dan anusnya. Dinda menengok ke belakang saat merasa kedua bongkahan pantatnya diremas-remas. “non, Pak Jajang nyobain pantatnya ya, tadi kan belom HEHEHE”. “mmhh..”, jawab Dinda dengan suara lemah. Tentu dia tahu, dia tak bisa menolak pembantunya itu. Kondisinya yang lemah dan juga ada keinginan untuk lagi membuat Dinda pasrah terhadap apa yang akan dilakukan supir dan pembantunya yang kelihatannya akan ‘berdiri tegak’ secara bergantian. Seharian itu, Jajang dan Sardi memaksa Dinda untuk melayani nafsu bejat mereka terus menerus. Kedua pria tua mesum itu ternyata memiliki stamina seperti kuda liar. Tenaga mereka seakan tak habis-habis untuk ‘menjajah’ tubuh semok anak majikan mereka itu, tongkat mereka seakan tak mau beristirahat, selalu bisa berdiri kembali setelah istirahat beberapa menit saja. Entah mereka benar-benar perkasa, menggunakan obat kuat, atau punya ajian tertentu. Dinda pun secara mengejutkan juga mempunyai stamina yang luar biasa untuk wanita yang baru pertama kali berhubungan intim. Meski dia sudah sangat lemas sampai tak bisa mendesah, tapi setidaknya dia masih sadar meskipun Jajang dan Sardi terus menerus menggempurnya secara bergantian. Memang tak masuk akal, namun sampai malam mereka bertiga masih asik berpesta sex. Jajang dan Sardi begitu ketagihan dengan liang vagina Dinda yang luar biasa sempit, dan anusnya apa lagi, lebih sempit. Rasa nikmat yang berkelanjutan tentu membuat perubahan psikologis pada Dinda. Kini, artis imut itu malah menyukai saat benda tumpul Jajang atau Sardi masuk ke dalam tubuhnya, mengisi relung vagina atau anusnya. Akhirnya mereka bertiga tertidur, tak kuat lagi. Sungguh hari yang menyenangkan dan memuaskan bagi Jajang dan Sardi, penis mereka sudah kering kerontang, isinya kini ada di dalam tubuh anak majikan mereka, membanjiri rahim dan anusnya serta membasahi tenggorokannya. Dan untuk Dinda, entahlah, hari yang menyenangkan juga atau hari paling sial baginya. Tapi, wajah Dinda terlihat ‘lega’ dan lepas. Saking banjirnya rahim Dinda, lelehan-lelehan cairan terus keluar dari vagina Dinda. Kalau Dinda sampai hamil, mungkin mereka bertiga pun takkan tahu siapa ayahnya sebab kedua pria tua itu sama-sama ikut ambil bagian dari proses pembuatannya dan sama-sama ‘menanam saham’ di rahim Dinda berkali-kali. Satu hal yang pasti, sperma Jajang dan Sardi tercampur dengan rata di dalam rahim Dinda. Selama tertidur, sperma-sperma Jajang dan Sardi sedang berusaha menjebol pertahanan rahim gadis cantik itu. Dinda membuka matanya, sepertinya sudah pagi. Dia baru sadar kalau ada dua buah tangan di kedua buah payudaranya. Kedua tangan itu pastilah tangan Sardi dan Jajang. Kemarin, seharian, artis imut itu dijajah habis-habisan oleh 2 pria tua itu. Karena memang cuma bertiga, Sardi dan Jajang bisa puas menggumuli Dinda, menikmati tubuh sintalnya tanpa takut ketahuan orang tua gadis imut itu. Daerah intim Dinda sudah benar-benar berantakan. Noda-noda putih yang telah mengering seakan-akan menjadi hiasan selangkangan Dinda. Selama sehrian penuh kemarin, Dinda harus melayani 2 pria yang telah menjadikannya sebagai budak seks. Bahkan Dinda sama sekali tak bisa turun dari tempat tidurnya kecuali ke kamar mandi, itu pun digendong Jajang atau Sardi. Dia terus dicabuli kedua pelayannya. Sardi dan Jajang tak membiarkan anak majikannya yang imut itu kemana-mana. Dinda tak bisa kabur, jika Dinda beralasan lapar atau haus, Sardi akan turun mengambilkannya sementara Jajang menindih dan mencumbui Dinda sehingga gadis cantik itu tak bisa melarikan diri. Dinda memegang perutnya, entah sudah berapa liter sperma yang telah menggenang di rahimnya. Dinda sama sekali tak bisa membayangkan kalau dia sampai hamil. Anehnya, pikiran Dinda bukan takut apa yang akan terjadi pada kehidupannya. Tapi, dia berpikir siapa ayahnya ? tak mungkin dia mengetahui siapa yang telah menghamilinya. Apakah nanti dia akan mempunyai 2 orang suami ?, pikir Dinda yang malah memancing gairahnya. Seharian penuh ‘diguncang’ 2 pria perkasa sepertinya mulai mengubah Dinda. “Pak Jajang, Pak Sardi bangun dong”. “ha ? emm ? apa ? siapa ? kenapa ?”. “ha ? apaan sih ?”. “bangun, udah pagi nih”, ujar Dinda yang anehnya terdengar agak manja. “ha ? iyaa..”. Tapi mereka berdua sama sekali tak bergerak. Dinda pun menyingkirkan tangan Jajang dan Sardi dari kedua buah payudaranya. Dia turun dari ranjang dan menuju kamar mandi. Berbeda sekali, hawa kamar mandi dengan hawa kamarnya. Di kamar mandinya, Dinda mencium aroma segar dan wangi, namun di kamarnya, aroma alat kelamin dan persetubuhan begitu kental. Sambil mandi dan membersihkan tubuhnya, Dinda mengingat-ingat apa yang telah terjadi kemarin. “ayo dong, bangun”. Mencium aroma harum, Sardi membuka matanya perlahan. Dan ketika melihat sesosok tubuh putih mulus di ambang pintu kamar mandi, mata Sardi langsung terbuka lebar. Dinda tersenyum ketika Sardi melongok memandangi tubuhnya. “Jang ! Jang ! bangun, Jang !”. “ha ? apaan sih ?”. “noh liat !”. Jajang juga melongok melihat Dinda yang berdiri di ambang pintu kamar mandi tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh sintalnya. Meski sudah melihat tubuh telanjang Dinda kemarin, tapi melihat gadis cantik itu berdiri tanpa mengenakan apapun dan tanpa malu-malu adalah sebuah pemandangan yang benar-benar sempurna untuk sebuah pagi cerah bagi Jajang dan Sardi. “wah, non Dinda udah mandi nih ?”. “iyaa..”, jawab Dinda sambil tersenyum. “oh iyaa..sekarang hari senin..non Dinda mesti berangkat sekolah..”. Meski kurang ajar telah membuat Dinda melayani nafsu bejat mereka semalaman kemarin, tapi Jajang dan Sardi masih sadar kalau harus melayani anak majikannya itu untuk berangkat sekolah. “enng..aku gak mau sekolah hari ini…”. “lho ? kenapa, non ?”. “enngg…akuu..akuu..”, Dinda menggigit bibir bawahnya. Gelagat artis imut itu tentu ‘mengundang’ Jajang dan Sardi untuk mendekatinya. Dengan kompak, Jajang dan Sardi masing-masing menggenggam bongkahan pantat Dinda yang empuk nan kenyal itu. “jangan-jangan non Dinda mau kita entotin lagi kayak kemaren ya ?”, tanya Sardi yang pikirannya sudah sangat penuh dengan pikiran mesum terhadap anak majikannya yang cantik itu. Dinda mengangguk perlahan, wajahnya agak memerah, dia merasa malu untuk mengakuinya. “jadi non Dinda mau bolos supaya bisa ngelayanin kita di ranjang ya ? hehe”, ujar Jajang melecehkan Dinda. “mm..iyaa”, jawab Dinda, menambah warna merah di wajahnya. “non Dinda suka kita entotin ?”. “hm mh”. Tubuh Dinda justru terasa menghangat mendengar lecehan-lecehan Jajang dan Sardi yang merendahkan dirinya. “berarti mulai sekarang non Dinda harus mau kita entot kapan aja n’ dimana aja kita mau..”. “iyaa, Pak…”, jawab Dinda yang mulai terangsang. Jajang dan Sardi asik mengendusi tubuh sang gadis bertubuh sintal nan berkulit putih mulus. Aroma tubuh Dinda yang segar dan harum tentu membangkitkan gairah 2 pria tua itu dengan sangat cepat. Senjata mereka berdua juga sudah sangat siap. Bukan siap untuk menjajah lagi, tapi mungkin, lebih tepat jika dikatakan siap ‘mengawal’ sang artis imut bernama Dinda Kirana di atas singgasananya alias ranjangnya yang sudah awut-awutan dan noda sperma dimana-mana. Namun di tempat itulah, 2 orang pria tua dan seorang gadis muda merasa nyaman untuk merasakan nikmatnya dunia. Kali ini, Dinda melayani Jajang dan Sardi dengan sepenuh hati, tak segan-segan memberikan tubuhnya kepada pembantu dan supirnya itu. Dan hari itu, seperti kemarin, Dinda lalui tanpa turun dari ranjang, tapi kali ini, atas kemauan Dinda sendiri. Dan mungkin hari-hari selanjutnya akan seperti itu jika keadaan memungkinkan sebab Dinda kini sudah bertekad bulat untuk menyediakan rahimnya untuk Jajang dan Sardi. Dihamili Jajang dan Sardi merupakan keinginan terbesar Dinda saat ini. Desahan mulai terdengar lagi dari kamar gadis imut itu seketika Jajang dan Sardi mulai menggumulinya lagi. Keesokan harinya, Dinda terbangun karena alarmnya, jam setengah 6 pagi. Jajang mendekap gadis cantik itu dari belakang dan Sardi memeluknya dari depan. Baik 2 pria tua itu maupun si artis cantik sama-sama tak mengenakan pakaian apapun. Sejak dari minggu pagi sampai selasa pagi, tak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh seksi Dinda, semuanya terbuka, bebas untuk digeluti oleh kedua pejantannya, siapa lagi kalau bukan Jajang dan Sardi. Sang pemerkosa Dinda yang malah jadi ‘majikan’ Dinda sejak pagi kemarin. “Pak Jajang, Pak Sardi, bangun..”, ujar Dinda dengan suara yang begitu lembut dan manja seperti seorang istri yang sedang membangunkan suaminya. Tapi, untuk kasus Dinda, istri yang sedang membangunkan suami-suaminya. “udah pagi ya, non ?”. “iyaa, Pak..ayo dong, bangun, aku kan mau sekolah..”. “iya, non..”. Jajang dan Sardi melepaskan pelukannya. Dinda pun bangun dan menuju kamar mandi. Sama halnya seperti kemarin, dia berjalan dengan agak tertatih-tatih. Selama 2×24 jam, meskipun tak terus menerus, alat kelamin dan duburnya disodok oleh 2 benda tumpul yang tergolong besar dan keras, tak mungkin jika selangkangan artis imut yang baru merasakan nikmatnya proses reproduksi itu tak terasa ngilu. Dinda keluar kamar mandi, Jajang dan Sardi sudah tak ada, begitu juga dengan sprei, selimut, bantal, dan juga gulingnya sudah tak ada di ranjangnya. Dinda memakai seragam sekolahnya. Akhirnya, setelah melalui 2 hari tanpa pakaian, dia bisa merasakan betapa hangatnya jika memakai pakaian. Dinda keluar dari kamar dan menuju ruang makan. “non, sarapan udah siap”, ucap Jajang. “iyaa, Pak. makasih yaa..oh iyaa, Pak..seprei, selimut, bantal sama guling di cuci yaa ?”. “iya, non..abisnya bau sih hehe”. “ntar sekalian dikasih pewangi ruangan yaa, Pak ?”. “emangnya kenapa, non ?”. “masih bau, Pak ?”. “bau apa, non ?”, goda Jajang. “..engg…”. “bau apa, non ? Pak Jajang nggak ngerti ?”. “mm..bau…”. Wajah Dinda menjadi merah, dia menatap ke bawah. Dia tahu kata apa yang mesti diucapkan, tapi rasanya malu sekali untuk mengatakannya, masalahnya dia belum pernah mengucapkannya. Dan dia tahu kalau Jajang sedang melecehkannya, menggodanya, dan memaksanya secara halus untuk mengatakan ‘kata’ itu. “bau apa sih non ?”, Jajang tersenyum licik. “nng..ba..bau peju..”, ucap Dinda cepat, wajahnya merah bagai tomat. “oh bau peju..bilang dong, non HAHAHA !! iya, ntar Pak Jajang semprot pake pewangi ruangan”. Anehnya, dilecehkan seperti itu, Dinda serasa tak bisa marah kepada Jajang, dia hanya bisa menahan rasa malunya, menerima pelecehan dari Jajang. “Pak Jajang, aku berangkat sekolah dulu yaa”. Tiba-tiba Jajang langsung menarik Dinda ke pelukannya dan melumat bibirnya. “emmhh mmhhh uummmhhh”. Dinda seakan tak bisa menolak, dia membiarkan pembantunya itu melumat bibirnya sesukanya. Dengan leluasa, Jajang menyedot bibir anak majikannya yang cantik jelita itu sambil asik meremasi pantat Dinda juga. “ccpphh sspphh”. Lidah Jajang menyelip masuk ke dalam mulut Dinda dengan mudahnya. “Pak..aku..mau..berangkat…”, ucap Dinda terputus-putus saat Jajang mengecupi bibirnya. “oh iya, non..hehe..maaf, Pak Jajang lupa hehe..”. Dinda tersenyum dan mengelap mulutnya yang berlumuran air liur Jajang dengan tisu dari meja makan. Dinda sebagai anak yang punya rumah seolah tak punya rantai komando lagi di rumahnya sendiri karena peristiwa yang baru saja terjadi menegaskan kalau Jajang dan Sardi lah yang berkuasa sedangkan Dinda lah yang menjadi ‘pelayan’nya. Buktinya, tadi Jajang bisa mencumbu bibir anak majikannya itu tanpa mendapatkan perlawanan sedikit pun. “non Dinda, pulang sekolah langsung pulang ya ?”. “kenapa, Pak ?”. “Pak Jajang udah kangen ngeliat non Dinda nggak pake baju hehe”, bisik Jajang sambil meniup telinga Dinda. Dinda pun tersenyum malu mendengar kata-kata pembantunya itu yang sebenarnya sangat merendahkan dirinya sebagai anak majikan. “ayo, Pak. kita berangkat..”. “non Dinda duduk di depan dong..”. Tanpa sadar, Dinda menuruti Sardi yang sebenarnya memberi perintah kepadanya. “aneh rasanya..”, celetuk Sardi saat menyetir. “aneh kenapa, Pak ?”. “aneh ngeliat non Dinda pake baju lagi KEKEKE !!”. Memang enak sekali melecehkan ABG cantik yang menerima semua lecehan dan tak marah, itulah yang dirasakan Jajang dan Sardi sebab anak majikannya itu hanya tertunduk malu dan tak pernah marah walau dilecehkan seperti apapun. Contohnya, kemarin, Dinda menjilati kaki Sardi atas perintah Sardi dan menjilati ketiak Jajang atas perintah Jajang. Semua hal mesum yang pernah dilihat dan didengar Jajang dan Sardi dipraktekkan kepada artis imut itu. Bagi 2 pria tua seperti Jajang dan Sardi, bisa ‘menguasai’ gadis ABG yang berwajah cantik, bertubuh sexy, dan juga berstatus artis adalah sebuah mimpi yang jadi kenyataan. Dan untuk Dinda, entahlah, apa dia harus merasa sedih atau bagaimana menjadi budak seks bagi 2 pelayannya sebab kata-kata dan perintah cabul dari Sardi dan Jajang yang melecehkannya malah menimbulkan rasa geli dan memancing gairahnya. Dinda sendiri tak tahu telah jadi apa dirinya, pokoknya dia merasa begitu bergairah saat Jajang dan Sardi melecehkannya. “Pak Sardi, nanti jemput kayak biasa yaa..”. “iya, non..tapi tunggu dulu, non..”. Sardi menahan tangan Dinda. “a..”. Belum sempat berkata, bibirnya langsung disambar supirnya itu. “mmm emmm”. Seperti tadi di rumah, Dinda tak kuasa menolak cumbuan Sardi yang semakin ganas melumat bibir lembut Dinda. Bibir Dinda memang sangat lembut, tak heran Jajang dan Sardi begitu ketagihan mencumbunya. Bagai lupa segalanya, Dinda malah membalas lidah Sardi, lidah mereka berdua pun saling melilit. Saat Sardi menarik bibirnya, Dinda malah memajukan mulutnya bagai mencari-cari bibir Sardi. “non Dinda..enak yaa dicipok Pak Sardi ? KEHEHEHE !!”. Dinda tersadar, matanya terbuka, dan mengulum bibir bawahnya, malu karena memang benar dia menikmati percumbuan tadi. Dinda melihat ke jamnya, jam 06.50. “aduh, Pak..aku telat..”. Dinda langsung keluar dari mobil dan berlari menuju gerbang sekolah. Saat dia di depan gerbang, dia baru ingat kalau mulutnya basah oleh air liur Sardi sehabis ciuman tadi. Untungnya, dia bawa tisu, dia langsung mengeringkan mulutnya sebelum melewati gerbang sekolah yang sebentar lagi akan ditutup. Seharian, setiap kali Dinda menelan ludah sekedar untuk membasahi tenggorokannya, pasti ada rasa sperma di tenggorokannya. Mungkin karena seharian kemarin, Jajang dan Sardi tak hanya menumpahkan mani mereka ke rahim dan anus Dinda, tapi juga mencekoki gadis imut itu untuk meminum cairan hina dari alat kelamin mereka berkali-kali sampai sang artis cantik selalu merasa seperti sedang menelan sperma. Dinda agak berhati-hati mengobrol dengan teman-temannya, takut mereka bisa mencium aroma sperma dari nafasnya. Melihat tingkah Dinda yang sama seperti hari biasanya, pastilah tak ada yang menduga. Benar, pasti tak akan ada yang menduga alasan sebenarnya kenapa gadis berparas imut itu tak masuk sekolah kemarin. Bukan karena sakit seperti yang ia bilang, melainkan karena ia sibuk melayani nafsu bejat supir dan pembantunya di atas ranjangnya sendiri seharian. Teman-teman Dinda yang berwajah tampan, kaya, maupun yang pintar hanya bisa melihat tubuh indah Dinda dalam mimpi dan fantasi mereka sama seperti para fans Dinda. Sedangkan Jajang dan Sardi yang tak ayal hanyalah 2 orang pria yang sudah tua, hidup pas-pasan, dan tak sampai mengenyam bangku SMA, mereka bisa melihat tubuh seksi Dinda tanpa ditutupi sehelai benang pun. Bahkan, mereka bisa menyuruh artis berwajah imut nan polos itu apa saja termasuk menari striptease khusus untuk mereka berdua. Sekolah pun usai, namun tak seperti biasa, Dinda sama sekali tak merasa lelah, tubuhnya terasa segar-segar saja, meski memang, rasa ngilu selalu muncul di selangkangannya setiap ia berjalan cepat. Sekolah hari itu pun terasa ‘ringan’ bagi Dinda, dia juga tak tahu mengapa.

Donita xxx

$
0
0

Wanita yang digilai oleh banyak lelaki di Indonesia dan juga artis yang terkenal melalui sebuah sinetron laris manis yang ditayangkan disebuah stasiun televisi, serta berbagai macam produk iklan, ya,dia adalah Donita.

 

Setelah seharian disibukkan dengan aktivitas syuting yang melelahkan, membuatnya tertidur dengan pulasnya. Namun, matahari yang sudah bersinar terang, mau tidak mau membuat gadis cantik itu bangun juga. Walaupun dengan kondisi yang masih mengantuk, ia tetap bangun dan mandi untuk bersiap-siap pergi, karena memang sudah memiliki janji dengan teman-temannya. Begitu selesai merapikan tempat tidurnya, Donita langsung masuk ke kamar mandi dan berendam dibathub. Dia pun lalu mulai menggosok tubuhnya dengan sabun cair. Setelah meratakan sabun diseluruh tubuhnya, dia pun mulai membersihkan tubuhnya dengan seksama dan teliti. Tanpa disadari, saat menyabuni tubuhnya, dia mulai meraba daerah-daerah sensitif miliknya.

    “damn, kalau si Rendy ga sibuk ama kerjaannya, mungkin gue bisa ngent*t sepuasnya ama dia seharian.”gumamnya pelan sambil mengingat-ingat pacarnya itu.

    Ya, sejak memperoleh kerjaan baru dari sebuah rumah produksi ternama, Randy Pangalila, sang kekasih sering menolak ajakan bercinta dari kekasihnya itu dengan alasan yang dibuat-buat dan kadang-kadang tidak jelas. Bahkan sudah seminggu, Donita uring-uringan karena randy tidak mau memuaskan hasrat birahi Donita yang menggebu-gebu. Walau didepan publik Donita terlihat dengan imej sebagai seorang wanita yang polos dan innocent, tapi sesungguhnya artis cantik yang kehidupannya jarang diekpos oleh acara-acara infotaintment ini, memendam nafsu birahi yang besar didalam dirinya. Sehingga, ketika dia menyabuni dirinya, secara tak sadar dia hanya menggosok area kedua buah dada montok dan vaginanya saja. Walaupun payudaranya berukuran tidak terlalu besar, namun benda itu sangat indah untuk dipandang karena berbentuk bulat dan montok seperti bakpau, yang dihiasi puting berukuran mungil dan berwarna merah muda. Keindahan tubuhnya yang seksi, juga dilengkapi oleh vagina merah muda yang ditumbuhi oleh rambut-rambut halus dan jarang. Walaupun benda itu sudah sering dipakai oleh banyak lelaki, yang kebanyakan berasal dari kalangan om-om produser, serta pejabat-pejabat yang membokingnya maupun pacarnya sendiri, tetapi vagina tersebut masih saja berbentuk indah dan masih sempit. Nafsu yang sudah tidak tertahankan lagi, membuat Donita terpaksa menemani acara paginya mandinya dengan bermasturbasi ria. Tangan kanan yang tadinya memegang sabun, kini dipakainya untuk meremas-remas payudaranya. Sedangkan tangan kirinya mulai menggosok-gosok vaginanya dari luar. Setelah basah barulah dia memasukkan tiga buah jarinya yang lentik

    “aaaaahhhhhhh………..ooooouuuuuugggghhhh……..mmmmmmhhh hhh”. erangan nikmat yang keluar dari bibir seksinya ketika mengocok memiawnya itu.

    Tidak sampai dua menit kemudian, tubuhnya menegang dan menggelinjang tak terkendali.

    “oooooooohhhhhhhh…………” desahan kepuasan pun keluar ketika gadis cantik itu mendapatkan orgasmenya.

    Mata yang tadinya terpejam rapat kini mulai terbuka walau masih terdapat sisa-sisa kelelahan di wajah cantiknya. Dengan nafas yang masih tersengal-sengal, ia pun membilas tubuhnya dari sisa-sisa sabun yang masih menempel dan mengakhiri acara mandi paginya. Selesai mengeringkan tubuh, dia bercermin sejenak dan melihat bayangan tubuhnya. Tubuh indah yang hanya dapat dikagumi oleh jutaan laki-laki melalui layar kaca itu, kini terpampang jelas dalam balutan handuk yang tidak dapat menutup tubuhnya secara utuh. Selesai mengagumi tubuhnya sejenak, ia berjalan perlahan menuju lemari pakaian. Handuk berukuran mini yang yang melilit tubuhnya, tidak dapat menyembunyikan keindahan paha putih mulusnya setiap ia melangkah. Setiap langkahnya pun sedikit menyingkap ujung handuk tersebut, sehingga memperlihatkan ujung pantat bulatnya yang terpampang karena tidak tertutup celana dalam sama sekali. Donita pun membuka laci lemari pakaiannya, lalu memilih sebuah celana dalam merah yang berenda dan sedikit tembus pandang, sehingga menampakkan bayangan vaginanya. Bra yang dipilih pun senada dengan warna celana dalamnya dan sama-sama tembus pandang, sehingga ketika ia memakainya, masih tampak jelas ujung putting payudaranya yang mengacung, menantang siapa saja yang menatap benda itu untuk melahapnya. Donita pun memilih sebuah celana jeans ketat, yang menjiplak bentuk pantatnya dan daerah selangkangannya. Serta sebuah kaus ketat berkancing yang berwarna hitam senada dengan celana yang dipakai. Penampilannya saat itu begitu segar dan menggairahkan. Tiba-tiba handphone miliknya yang diletakkan diatas ranjangnya berdering.

    “Halo, lo dimana don? Gue dah didepan rumah lo neh!” Tanya si penelepon yang ternyata sudah berada di depan rumahnya.

    “ok, gue dah siap nih. Gue keluar sekarang ya!”.

    Ia pun menutup sambungan telepon dan bergegas turun, dari kamarnya dilantai dua sambil menyambar tas jinjing dan sepatunya yang tergeletak disamping pintu kamarnya. Donita berjalan menuju pintu keluar, ketika mamanya memanggil,

    “Don, gak sarapan dulu?” kata sang ibu yang berjalan menghampirinya.

    “gak deh ma, nanti aja dijalan. Donita ada urusan penting.” Jawabnya sambil memakai sepatu.

    “oh ya ma, kayaknya aku pulang agak telat ya. Kalo ada yang nyariin bilang aja aku lagi keluar kota!” kata gadis manis itu sambil menyium pipi mamanya dan langsung berjalan melewati pintu keluar.

    “dah mama!” teriaknya sambil melambaikan tangan, sebelum menaiki mobil yang menjemputnya.

    “Dah, gue bt banget tau ga? Udah seminggu nih gue ga’ dient*t ama si Rendy. Mentang-mentang dah dapat job baru, eeh.. gue dicuekin. memiaw gue terasa gatel banget nih. Mana ni kepala dibuat pusing lagi.” Ceplosnya asal pada sahabatnya itu.

    Ya, gadis cantik yang menjemputnya itu ternyata adalah Asmirandah, seorang artis terkenal yang karirnya sedang menanjak akhir-akhir ini.

    “alaaaah…..itu aja lu pikirin. Kan tinggal cari cowok laen. Emangnya cowok di dunia ne si Rendy aja? Masih banyak tau cowok yang mau sama lo. Apalagi kalo cumin urusan ngent*t.” Jawab Asmirandah yang juga asal menasehati sahabatnya itu.

    “aaaahhhh…..ga ah, males gue. Apa kata orang nanti, kalo tau gue lakuin yang begituan.” Paparnya munafik.

    “alah… pake belagak suci lagi. padahal lo sendiri sering dient*t ama om-om produser itu kan?pake ngejaga imej lagi!” kata Asmirandah sengit. sebal juga dia melihat temannya yang sok alim itu.

    “ihhh…uda deh, ga usah ngebahas yang udah lewat, basi tau. lagian gue maunya Cuma dient*t ama Rendy karena gue cinta ama dia. kalo ama om-om produser itu kan kepaksa. mana ada orderan gue kalo gak jual ni badan.!” tukas Donita terang-terangan.

    “hah? jadi lo maunya suka ama suka tu ama Rendy doang? capek de. emang dia bisa muasin lo apa?” sahut Asmirandah keheranan melihat sahabatnya itu.

    “ya nggak sih. paling cuma 5 menitan doing, mana kecil lagi. tapi mau sama siapa lagi? gue ga berani ngent*t ama orang yang gak gue kenal.” jawab Donita polos.

    “ok, deh gue ngerti. udah ya cantik, jangan cemberut lagi dong! ntar cowok-cowok pada ngejauhin lo lagi”. sahut Asmirandah memberi semangat pada sahabatnya itu.

    “sekarang kita dah ditungguin ama temen-temen tuh, lo bilang kan mau ngedance sampe puas hari ni.” tutur Asmirandah.

    Singkat kata, seharian itu Donita, Asmirandah dan teman-teman mereka lainnya, bersenang-senang ria. Mereka melepas semua kepenatan dan kebosanan yang menumpuk dalam pikiran mereka. Menikmati waktu liburan dari semua aktivitas yang melelahkan dan membosankan yang mereka jalani sehari-hari. Waktu pun tidak terasa telah berlalu beranjak malam, ketika jam tangan Donita menunjukkan pukul 21.30 wib. Donita yang memang sudah merasa puas dengan berbagai hiburan itu pun, mengajak Asmirandah untuk pulang. Ketika dia melihat ke sudut ruangan, ia melihat Asmirandah sudah pingsan akibat terlalu banyak minum. Dia pun langsung menuju ke tempat sahabatnya itu dan berusaha membangunkanya.

    “dah,dah bangun, udah malem ni. kita pulang yuk, lu kan musti anterin gue.” ujar Donita berusaha membangunkan sahabatnya itu.

    Tetapi Asmirandah yang sudah terlalu banyak menenggak minuman keras, hanya terbaring diam saat Donita menggoyang-goyangkan tubuhnya berusaha membangunkan gadis itu. Dengan sedikit kesal, karena usahanya tidak berhasil, dia mengambil handphone miliknya, menelepon supirnya yang bernama Suprihatin, yang biasa dipanggilnya pak Supri untuk menjemputnya.

    “pak Supri, tolong jemput aku di jalan xxxxxxxx ya! oh iya, bapak perginya ga usah bawa mobil. soalnya disini ada mobil temen Donita!” ujarnya kepada orang yang di seberang telepon.
    Setelah menunggu selama 15 menit, tiba-tiba datang seorang bapak-bapak tua dengan sebuah sepeda motor yang dikemudikan oleh seorang tukang ojek. Bapak itu langsung turun untuk membayar ongkos ojeknya dan bergegas menuju tempat Donita menunggu. Bapak tua itu mengangguk tersenyum kepada Donita, walaupun senyumnya itu sama sekali tidak dapat membuat wajah tua bangkanya yang sudah keriput dimakan usia dan buruk rupa itu terlihat ganteng di hadapan nona majikannya.

    “lama amat sih pak! dah ditungguin dari tadi juga!” gerutu Donita sewot.

    “maaf deh non, baru juga ditelpon bapak langsung jalan. kan susah nyari ojek malem-malem gini. jadi kita langsung pulang, kan?” ujarnya membela diri seraya mengalihkan pembicaraan.

    “ya iyalah. emangnya mau kemana lagi? yuk cabut!”

    Si supir tua itu pun bergegas menghidupkan mobil dan meninggalkan tempat itu. Sepanjang perjalanan, tak lupa tua bangka itu mencoba untuk mencuri-curi pandang ke jok belakang melalui spion mobil untuk melihat-lihat pemandangan indah yang sangat menggiurkan. Ya, saat itu memang ada pemandangan yang sangat menggiurkan dibelakangnya, dimana Asmirandah yang pingsan, mengenakan kemeja ketat yang menjiplak tubuhnya dan rok mini yang berada 15 cm diatas lututnya, yang mau tidak mau membuat sang supir terpaksa meneteskan liurnya karena disuguhi paha putih mulus dan sedikit penampakan celana dalam berwarna putih yang dipakai gadis itu. Kontan saja celana dalam yang dipakai supir itu, berubah ukuran menjadi SS alias super sempit. Itu pun ditambah dengan penampilan sang nona majikan yang juga memakai pakaian yang jelas-jelas mencetak erat lekuk tubuhnya, dibumbui dengan terbukanya 3 buah kancing baju Tshirt-nya yang membuat belahan payudara montok gadis itu seakan-akan menantang sang supir untuk memakan kedua buah melon itu sampai tak tersisa. Donita bukan tak tahu apa yang dilakukan supirnya itu, tapi karena kepalanya sudah sangat pusing akibat terlalu banyak minum dan tubuh yang sudah sangat lelah, membuat dia membiarkan saja perbuatan mesum si supir.

    “emmmm…non” tiba-tiba pak Supri membuka suaranya, memecah keheningan.

    “apa sih pak?” jawab Donita sedikit kesal karena kepalanya pusing.

    “bapak gak sengaja tadi siang liat ada video non lagi begituan dalam handycam non yang ketinggalan di mobil tadi malam.” ujar sang supir yang kontan membuat jantung Donita berhenti berdegup sejenak.

    “apaa?? maksud bapak apa?” tanya Donita ketakutan setengah mati mendengar supirnya melihat rahasia paling pribadinya.

    “yaa…itu. video non yang sama bapak-bapak lagi gituan. kalo ga salah, yang adegannya di dalam kamar mandi.” jelas sang supir.

    Hal ini, jelas membuat Donita ketakutan, rahasia paling penting miliknya diketahui oleh orang lain, yang bisa saja menceritakannya kepada orang lain. Dia teringat, bahwa ia lupa untuk menyimpan handicamnya kemarin malam karena sudah sangat mengantuk dan meninggalkannya begitu saja didalam mobil. Didalam benda itu tersimpan sebuah video dimana Donita sedang bercinta dengan penuh gairah, bersama seorang pejabat yang membokingnya. Adegan panas itu sendiri direkam oleh sang pejabat dan menyuruh Donita menyimpannya sebagai kenang-kenangan. Dia tak pernah menduga bahwa setelah ia masuk ke kamar, sang supir mengambil benda tersebut dari dalam mobil dan melihat rahasianya itu. Donita terdiam mematung, banyak pikiran melintas di otaknya teringat aib tersebut.

    “kok diem non? bapak ga nyangka non bisa ngelakuin hal kayak gitu, padahal selama ini bapak kira non cewek baik-baik!” ujar sang supir munafik, padahal pngen juga.

    “alaah… ga usah sok ceramahin orng deh pak! bapak bilang aja mau duit berapa, Donita kasih berapa aja asal bapak bisa tutup mulut!” jawabnya seraya menutupi kegusaran.

    “hah? duit? sorry non. gaji bapak lebih dari cukup. bapak mau aja sih tutup mulut asal dikasih yang kayak di video itu…..hak hak hak” tepis si supir yang langsung memperlihatkan sifat aslinya itu.

    “oh shit! ni tua bangka pengen nyoblos memiaw gue, yang bener aja? bisa mampus gue ngent*t ama orang aqncur kayak gini!”batinnya yang enggan melayani si bandot tua.

    “eh pak! kalo ngomong jangan asal ya! bapk bisa saya laporin polisi tau!

    “heh, laporin aja non. paling waktu bapak ditangkep, non udah jadi bintang porno terkenal. kayak siapa tuh? Ariel ama Luna Maya ya? hak hak hak.

    Jantung Donita berdegup kencang, ia tak bisa membayangkan jika hal yang dikatakan supirnya itu terjadi. Mau ditaruh dimana mukanya?

    “ok. Donita mau kasih apa yang bapak mau!” tapi cuma untuk kali ni aja! ujarnya mengajukan tawaran.

    “yeeee si non. masa sekali doang! tak usah la yau! ampe bapak bosen ngent*tin non dong! atom au videonya disebar? hayo? mau pilh yang mana? hak hak hak.” ujar si supir menampik mentah-mentah.

    Donita hanya bisa terdiam membisu. Hanya dengan menjadi budak nafsu sang supir dia bisa bertahan. pergulatan batin berlangsung di dalam dirinya, antara horny merasakan petualangan seks yang baru dengan keengganan menjadi budak pelampiasan birahi. Akhirnya dia memilih opsi yang pertama. Dia enggan kehilangan karir dan tidak ingin nama baik diri serta keluarganya tercemar.

    “ok. Donita mau! tapi kalo sampe tu video kesebar, Donita ga akan segan-segan laporin bapak ke polisi. biar kita sama-sama ancur!”

    “ya ileh si non. buat apa juga bapak nyebarin. kalo bisa ngent*tin non tiap hari! hak hak hak!” ingin rasanya Donita membunuh supirnya ini. “o ya, temennya boleh juga dong bapak nyicipin?” tanyanya asal.

    “apa? jangan ngelunjak ya pak! andah ga boleh diapa-apain!” Donita yang mulai membenci makhluk jelek ini, bertambah geram mendengar omongan asalnya.

    “cuma becanda non! yang penting bapak bisa ngent*t ama non ampe puas aja dah cukup! hak hak hak!”

    “cih, kurang ajar banget ni tua bangka! dah dikasih ati malah minta jantung!”

    Benar-benar edan si Supri, sudah dapat satu masih mau nambah. Tidak terasa, mobil sudah sampai di rumahnya. Donita memapa temannya keluar menuju kamarnya tanpa menghiraukan sang supir. Setelah merebahkan Asmirandah, tiba-tiba handphonenya berbunyi,

    “iya-iya. sabar dikit napa sih pak? ujarnya ketus, sedikit pelan karena takut membangunkan sahabatnya.

    yang di seberang telepon cuma bisa tertawa mesum memuakkan.

    “ahhh…. udah seminggu nggak ngent*t, terpaksa deh gue kasih ni memiaw ku tuh bapak-bapak jelek!” batinnya kesal pada nasib buruknya.

    Rasa pusing yang dirasakannya pun kini telah sirna. Walaupun merasa benci pada supirnya tapi di dalam hatinya, ia merasa senang juga karena bisa memuaskan dahaga birahi dengan supirnya itu. Dengan langkah sedikit gontai, gadis cantik itupun turun menapaki tangga, untuk menyerahkan tubuh moleknya kepada sang supir buruk rupa.

    “heheheh akhirnya si non datang juga’ ujarnya memuakkan, sambil duduk di atas sofa di ruang tamu.

    “ouh, males banget gue liat mukanya” batin gadis itu muak walau sedikit horny juga.

    “ayo pak, kita ke kamar bapak. bahaya kalau ketauan mama” ajaknya agar dieksekusi di kamar supirnya itu.

    “ya ampun! emangnya non ga tau? kan mama non lagi ke Bandung!”

    “oh shit! gue lupa lagi. mama papa hari ini kan berangkat ke Bandung!” dia teringat akan orang tuanya yang berada di luar kota.

    Donita lupa bhwa orang tuanya hari ini pergi keluar kota untuk menghadiri resepsi pernikahan salah satu saudaranya. Hal ini justru memberi kesempatan si supir bebas untuk “menggarapnya” dimana saja.

    “jadi kita bebas mau ngent*t dimana aja kan? hak hak hak”. benar-benar jengkel Donita dibuatnya.

    “di dalem sarung bapak ada yang mau kenalan ama non nih! hehehe, sluuuuurrpphhh! ujarnya penuh nafsu. !!

    Yang entah sejak kapan mengganti celananya dengan kain sarung yang membentuk jelas “tombak pemangsa wanita”-nya itu. Donita agak ketakutan melihat bentuk penis pak Supri yang menonjol besar di balik sarung bututnya. Apalagi membayangkan vaginanya akan dipaksa menelan seluruh batangan besar itu. Pasti liang vaginanya akan merenggang sampai batasnya. Tangan gadis itu reflex menutup kedua alat vitl yang sedang diburu oleh mata si supir. Jreeeennngg!!! tiba-tiba Supri jelek melepas sarungnya, penis besarnya menginginkan sarung milik Donita yang lebih nikmat.

    “ayo non! sok atuh, di isepin tongkol bapak. hak hak hak.”ujarnya sok sopan.

    Gadis itu maju dengan tangan gemetaran, memegang “senjata pamungkas” para pria itu, yang mampu membuat semua wanita terbang jauh menembus langit ketujuh menuju surga kenikmatan duniawi. Walaupun sudah berkali-kali melihat dan merasakan berbagai macam bentuk penis, tapi dia tak habis pikir dengan bentuk penis supirnya itu. Bagaimana mungkin, bapak-bapak tua seperti pak Supri ini yang sudah berumur setengah abad dan berperawakan kurus, bisa mempunyai sebuah “tongkat super” yang berukuran besar dan masih keras. Ini adalah penis terbesar yang pernah dilihat pikirnya, dan tanpa sadar Donita ikut terangsang juga membayangkan benda itu akan mengaduk-aduk vaginanya. Nafasnya sedikit tersengal dan lender kewanitaan keluar dengan lancer dari memiawnya yang mungil itu.

    “gimana non, tongkol bapak gede kan? dijamin deh, non bakalan puas! Supri gitu loh!! hak hak hak” ujarnya melihat Donita terpana dengan “batangnya” itu.

    Tanpa pelu diperintah lagi, gadis itu memasukkan penis si supir kedalam mulutnya yang mungil, untuk memberikan pelayanan oral sex terbaik yang ia miliki.

    “ohhhhhh…….enak banget non sepongannya!!! mantabbhh!!” racaunya menikmati sepongan Donita.

    Benar-benar hebat sensasi yang dirasakan pak Supri sampai membuat tubuh bawahnya bergoyang-goyang tak terkendali. Tak ingin cepat keluar, dianggkatnya tubuh sang nona majikan dan mendudukkannya di sofa panjang itu. Dengan cekatan dibukanya semua pakaian gadis itu hingga bugil, tanpa perlawanan sedikit pun dari Donita. Matanya yang keriput dan cekung, mendadak terbuka lebar melototi pemandangan indah di hadapannya. Hidungnya yang pesek kembang-kempis tak karuan. mulutnya yang berbibir tebal itu pun tak lupa turut mengeluarkan air liurnya, kontan saja Supri jr mengeras bagaikan sebatang besi yang keras melihat pemandangan yang ada dihadapannya tresebut. Donita ingin muntah dibuatnya, menyaksikan wajah mupeng nan ancur kepunyaan sang supir. Kedua insan yang berlainan kelas social dan jenis kelamin itu pun saling menatap tubuh pasangannya masing-masing. Pak Supri yang terkagum-kagum melihat tubuh indah dan sexy milik Donita, berbanding terbalik dengan sang nona majikan yang memandang jijik kepada supirnya itu. Hanya satu bagian yang bisa menarik perhtian gadis itu, yaitu penis berukuran super milik pak Supri yang membuat vagina-nya tambah basah saja. Tanpa babibu lagi direngkuhnya tubuh Donita yang sangat menggiurkan itu dan mencium bibirnya.

    “mmmmmhhhhh……..” dilumatnya bibir Donita dengan penuh nafsu serta dijelajahi seluruh bagian mulutnya.

    Sementara itu, Donita hanya bisa pasrah membiarkan bibirnya dilumat habis. Lidah sang supir dengan liar menari-nari di dalam mulutnya itu, saling beradu lidah dan bertukar liur dengan gadis itu. Sambil berciuman, tangan pak Supri meremas-remas payudara montok miliknya. Puting kecil berwarna merah muda itu dipuntirnya dengan gemas. Tangan kanannya tanpa hambatan meluncur kebawah. menyentuh ulit paha doniyta, langsung menuju bagian vaginanya.

    “aaaaaahhhhhhhhhh…….” Donita tersentak dengan perlakuan pak Supri.

    Sentuhan itu terasa bagaikan segelas air dipadang pasir yang melepaskan dahaga birahi Donita, yang sudah selama seminggu ini tidak merasakan sentuhan laki-laki. langsung saja sang supir menggosok-gosok vagina nona majikannya itu. Tangan yang satunya tidak pernah lupa untuk meremas kencang payudaranya secara bergantian kiri dan kanan. Remasan yang brutal itu, membuat payudara montok yang berkulit putih itu menjadi merah. Sementara itu bibir sang supir yang tebal itu, memberikan rangsangan tambahan di leher majikannya.

    “ooooooooooohhhhhhhhhh……..oooooooohhhhhhhh……oooooo ohhhhhhh” terpaksa Donita mengeluarkan erangan kenikmatannya karena dihajar dengan rangsangan bertubi-tubi dari supir mesum itu.

    Merasa nona majikannya itu sudah sangat siap untuk disetubuhi, pak Supri pun mengambil posisi untuk mengeksekusi nona majikannya.

    “non, dah siap yah bapak ent*t? hehehhehe….” ujarnya konyol meminta izin. Padahal walau jawabannya tidak, dia akan tetap melakukan niat cabulnya.

    “eeeeeeemmmmmmmhhhhhhhh…….” hanya itu jawaban yang diberikan Donita.

    Dengan sangat bernafsu dilebarkannya paha mulus gadis itu untuk mengangkang lebar, memberinya akses untuk menikmati surga duniawi tersebut. Kontan saja, saat melihat celah kemaluan sang nona majikan, wajah pak Supri yang memang sudah buruk itu, semakin bertambah buruk saja tak karuan. Tak kuat menahan nafsu, digenggamnya penis hitam berukuran supernya untuk memasuki liang kewanitaan Donita. Sebelum memasukkan,digesekkannya batang itu terlebih dahulu. Donita yang sudah nafsu berat memprotes perlakuan supirnya.

    “heh pak tua! cepetan lu ent*t memiaw gue! dah gatel banget nih tau!” bentaknya yang mengagetkan pak Supri.

    Rupanya sifat asli Donita keluar. Setiap kali dalam keadaan BT alias birahi tinggi, perangainya berubah menjadi seperti wanita jalang. Emosi mendengar kata-kata nona majikannya dan memang dia juga sudah sangat bernafsu, tanpa basa-basi lagi dengan posisi “man on top” si supir itu langsung melesakkan penisnya ke dalam liang vagina Donita yang sempit.

    “ck,ck,ck. artis jaman sekarang cantik-cantik banyak yang lonte! heeeeeennnngggghhhh!!!!” sentakan yang begitu keras dilakukan pak Supri, membuat tubuh Donita mengejang keras antara nikmat dan sakit.

    “oooooookkkkkkkhhhhh……..paaaakkkkkkhhhh……pelan!! eeennnggghhh” Donita sedikit memprotes perbuatan sang supir.

    Untuk beberapa saat kedua insan yang sedang diamuk birahi itu berpelukan erat. Si supir mesum sengaja membiarkan Donita beradaptasi dengan penisnya, selagi dia juga menikmati pijatan-pijatan otot vagina Donita.

    “ayo paaakk aaaahhhh……. ent*t guee!!!!……ngggghhhh…ahhhhh!!!…ent*t gue yang kenceng!!!….mana peju lo ahhhhh!!!! nih memiaw gue……ahhhhhh!!!!!” benar-benar edan cara si artis mengungkapkan kenikmatan yang diterimanya.

    Plok!plok!plok!plok!bunyi tepukan pantat Donita dengan pinggul pak Supri bersuara nyaring, bagaikan sebuah melodi indah pembangkit nafsu bagi keduanya. Kontan saja ruang tamu itu dipenuhi oleh bunyi suara desahan,erangan dan suara tumbukan kelamin mereka.

    “aaaaauuuuukkkhhhh…….!!!!!!!” Donita mengerang keras setiap kali pak Supri menyentak masuk ke vaginanya.

    Setiap kali si supir menekan masuk penisnya dalam-dalam, Donita merasakan vaginanya seperti tersobek dan tubuhnya terbelah dua. Kepalanya menggeleng keras ke kiri dan kanan, mulutnya terbuka lebar mengeluarkan suara tertahan. Sedangkan pinggulnya tidak bisa digerakkan sedikitpun karena pahanya dipeluk erat oleh sang supir.

    Tampaknya dia tak peduli dengan kondisi tubuh majikannya dan terus berupaya keras, mendayung perahu birahi untuk mencapai puncak kenikmatannya itu.

    “eeeeennnngggghhhhh……busyeeeeeetttt!!! seret bener memiaw lu nonn..huuuuuunnnggghhh!!!!”

    “iyaaahhhhh…..ahhhhhh…..oouuhhhh!!!” benar-benar kewalahan Donita menghadapi kebrutalan pak Supri.

    Sambil menyentak, supir tua itu tidak lupa meremas payudara Donita dan menjilat leher gadis itu. Jilatannya perlahan merambat naik menuju bibir mungilnya, dan melahapnya dengan ganas.

    huuuuuueeee!!! bau nafas si supir sungguh tidak sedap alias ngga enaaaaak (ala mie sedap ^_^). Entah makan apa pak tua itu tadi siang, tetapi lidah Donita tetap menikmati permainannya dengan liar, sampai ludah mereka menetes-netes disekitar bibir.

    “enakkan non ngent*t ama bapaaakkhh!!! trima nih tongkol!!! mampus looohh!!!! heeenggkkkhhh!!!”

    “oooohhhh…. ppaaakkhhh!!!! ahhhh!!!! iyaaaahhh….. iya…ahhhhh!!!!”

    Tubuh Donita kelojotan, matanya berkunang-kunang. Digebuk-gebuknya pinggiran sofa untuk melepas derita birahinya. Setelah seminggu tidak melakukan aktivitas sexual, akhirnya Donita bisa merasakan lagi kenikmatan itu. Peluh bercucuran keluar dari tubuhnya, nafas pun memburu kencang. Banjir sekali dirasakan vaginanya. Tubuh indahnya berkedut-kedut kecil menikmati sisa orgasme. kenikmatan yang sama juga dirasakan pak Supri, walaupun dia belum mencapai orgasme tapi penis besarnya serasa diremas kuat oleh otot-otot vagina Donita. Diapun mendiamkan tubuhnya sejenak, membiarkan gadis itu menikmati sisa-sisa orgasmenya. Benar-benar sempurna dirasakan pak Suprihatin. Dirinya yang cuma orang kecil dan hanya berprofesi sebagai seorang supir, bisa menikmati tubuh ranum seorang artis cantik seperti Donita. Dalam mimpi pun dia tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Dia benar-benar mensyukuri sifat pelupa yang dimiliki Donita bisa berujung pada kenyataan bahwa dirinya dapat menikmati tubuh indah sang artis. Donita pun tidak penah membayangkan bahwa hasrat birahi liarnya, dapat terpuaskan oleh lelaki macam pak Supri yang jelas-jelas kelas sosialnya lebih rendah dari dirinya. Tak pernah terlinyas sedikit pun dalam pikirannya bahwa orang rendahan seperti pak Supri, bisa lebih hebat dalam urusan sex daripada laki-laki tampan, ber-uang dan terlihat dari luarnya sebagai “laki-laki gagah padahal loyo” dalam urusan memuaskan wanita.

    “oooooohhhhhh…… oooooohhhhh!!” tiba-tiba Donita tersentak.

    Supir tuanya itu mulai kembali mengayunkan pinggangnya. Kali ini dia ingin segera menggapai puncak kenikmatannya. Tanpa menghiraukan kondisi tubuh nona majikannya yang lemas pasca orgasme, ia mengayunkan keluar-masuk penisnya dengan brutal seperti ronde pertama tadi. Donita hanya bisa mengerang dn mendesah memohon ampun diperlakukan secara maniak dan sangat bernafsu oleh supirnya itu.

    Plak! ”artis perek….!!!” plak!! “artis lonte…..!!!!” plak!!

    Benar-benar brutal pak Supri ini. Dia betul-betul menikmati bisa mempecundangi artis cantik seperti Donita. Tampak pantat Donita yang kemerahan, akibat ditampar sembari digenjot brutal olehnya.

    “eeeeeeeemmmmmhhhh…..gue jeol memiaw lu!!!! hhnnnggghhh!!!! makan nih tongkol!!! hnnnggghhh!!!”

    Puas dengan posisi missionary, dia membalik tubuh Donita menjadi telungkup, yng dimana Donita harus bertumpu pada sikunya dan kakinya yang berlutut dilantai dengan tubuh bagian atas masih diatas sofa.

    Payudara montoknya yang tergencet, serta pantat bulatnya yang kemerahan ditambah bibir memiaw yang merekah memar kemerahan karena teru-menerus digenjot brutal. Menambah sempuerna pesona keindahan dara cantik itu. Serta-merta pak Supri menggenggam penisnya yang masih perkasa dan melesakkannya ke sasaran tembak yang tak lain adalah vagina Donita.

    “kontoolll…., shhhhh….shiiiiiitttt!!!!” kepalanya bertengadah mengerang.

    Menandakan penis si supir yang berhasil menyeruak masuk. Tentu saja dengan berlimpahnya cairan vagina ditambah dengan cairan orgasme yang masih menetes, memudahkan proses pencoblosan.

    “aaaahhhhhh…… pelanan tua!!!!! akkkhhhh…!!!! shiiiiitt!!”

    “enakkan non? lu suka kan dient*t? nih kontool!!!…nih!!!! gue ent*t lu!!!!

    Begitulah mereka saling memaki, betapa “sakit” cara mereka menikmati persetubuhan itu. Tapi itulah kenyataan. Saat ini mereka tidak memperdulikan apa pun lagi, yang ada di kepala mereka hanya satu,….. secepatnya meraih orgasme!!!!

    “shiiittt!!!! ohhhh!!!! fish meee…!!!! ahhhhh!!!! fish meeee…., ahhhhhh….!!! deeper old bastard!!! fuuuuckkk meee!!!! Fuuuuccckkkk!!!”

    “heeeeeennnngggghhhh……heeeeeeennnnngggghhhh…..gila memiaw lu nonnn!!! gilaaaaaaaa!!!!!” sisupir meracau tak karuan, sembari meremas kencang payudara Donita dan menjambak rambutnya.

    “bandot tua…….!!!! pelenannnnn……!!!!! ancuurrr memiaw gue tauuuuu!!!!! awwwwhhhh!!! kontoooolll…!!! iyyyyyyyyyyaaaaaahhhhhh!!!” sempat-sempatnya Donita memiawi sebelum mencapai orgasme keduanya.

    “aaaarrrrrgggghhhhh….!!!! gilaaaaa….!!!! enak banet memiaw lu pereeeekkk!!!! terima ni peju….!!!! heeeennnggggkkkkhhh!!!!!” erang si supir sambil menyodok penisnya sedalam mungkin.

croooottttt!!!!! croot crooot croooooootttt!!!!!

Benar-benar edan, tongkol besar pak Supri memuncratkan peluru mani, layaknya selang pemadam kebakaran saja. Begitu deras dan kencang ditambah air maninya yang banyak dan kental, membuat sebagian keluar paksa dari celah-celah memiaw Donita yang tidak dapat menampung semua sperma si supir. Benar-benar liar cara mereka melepaskan nafsu, sampai-sampai tubuh mereka basah kuyup oleh keringat dan luluh lantak kehilangan seluruh tenaga. Sejenak mereka melupakan status yang dimiliki untuk meresapi kenikmatan duniawi. Berpelukan erat dengan peluh yang membanjir keluar disertai perasaan yang bercampur aduk diantara keduanya, nafsu dan benci menjadi satu. Sehingga menghasilkan sebuah syimponi gairah yang menggebu-gebu dan sangat dahsyat. Mereka berdua telah banyak kehilangan stamina , sehinnga tanpa sadar keduanya terbang menuju ke alam mimpi yang indah disertai dengan kepuasan yang tiada tara. Donita tetaplah Donita, walaupun di depan public dia dikenal sebagai cewek yang imut, alim dan innocent, tapi ada saat dirinya meluapkan nafsu birahi tersembunyi yang besar dan menggebu-gebu. layaknya wanita jalang yang haus akan sentuhan pria-pria perkasa dan menghamba kenikmatan duniawi pada mereka. Meskipun demikian karirnya tetap terus menanjak, serta semakin membuat para pria memimpikan dirinya dalam “mimpi” khusus mereka.

Foto Hot Nikita Mirzani ngangkang diatas meja

$
0
0

Jadi kasir seksi di sebuah toko di bilangan Tebet, Jakarta Selatan pada Selasa (28/8) malam, Nikita Mirzani lakukan banyak hal untuk tarik calon pembeli. Salah satu aksi sensasionalnya kali ini adalah dengan menunjukkan berbagai pose mengangkang uniknya. Simak foto-foto berikut ini.

SMP main belakang

$
0
0

Cerita sex doggy style bugil anak smp – Mungkin ini bukanlah gaya pacaran anak smp dulu, tapi kini gaya pacaran anak smp sudah lebih jauh berkembang kearah nafsu, dan berikut salah satu cerita itu. Aku seorang
pelajar SMP kelas II, namaku Rima. Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah. Dino seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasibelajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku.
Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku. Tapi entah mengapa aku memilih Dino. Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman-teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat.
Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu. Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Anggi. Pembantunyapun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul.
Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku. 10 menit kemudian, Agus dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa.
Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku. Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila .Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.
“Rim .kamu sayang aku enggak?”tanyanya padaku. “Eh..emang kenapa, Din ?”kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi “Aku pengen kayak gitu .”kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .”Rima?”kata Dino lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu .”kataku. “Malu sama siapa?”kata Dino. Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus dan Anggi tuh “kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih “kata Dino. “Ah..jangan ah “kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi.
Tak terasa tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans. Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini .”Buka Bhnya, ya sayang “pinta Dino. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Dino membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada. Dino mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa”kata Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .”kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, merekasekarang bermain doggy style.
Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih “pinta Dino. “Jangan Din takut .”kataku. “Takut apa sayang?”kata Dino. “Takut hamil “kataku. “Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah “katanya.
Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Dinopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat .Tangan Dino tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku”Ah..sakit, pelan-pelan, Din..”teriakku ketika jari itu memasuki nonokku. Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . “Din, isep dong punyaku “pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. “Ah..enggak ah “kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh “pinta Dino memelas.
Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang “pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Dino mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. “Ah ah .uuuhhh enak sayang teruskan ..” erang Dino. Tangan Dino terus mengucek-ucek nonokku. Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkinsudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Dino menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak”Aduuh sakit Din pelan-pelan dong ” Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih .
Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .”Ahhh perih Din “kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. “Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok “katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku. Masih terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali “Terus Din Terus ahhhh ah .enak .”kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .”Din ah.ah .aku aku .”entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa “Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .”kata Dino. “Ahh iya Din aku mau keluar ..”tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .
Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. “Satu nol, sayang”kata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din..”tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang “jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Dino tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku. Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? “Mau ngapain Din “tanyaku penasaran .
”Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang “jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil. Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi lubang pantatku “Aduuuh sakit Din “kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. “Tenang sayang nanti juga enggak sakit “jawab Dino sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt “kataku lagi. “Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang “kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. “Kamu sudah sering disodomi, Nggi?”tanyaku. “Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..”kata Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.
Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .”Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi “kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok kontolnya di pantatku. cerita sex anak smp terbaru bisa anda simak lainya di ceritadewasa17tahun.info “Pelan-pelan, Din masih sakit “pintaku pada Dino. “Iya sayang enak nih sempit”katanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat “Anggi ah .enak “kataku. “Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat”kata Anggi pada Dino. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .”Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus “kata Anggi.
“Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nih”jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok “pinta Anggi. “Ah..jangan deh “kataku.”Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok”kata Dino. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku. Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. “Jaang “kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi . ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku. Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.
Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontolnya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur. “Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu “katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino. Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Dino .”Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .”kataku pada Dino. Kulihat Anggi dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat.
“Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa “katanya. “Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?”kataku balik bertanya. “Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang “kata Dino sambil mengelus rambutku. Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. “Janji ya sayang “katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk. “Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?”tawar Dino. Aku pilih istirahat dulu lalu akupun tertidur berpelukan dengan Dino. Hari ini baru pertama kali aku berkenalan dengan sex.

Gara-gara Maen Dokter-dokteran

$
0
0
Berikut kiriman cerita dewasa dari seorang wanita bernama rini, tentang kebenaran cerita kembali pada diri kita masing-masing. Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri. Peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh. Usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap dengan dada yang bidang.
Kejadian ini bermula ketika liburan semester. Waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin… kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo…”, sambutku dengan polos tanpa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho… BH-nya sekalian dibuka dong.. biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah… kamu memang benar-benar cantik Rin…”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku dan aku hanya tertunduk malu.
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula ditempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah… kulit kamu halus ya, Rin… kamu pasti rajin merawatnya”, katanya.
Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut. Dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih… baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira… yah hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.. sekarang Om periksa bagian bawah yah…”, katanya.
Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih… Om kok celana dalam Rini dibuka…?”, kataku dengan gugup.
“Lho… kan mau diperiksa.. pokoknya Rini tenang aja…”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hiii… aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm…”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.. pokoknya nanti kamu merasa nikmat…”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. Kemudian dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“Aahh… Oooomm…”, jeritku lirih.
“Sssstt… hmm… nikmat.. kan…?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.
“Ssstthh… aahh… Ooomm… aahh…”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku. Aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya. Hiii… rasanya jadi makin geli… apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh… gila… tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap diantara kedua kakiku yang otomatis terkangkang. Kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku. Kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.
“Aaa… Ooomm…!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku. Namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.
“Aahh… Ooomm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu… aa… aaku… nndaak… maauu.. geellii… stooopp… tahaann… aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku diantara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat kesana kemari namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan. Vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi semakin kelonjotan.
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu disorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya clitorisku.
“Aahh…”, tentu saja aku menjerit keras sekali. Aku merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai mengangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“Aa… Ooomm… aauuhh… aahh… !”, jeritku semakin menggila.
Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm… aa… !”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.
Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan kemaluannya itu.
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu.
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung. Aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin… nikmat kan…?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya. Nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku. Hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku. Aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada, aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku. Gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit. Seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi. Perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar.
Tanpa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh… ssshh… aahh… ooohh… Ooomm… Ooomm… eennaak… eennaak… !”
Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku.
“Aadduuhh… saakkiiitt… Ooomm… sttooopp… sttooopp… jaangaan… diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja.
Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku. Tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.
“Om… kenapa dimasukkan semua… kan… janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh… ssshh… ooohh… ooohh…”
Dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku. Bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku. Sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku. Seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat. Tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik. Terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak berdaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.
Melihat keadaanku, Om Bayu makin terangsang. Dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya. Dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme. Dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan.
“Ooohh… Riiinn… Riiinnn… aakkuu… maau… keluar!.. Ooohh… aahh… hhmm… ooouuhh!”.
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian… cret… crett… crett… spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.
“Aahh…”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega.
Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih sayang…”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang. Perasaan-perasaan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi. Memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya. Aku hanya pura-pura ngobrol kesana kemari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertama kalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.

Gairah gadis kencur

$
0
0

Cerita sex ini jarang terjadi. Anak-anak kecil SD perawan mulai belajar ngentot. Payudaranya saja belum tumbuh sudah mulai coba-coba berhubungan seks. Berikut Kisahnya.

Aku mempunyai tetengga belakang rumahku yang bernama Ita dan Anggi.Ita orangnya manis,tinggi,dan bongsor mirip anak yang berumur 16 tahun. Dia masih kelas 6 SD sedangkan Anggi adik Ita yang sedang kelas 4 SD. Dia juga bongsor sama dengan Ita tetepi bedanya dia agak pendek dan juga Anggi lebih putih, cantik serta lincah juga.

Ita anaknya montok dan yang membikin aku tidak tahan adalah pentilnya yang besar itu berukuran 32B. Dia suka memakai celana pendek dan atasannya hanya memekai kaos tipis dalamnya memakai kaos dalam yang longgar tanpa Bh atau Bh saja sehingga pentilnya yang berwarna coklat muda kelihatan sedikit membayang bila memakai kaos dalam saja.

Kalau Anggi orangnya suka memakai rok mini yang minim banget atau sebatas pertengahan paha sehingga paha mulus Anggi kelihatan dan atasannya memakai kaos tipis tanpa memakai pakaian dalam sama sekali sehingga pentilnya yang berukuran 32A kelihatan tercetak jelas.

Dia juga senang menggodaku dengan memakai celana ketat sepangkal paha milik Ita tanpa celana dalam dan atasannya memakai tank top tanpa miniset (dia suka memakai miniset) bila aku bermain kerumahnya kalau tidak ada orang tuanya sehingga semua tubuhnya terbayang jelas dibalik pakaiannya yang serba tipis membuat aku tak tahan.Dan bila dia sudah begitu aku langsung mendekatinya dan memeluk serta meraba raba pentil dan tempiknya yang membukit dibalik celana ketatnya.

Kalau Ita suka menggoda aku bila bermain kerumahnya dengan memakai rok Anggi yang mini didalamnya tanpa celana dalam dan atasanya hanya memakai kaos dalem putih/coklat tipis banget hingga pentilnya seperti dia pamerkan kepadaku.

Aku menyetubuhinya pertama kali saat aku, Ita, dan Anggi berenag dikolam renang rumah Ita. Ceritanya begini:

Saat itu hari Minggu (12 Februari 2003) aku main kerumah Ita dan Anggi yang kelihatannya lagi sepi. Saat aku tanya ke Anggi papa dan mamanya lagi kemana dia mengatakan kalau papa dan mamanya lagi ke Semarang dan pulangnya lusa dan dirumah hanya ada mereka berdua dan pembantu perempuan yang berumur 22 tahun bernama mbak Asih.

Lalu aku mengajaknya berenang dirumahnya yang ada kolam renangnya dibelakang rumahnya. Anggi langsung senang dan mengajak Ita kakaknya. Ita langsung keluar dan saat itu dia hanya memakai kimono tidur dan kelihatanya dia tidak memakai apa apa didalamnya dia mengiyakan ajakan adiknya. Aku langsung masuk kerumahnya yang sedang sepi itu dan mencuri curi pandang kearah tempik dan paha Ita yang kelihatan saat Ita duduk didepan ruang keluarga. Saat itu aku memakai celana ¾ yang dari bahan parasut atasanya kaos junkies.Aku meminjam celana Ita agar bajuku tidak basah.

“Ita aku pinjam dong celana kamu biar bajuku tidak basah” kataku
“Sebentar yah aku ambilin” katanya dan dia meminjamiku celana yang ketat tapi bisa mengembang berwarna kuning
“Bentar yah aku ganti baju dulu” katanya dan masuk ke kamar Anggi.

Aku langsung mengganti bajuku dengan celana Ita didepan Tv karena Anggi dan Ita sedang berganti baju di kamar Ita. Saat itu aku sedang telanjang tanpa memakai apapun dan Anggi keluar tanpa aku sadari karena posisiku didepanya membelakanginya. Ita dari tadi memperhatikanku dari belakang. Tau tau dia sudah memegang kontolku yang sedikit ngaceng karena melihat paha dan tempik Ita.

“Eh kok menganggu angguk ini apa sih, ada rambutnya lagi?” tanyanya sambil memegang kontolku
“Eh Anggi kamu sudah ganti baju” tanyaku gugup tapi tanpa menepis tangan Anggi yang memegangi kontolku karena Anggi meremas remasnya sehingga kontolku geli geli nikmat rasanya.

“Ya sudah dong” katanya sambil tetap meremas kontolku.
Dia memakai baju renang yang sangat sexy banget bawahnya celana dalam nilon tipis berwarna pink terusanya seperti tank top tipis banget dari kaos berwarna kuning sehingga semua bentuk tubuh Anggi kelihatan sekali menambah ketegangan kontolku apalagi ditambah remasan Anggi.

“Lepasin dong kan sakit tititku” kataku pura pura tapi didalam hati aku berkata nanti aja kalau kita udah berenang.
Dia melepaskan kontolku aku langsung memakai celana Ita. Kontolku membayang jelas dibalik celana nilon tipis Ita mirip ulat yang melintang keatas. Lalu aku ikutan duduk dan memeluk Anggi yang sedang duduk dikursi ruang keluarga itu. Aku memeluknya dari belakang karena Anggi duduknya membelakangiku. Tanganku langsung hinggap dipentil Anggi dan meremasnya pelan pelan.

“Ah geli,eh…tapi kok enak yah” katanya sambil memegang tanganku tanpa menariknya.
“Enakkan, tadi tititku juga keenakan kayak gini” kataku sambil berusaha memasukan tanganku kedalam pakaian renang Anggi dan menarik tali pakaian renangnya yang berbentuk tank top itu hingga terlepas sedikit tapi sudah memperlihatkan pentil Anggi yang sebesar tutup teko itu.

“Nggi balik sini dong” kataku sambil menariknya agar menghadap ke aku.
Dia langsung berbalik dan saat itu juga pentil indah milik gadis kecil terlihat jelas dihadapanku. Pentil cewek kecil dengan puting merah muda menggemaskan

“Eh diliatin terus” katanya sambil menarik kembali tali bajunya keatas dan aku hanya senyum saja.
Saat itu Ita keluar. Pakaian Ita tak kalah sexynya dengan adiknya. Dia memakai tank top dengan terusan rok sebatas lutut dari bahan nilon berwarna hitam dan kelihatanya dia tak memakai apa apa didalamnya karena pentilnya jelas tercetak dibalik tengtopnya yang tipis.

“Wah kamu cantik banget lho Ta” kataku.
Pandangan Ita kebawah bagian kontolku.
“Ih lucu apaan tuh yang panjang” katanya menunjuk kontolku
Dasar anak anak kataku dalam hati.
”Ini namanya titit” kataku sambil ngeluarin kontolku yang sejak tadi ngaceng.

“Ta aku nggak pakai ini aja deh, kesempitan” kataku sambil melepas celana Ita memperlihatkan kontolku yang berjembut lebat lalu mengembalikanya.
Aku sengaja melepasnya karena aku ingin Anggi dan Ita melihat kontolku dan supaya kontolku bebas bergerak.

“Ya udah sini aku kembaliin” katanya sambil meraba kontolku.
Seeerrrr tangan halusnya menyentuh kontolku yang mengangguk angguk ngaceng.

Lalu kami keluar dan kekolam renang dibelakang rumah dan tak lupa menutup pintu depan rumah Ita agar tak ada tamu yang datang. Aku berenang dengan mereka dengan telanjang bulat tanpa malu malu karena mereka belum mengerti apa apa. Saat aku tidak berenang dan tiduran di pinggir kolam sambil mengelus elus kontolku yang aku biarkan tegang Ita mendekatiku lalu disusul Anggi dibelakangnya.

“Eh lucu kayak burung” kata Ita sambil memegang dan meremas kuat kontolku karena gemes.
Aku yang diremes jadi sedikit kesakitan
“Ukhh sakit Ta jangan diremes tapi diginiin” kataku sambil menaik turunkan kontolku.
Lalu Ita memegangnya dan menaik turunkan kontolku.
“Begini”katanya
“Shhhh….ahhhh Taa mmhhh” kataku sambil memegangi pundaknya.
“Kenapa sakit ya tititnya” tanyanya menghentikan kocokanya
“Nggak kok terusshhh enak kok” kataku lalu tanganku memegang pentil Ita yang basah tercetak dipakaiannya.
“Jangan pegang basah nih” katanya sambil terus mengocokku.
Aku tak peduli dan terus meremas pentilnya malah menurunkan tali tank top yang ada di bahunya hingga pentilnya yang putih mulus dengan puting coklat muda kelihatan menggiurkan.

“Shhhh terusss” kata Ita mulai merasa keenakan pentilnya aku remas remas.
“Kak ikutan dong” Anggi dari belakang lalu duduk menghadapku.
“Stop, berhenti dulu aku ajarin yang enak mau nggak?”tanyaku
“Apaan sih” kata Ita
“Iya,apaan” sahut Anggi
Wah kebetulan nih pikirku.
“Kita main ibu dan bapak” kataku
“Gimana?” tanya keduanya hampir bersamaan
“Gini, biar aku buka pakaian renang kalian lalu kita main” kataku sambil berusaha melepas pakaian Ita
“Iya deh” jawab Ita.Lalu aku melepas tank top Ita hingga Ita telanjang dan pakaian atas Anggi lalu cawet nilon Anggi dan membuang semua itu sembarangan.

“Nah sekarang Anggi dulu” kataku mendekati Anggi dan menidurkan Anggi dikursi pantai panjang yang didekat kolam renang.

“Kamu tiduran ya terus nikmati aja” kataku sambil membelai belai pentil Anggi yang putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda itu.
Lalu aku mencium bibir Anggi dan melumat bibirnya. Mulanya dia hanya diam tapi lama lama dia membalasnya dan lidahku masuk kedalam mulutnya. Emhhhh…manisnya ludah milik Anggi. Kami berciuman lama sambil tanganku meremasi pentil serta memelintir putingnya. Ita hanya memperhatikan kami.

“Eh seperti yang di film yang ditonton papa sama mama” katanya.
Aku terus saja melanjutkan permainanku dengan Anggi hingga ciumanku turun kedaerah pentil. Disana mulut dan lidahku mengulum dan menciumi pentil Anggi yang kiri dan tanganku yang kiri meremas pentilnya yang kanan.

“Shhh akhhh…kak Ita enak kak, Anggi sukaaa” katanya diiringi rintihan keenakan.
Lalu ciumanku turun keperut dan kebawah terus hingga sampai di daerah tempiknya yang belum ada bulunya sama sekali. Tempiknya putih banget dengan bukit melintang indah ke bawah serta ada sesuatu seperti mengintip sebesar kacang. Aku hirup aroma tempiknya dalam dalam…mhhh haruuuum banget melebihi semua madu. Lalu aku menciumnya dan memainkan bibirku di tempiknya yang basah terus lama lama lidahku sudah menyusuri tempiknya.

“Kakhhh Ita gawukku diapain kok enak sihhh” teriaknya

Ita hanya mnonton karena juga tidak mengerti. Lalu aku memasukkan lidahku kedalam tempik Anggi hingga masuk dan menjilati tempiknya yang sudah basah cairan kenikmatannya sampai kedaerah itilnya.

“sluuup sruupp sllluuuupp amhhh” suara lidahku memainkan tempik Anggi
“Shhhh miaahhhhh kak Itaaa Nikmat sekali kak, Anggi nggak tahan” katanya sambil tangannya meremas rambutku hingga acak acakan.
Kedua tanganku bermain di pentilnya yang terbebas. Hingga tiba tiba Anggi berteriak.

“Kak, Anggi mau pipis kak…akhhhhh…”
“serrr…sserrrr…sseerrr..seeerrrr” 4 kali tempiknya mengeluarkan cairan pejuh.
Aku langsung menghabiskan cairan itu hingga habis karena rasanya sangat enak, gurih, manis. Dia kelihatan lemes banget dengan nafas memburu.

“Kok enak banget, Anggi keenakan sekali” katanya
“Sekarang aku ajarin ngulumin tititku ya” kata ku

“Sekarang kamu gantian diatas terus masukin tititku ke mulutmu dan emutin Nggi” kataku sambil membaringkan tubuhku dikursi.
Lalu Anggi memegang kontolku dan meremasnya lalu menjilat helmku yang berwarna merah tegang sekali.

“Ayo Nggi emut seperti kamu ngemut es” kataku sambil mendorong kepala Anggi kebawah kontolku.
Lalu Anggi mengulum kontolku tapi hanya 1/4 nya saja karena kontolku besar (panjang 17 cm dan berdiameter 5 cm). Dia mengulumnya dengan kasar maklum baru pertama sampai kena giginya. Rasanya sakit sakit, geli, nikmat, enak bercampur jadi satu. Kontolku kena gigi tapi justru itu yang menambah nikmat bagiku.

“Sluurrrppp…slurrpp….nyot..nyoot” bunyi kulumannya pada kontolku.
“Shhh…yahhhh terus Anggi, kamu pintar banget” kataku
“Ita kamu sini dong deket aku biar kamu enak juga” kataku agar Ita mendekat.
Setelah Ita mendekat tanganku langsung menyambar pentilnya dan meremas remasnya
“Ehhh…shhhhh tetekku sakit tau” katanya tapi tak berusaha menyingkirkan tanganku.

Jadinya kontolku dikulumin cewek kecil dan tanganku meremasi pentil cewek cantik juga, sungguh pas dan nikmat sekali. Hingga aku akan segera akan keluar.
“Ssshhhhh mhhhh…croottt…crrooottt…crrooott” 3 kali panjang panjang aku menembakkan air pejuhku kemulut Anggi

“kamu pipis kok nggak bilang sih” kata Anggi sambil mengelap pejuh yang meleleh keluar sampai dipipinya
“Tapi kok enak yah rasanya” katanya lagi
“Nggi kamu tiduran lagi dong biar aku ajaring yang lain” kataku.
Lalu aku bangun digantikan Anggi yang ganti tiduran dikursi.
“Apa lagi sih” tanya Ita
“Enak deh liat aja” kataku bersiap siap naik ke kursi lagi lalu aku menyuruh Ita kocokin kontolku yang mengecil.

“Ta kocokin dong biar ngaceng lagi nih” kataku sambil memegangi kontolku.
Lalu Ita memgang dan mengocoknya hingga ngaceng kembali. Setelah ngaceng aku siap siap akan memasukkan kontolku kedalam tempiknya Anggi. Aku menggenggam kontolku dan mengarahkan kelobang tempik Anggi.

“Nggi tahan dikit yah aku mau masukin kontolku” kataku sambil memegangi kontolku
“Masukin aja aku pingin rasain kaya papa sama mama main ginian” katanya sambil jarinya menyentuh helmku
“Ita kamu bantuin aku dong, tarik gawuknya Anggi biar agak lebar Ta” kataku lalu Ita menarik tempik Anggi kekiri dan kekanan dan aku lalu mendorong kontolku.

Susah banget masuknya dan baru 3 kali sodokan helmku mulai masuk…bleeeshhh…
“Kaaakhhh Ita sakit kak”teriak Anggi
“Tahan sedikit Nggi” kataku lalu mendorong kontolku hingga ½ masuk kontolku sudah menabrak selaput dara Anggi.
Aku berhenti sebentar lalu menaik turunkan kontolku hingga Anggi kembali mendesah desah tanda dia merasa keenakan lagi. Lalu tiba tiba…bleessss…prett kontolku merobek selaput daranya dan masuk semua hingga amblas ketempik Anggi yang sempit. Kontolku seperti diremes remes dengan karet hingga sakit sakit tapi enak.

“Aaaaakkkhhhhh kak Ita,gawukku perih” teriak Anggi dan aku terus diatas Anggi.
Saat Anggi sudah sedikit tenang aku kembali menggerakkan pantatku naik turun. Pertama Anggi meringis ringis.

“Shhhh sakiiit…udah dong gawukku sakit” rintihnya tapi aku tak peduli karena aku sudah gatel banget.
Tapi lama lama rintihanya berubah jadi erangan dan desahan kenikmatan.

“Shhh…ahhhhh aakkhhhh….yaahhhh kak Ita kok enak ya kak sakit tapi nikmat” katanya tak beraturan
“Anggi gawukmu nikmat banget Nggi aku suka banget deh shhhh…aakhhhh” kataku keenakan juga sambil bergerak turun naik diatas tubuh mulus Anggi

Gerakanku makin lama makin cepat hingga akhirnya.
“Kak Ita Anggi pipis lagi kakhh…shhh..aaahhhhh….ssshhhhhh..aahhh” teriakanya membuatku makin cepat menggenjot tempiknya hingga akhirnya
“Akhhh sseeerrr…sseerrr.sseeerr…seerr” kali ini lebih banyak pejuh yang keluar dari tempik Anggi.
Lalu aku mencabut kontolku yang belum keluar dan belum puas.  Lalu aku menjilati tempik Anggi.Kulihat ditempiknya ada cairan putih dan ada darah yang meleleh tanda dia sudah tidak perawan lagi. Lalu aku menjilatinya sampai semua darah dan pejuh habis bersih dan aku telan semua.Rasanya enak,asin,gurih,amis darah bercampur jadi satu.

Kontolku masih kokoh tegang dan basah mengkilap oleh pejuh dan sedikit darah Anggi.
“Nggi sekarang kamu istirahat aja deh lihat giliran kak Ita”kataku
“Iya deh, Anggi juga lemes kok dan gawukku sedikit sakit” katanya sambil membelai tempiknya yang bentuknya berubah menjadi tebal dan tembem menggelembung karena sudah kumasukin kontol.
Bentuknya jadi sedikit keluar bibir tempiknya.

“Sakit ya,tapi nikmat kan?” tanyaku
“Iya sakit tapi enak kaya gimana gitu” katanya sambil tersenyum.
Aku lalu mendekati Ita yang merabai tempiknya karena kegatalan sepertinya
“Ta sekarang giliran kamu” kataku sambil menelakupkan telapakku kepentil Ita lalu meremasnya.
“Sakit nggak sih nanti” tanyanya takut sakit
“Nggak deh, malah enaaak sekali” kataku
“Tuh tititku sudah tegang ingin dimasukin kegawukmu itu” kataku sambil meremas tempiknya.
Ita lalu menutupkan pahanya agar aku tidak menggodanya lagi.
“Iya tapi pelan pelan aja yah” katanya
“Iya deh nikmatin aja kamu bakalan ketagihan” kataku lalu aku mendekati Ita dan menyodorkan kontolku kearahnya.
“Ta remasin, kocok dan kulumin dong tititku biar lebih ngaceng” kataku sambil memegang tangan Ita.
Ita lalu memegang dan meremas kontolku yang sudah ngaceng basah.

“Teruushhh…Ta kocokin Taaa,enaaakhhhh” kataku menikmati remasan dan kocokan Ita pada kontolku.
“Taaa emutin dong kaya Anggi tadi” kataku sambil menarik kepala Ita kearah kontolku.
Ita lalu membuka mulutnya dan menjilati lubang kontolku yang kemerah merahan. Rasanya seperti digesekin kekondom (kalau aku ml sama Siska pacarku, aku kadang memakai kondom biar aman, kadang Siska ngocokin kontolku yang masih berkondom). Sekarang Ita ngulumin kontolku. Hanya 1/4nya kontolku yang masuk karena panjangnya kontolku. Mhhhh….slluuuuupp…cleeep suaranya bikin aku melayang.

“Taaaa nikamatnya, kamu lebih enakan dari Anggi emutan kamu” kataku melirik Anggi yang sedang merabai tempiknya yang membengkak merah dia meringis aja.
Tiba tiba ada yang akan keluar dari kontolku.

“Shhh akhh teruushhh ttaaaa” kataku lalu…croot croot crot crot pejuhku menyembur dalam mulut Ita.
Ita menelan semua pejuhku karena dia tau kalau rasanya enak.Aku lalu bangun dari kursi dan menidurkan Ita kekursi.

“Ta sekarang kamu gantian yang rasain” kataku lalu aku mencium tempiknya lalu aku jilat bibir tempiknya (tempiknya putih bersih belum ada bulunya sama sekali dan berbau sedap cairan kewanitaanya). Aku menjilat,mencium,melumat sampai cairan Ita jadi habis semua.

“Akhhh shhhh…mhhhhh…shhhh…akhhh” rintihan Ita semakin indah. Setelah beberapa saat akhirnya dia sampai juga.
“Aaahhhh…aku pipis enakhhhh sekali…ssuuuurrr…suurrr..ssuuurrrrr” Ita menyemburkan pejuh panjang panjang sampai mengenai mukaku lalu aku menjilatinya sampai bersih serta meratakan pejuhnya dimukaku.

“Ukhhh enak sekali aku sampai lemas” katanya sambil berbaring terlentang.
“Gimana enakan?, sekarang kamu rasain kaya Anggi tadi yah” kataku sambil memegangi pentilnya yang mengeras dan mencuat tegang puting coklatnya.
Lalu aku menaikin tubuh Ita yang telentang siap.
“Ta tahan dikit yah kalau perih” kataku sambil memegangi kontolku kerah tempiknya Ita

“Nggi bukain dong gawuk kak Ita” kataku pada Anggi lalu Anggi menarik tempik Ita kekanan dan kekiri membukanya. Terlihat bagian dalam tempik perawan Ita basah, merah muda dan berkedut kedut. Aku mendorong kontolku berkali kali tapi susah dan baru yang kelima kalinya aku berhasil, sepertinya tempi Ita malah lebih sempit dari punya Anggi. Sleeep….kepala kontolku baru masuk tapi Ita sudah teriak kesakitan.

“Ukhhh…periiihh…sakiiit banget” katanya sambil tangannya mencengkeram pinggangku agar tidak masuk lagi.
Setelah Ita agak tenang aku kembali menekan kontolku masuk lagi…sleeep..
”Akhhhh” teriak Ita. Setelah ½ lebih kontolku seperti menyentuh selaput tipisnya.

“Kamu muncul lagi yah, ntar kamu aku robek” kataku dalam hati lalu aku dengan tiba tiba menekan kontolku sekuat tenaga.

“Slup…Brett akhhhh sakiiit” teriak ita mencengkeram pinggangku kuat kuat.
Aku diam aja sambil menikmati jepitan dinding tempik ita yang kuat seperti mau menghancurkan kontol tegangku. Setelah nafas Ita agak teratur aku kembali menaik turunkan kontolku mengobok obok tempik perawan Ita.

“Akhhh shhhh sakiiit pelan pelan dong periiih nih” teriaknya tapi aku tidak peduli.
“Aku kenthu kamu Ta biar tempikmu perih” kataku dalam hati kegemesan
“Sleep…sleep…cleep…cleeep” genjotanku naik turun makin lama makin cepat

“Akhhh…shhhh….akhhhh sakiit” teriak Ita kesakitan tapi pinggangnya malah bergerak kekanan dan kekiri.
Lama lama teriakannya berubah menjadi desahan nikmat.

“Shhh..akhhhh…skhhh…akhhh enak bangethh siih kalau gini terus Ita mau dong” katanya sambil menekan pinggulku.

“Akhhh taaa gawukmu sempit nikmat banget taaa” kataku sambil menggenjot tempiknya yang lama lama menjadi lancar nggak seret lagi dan basah oleh cairan kenikmatannya.

“Sleep…sleepp..cluup…cluup” irama kanthuku membuat Anggi masturbasi dengan memasukkan dua jari mungilnya ketempiknya yang sekarang telah membesar itu

“Kak Ita, Anggi gateeel” kata Anggi sambil mengeluar masukkan jarinya secara cepat
Aku agak bosan dengan posisi itu lalu mencabut kontolku dari tempik Ita.
“Kenapa dicabut sih gatel nih” kata Ita sambil menarik kontolku agar masuk kembali
“Bentar Ta kita ganti posisi” kataku lalu menunggingkan Ita

“Nah kamu terus gini aja ntar kamu lebih enak lagi” kataku sambil mendorong kontolku ketempiknya.
Ternyata kontolku masih saja kesulitan masuknya karena tempiknya memeng sempit sekali. Bleeeeeesss….kontolku masuk pelan pelan.

“Akhhhh teruushh masukin dong lagi” katanya.
Aku lalu memaju mundurkan pantatku secepatnya biar Ita kesakitan (tujuanku agar aku mendapat variasi
“Sleep…sleep.sleep…sleep…cplok…cplok…cplok” suara selakanganku menabrak pantat bulat Ita

“Akhhh…shhhh….akhhh terus dong enak nih” katanya.
Lama lama aku sudah merasakan akan keluar sesuatu dari kontolku dan Ita sepertinya juga begitu
“Akhh aku mau pipis lagi” katanya
“Aku juga Ta kita sama sama yuuuk” ajakku lalu aku memeluknya erat erat karena biar semua pejuhku masuk dalam rahim Ita

“Crott…croot…croot..suurrr…surr..suurr” kami sama sama memuntahkan pejuh kami.
Aku memeluk Ita erat sekali hingga kontolku mengecil dalam tempiknya.Rasanya enaak sekali melebihi Siska dulu pertama aku kenthu.

Kami sama sama lelah, karena udah panas udaranya kami segera masuk kerumah Ita. Ita dan Anggi hanya membawa pakaian renangnya  dan tidak memakainya karena malas. Kami masuk ke dalam dan saat sampai di dapur kami kepergok mbak Asih yang lagi duduk membaca majalah Aneka.

“Ehh kalian sedang renang ya” katanya sambil memandangi kontolku yang bebas terlihat olehnya
“Iya mbak (aku kalau memanggilnya mbak) kami berenang dikolam tadi” kataku
“kok pakaian renang dik Ita dan dik Anggi dilepas” katanya lagi
“Kami tadi main ayah dan ibu” kata Ita menyahut
“Ooooo kalian main ginian yah” kata Bi Asih sambil mengeluar masukkan jarinya kedalam ibu jari dan telunjuknya yang dikaitkannya.
“Iya mbak Ehhh…kami” kataku gugup
“Kenapa sih mbak nggak diajak, mbak kan mau ikutan” kata mbak Asih sambil mendekatiku dan merabai kontolku otomatis kontolku ngaceng lagi

“Tadi enak nggak dik?” tanya mbak Asih
“Enaak banget mbak” kata Anggi
“Tapi kok periih banget ya mbak?” kata Ita
“Tapi enak kan” kataku membiarkan tangan mbak Asih bermain dikontolku yang sudah ngaceng lagi

“mbak kalau mau ikutan dikamar Ita aja tapi berdua aja yah kami kecapaian” kata Ita lalu kami masuk kekamar Ita.
Saat itu mbak Asih memakai rok kolor hitam atas lutut atasannya memakai kaos oblong ketat tipis menampakkan Bhnya yang berukuran 36C berwarna pink (aku tau ukurannya setelah aku kenthu dengan bi Asih, bahkan aku menyimpannya untuk kenang kenangan bila aku ingin kenthu dengannya atau bila aku ngocok sendiri).

Setelah dikamar Ita aku mengunci kamar hingga didalam kamar hanya ada aku dan mbak Asih sedang Ita dan Anggi nggak ikut karena kecapaian katanya.

“uh besarnya kontolmu Ndra mbak jadi ingin rasain” katanya sambil menggerakkannya naik turun.
“Shhhh mbak enak mbak kocokanmu” kataku sambil merabai pentil mbak Asih yang masih memakai pakaiannya.
Lalu aku mengangkat kaos mbak Asih keatas dan melapasnya hingga terlihatlah Bh pink mbak Asih yang kelihatan sexy.

“Mbak Bhnya lepasin ya, Indra pingin lihat susumu ini” kataku sambil meraba susunya yang kencang montok dan menantang.
Aku memang sudah lama ingin mengenthu mbak Asih tetapi aku nggak enak mengajak dan baru sekarang
“Iya Ndra susuku juga ingin kamu lumatin” katanya tetap remesin kontolku.
Bhnya aku epas dan aku taruh diranjangnya Ita. Sekarang Bhnya lepas dan mbak Asih telanjang dada.
Pentilnya besar, montok dan putingnya merah mencuat keatas membuat mataku melotot tak puas memandang

“Mbak indah banget mbak” kataku lalu meremasnya kegemasan
“Mhhh akhhh terus remes Ndra susu mbak As gatel” katanya lalu aku mencium bibirnya dan mbak Asih membalas ciumanku serta melumat bibirku lalu kami bermain lidah (ludah mbak Asih rasanya manis banget nggak kalah sama Ita dan Anggi) sambil tetep remasin susunya.
Setelah puas ciuman aku menurunkan ciumanku kelehernya dan menggigiti lehernya sampai memerah lalu turun sampai kepentilnya.Disana aku melumat susunya lalu lama lama aku melumat putingnya yang mencuat indah.

“Mhhh yahh Ndra teruus sayang” katanya sambil meremas belakang kepalaku
Aku melumat pentil mbak Asih kiri kanan gantian,bila aku lumat kiri tanganku meremas yang kanan tapi bila aku lumat yang kanan tanganku meremas yang kiri.

Aku lalu menarik rok kolor mbak Asih kebawah sampai lepas hingga tempik mbak Asih telihat bebas. Ternyata mbak Asih nggak pakai celana dalam pantesan tadi duduknya didapur kakinya ditutupin handuk.Tempik mbak Asih menggunduk tebal dengan jembut lebat menghiasi bukit tempiknya.

Aku langsung memandang keindahan hutan mbak Asih tak berkedip. Mbak Asih yang masih muda (boleh dibilang remaja) mirip cewek cina karena putihnya mbak Asih, susunya putih montok dengan puting merah mencuat sedangkan tempiknya tebal membukit dengan bulu jembut yang rimbun idah pasti semua cowok akan langsung onani bila melihatnya telanjang.

“Udah Ndra kok dipandang terus” katanya mengaitkan pahanya dan duduk ditepi ranjang.
Aku hanya senyum saja lalu mendorong mbak Asih telentang lalu menjilat tempiknya yang sudah sangat basah dan berbau enak.Jilatanku naik turun terus melumat lumat hingga mbak Asih kelojotan keenakan.

“Akhh Ndraa kamu nakal sayang, teruuusshhhh” katanya sambil meremas remas bantal.
Aku terus saja mengerjai tempiknya sampai mbak Asih mengangkat kepalaku dan berkata
“Udah Ndra masukin aja kontol kamu itu aku sudah ingin rasain” katanya sambil mengangkangkan paha mulusnya lalu aku menaiki tubtuhnya dan mengarahkan kontolku ketempik rimbunnya.
Ternyata susah banget hingga 4 kali usaha baru masuk. Slleep kepala kontolku baru masuk.

“Akshhh pelan pelan yah Ndra” kata mbak Asih
Lalu aku menekan lagi pantatku masuk hingga 3/4nya kontolku seperti menekan sesuatu selaput. Ternyata mbak Asih masih perawan.
“Mbak asih perawan ya?” tanyaku
“Iya,mbak baru main ini” katanya
“Nggak apa apa mbak aku mengambil perawan mbak?” kataku
“Nggak apa apa kok,malah mbak senang bisa ngasih kepada orang yang mbak cintai” ternyata mbak asih suka padaku.Lalu aku menekan lagi pantatku hingga Bless….preet sleput itu telah sobek.

“Akh sakit Ndra terusin aja kok mbak nggak apa apa” katanya.Aku lalu mendiamkan kontolku didalam tempik mbak asih menikmati pijatan sexynya
“Shhh mbak makasih yah enak sekali, aku kapan kapan mau lagi” kataku meremasi pentilnya yang sudah keras.
“Iya sayang” katanya membelai bibirku sambil menitikka air matanya.
Ternyata mbak Asih benar benar mencintaiku. Lalu aku menaik turunkan pantatku pelan pelan makin lama makin cepat.Dari seret sampai lancr keluar masuknya

“Sleep..sleepp..cleep..cleep….akhhhh….shhh…akhhh..mbaakkk….enak…”
“Indraa aku sayang kamu” teriakan kami sungguh indah.
Kami tetap pada posisi itu hingga akhirnya mbak Asih mendorong tubuhku hingga kontolku terlepas dari tempiknya dan menyuruhku dibawah.

“Sayang kamu dibawah yah biar aku rasain diatas” katanya lalu dia menduduki kontolku yang basah mengkilat.Sleeeeepp kontolku masuk pelahan lahan.
“Aahh…” desahannya memulai gerakannya naik turun.
Slee…cleep…cleep..seeepp irama kenthu kami yang indah.

Kami tak hentinya bergerak, mbak Asih naik turun sedang aku meremas remas pentilnya yang bergerak naik turun seirama gerakan pinggul sexynya hingga akhirnya…
“Mbak aku sampai…”kataku
“Ahhh aku juga sayang kita keluarin sama sama yuuukkkhhhh” teriaknya
Sleep..cleep..cleepp…akhhh…shhh..akhhh ..shhh lalu serrrr…serrrr…serrrrr kami sampai hampir bersama sama tapi aku hanya mengeluarkan pejuh sedikit banget karena sudah terkuras tadi. Mbak Asih lalu rebah diatas tubuhku kelelahan dan kontolku masih didalam tempiknya sampai mengecil lagi.

“Indra aku cinta kamu Ndra” katanya sambil menitikan air matanya diatas tubuhku
“Tapi aku sudah menjadi pacar Siska” kataku sambil menghapus air matanya
“Aku nggak peduli asal kamu juga sayang aku, kamu mau kan menyayangiku?” katanya lagi
“Iya sayang aku akan mencintai kamu walau kamu yang kedua” kataku memeluknya keharuan
“Ohh…Ndra aku sayang kamu dan aku nggak peduli walau kamu milik Siska yang penting aku memiliki kamu” kata cintanya tulus padaku

“Aku cinta kamu yang” sambil mencium bibirnya dari bawah tubuhnya aku berkata.
Aku sungguh terharu sampai aku ikutan menangis (aku orangnya romantis dan sangat sentimen). Aku menurunkan tubuh indah sayangku yang kedua setelah aku kehabisan nafas keberatan. Lalu kami tertidur kelelahan dan aku memeluknya penuh kasih sayang karena aku diam diam juga menyayanginya.

Sejak saat itu aku resmi jadi pacarnya walau dia rela menjadi yang kedua setelah Siskaku. Aku juga sering menemui Ita dan Anggi sampai saat ini bila aku lagi gatel ingin kenthu atau ingin rasain air pejuhnya. Saat dia pulang sekolah sekolah dengan jalan aku membolos sekolah karena aku ingin kenthu dengannya dialam terbuka (aku suka berexperimen dengan sex).

Cerianya begini:

Saat aku tau kalau jam 11 siang Ita pulang dari SDnya aku langsung menunggunya digardu ronda dekat sekolahnya karena aku tau jalan itu satu satunya jalan bila dia pulang sekolah.saat dia sampai digardu aku langsung memanggilnya dan kebetulan dia jalan sendirian tidak sama temennya.

Dia kupanggil langsung saja kearahku karena tau aku yang memanggil.
“Ada apa sih,kamu bolos yah” katanya sambil senyum
“Iya nih kangen sama kamu yang” kataku
“Yuk jalan kesana yuk” kataku mengajaknya kearah persawahan (sekolahan Ita dekat persawahan yang luas)
“Yuk deh” katanya menggandeng tanganku mesra.
“Ita aku kangen kamu sama permainan kita” kataku memeluk pundaknya dari samping setelah mendapatkan tempat yang agak terlindung dan sepi.
“Yang bener aja deh” katanya memegang tanganku yang dipundaknya.
“Iya,sampe sampe aku bolos begini” kataku lalu tanganku yang satunya meraba kakinya hingga terus sampai kepahanya.
“Kamu nakal deh” katanya membiarka aku menyingkap rok merah seragamnya
“Kita main yuk” kataku lalu aku menciumnya dan dia membalas lumatanku pada mulutnya karena dia sudah terbiasa aku lumatin.
Tanganku meremas pentilnya setelah aku menidurkannya dirumput yang tempatnya terhalang semak rimbun. Kami ciuman lama banget sampai mulutku basah oleh ludahnya.

Lalu aku membuka kancing seragam putih SDnya dan melepasnya serta meletakakn disamping kami. Ita memakai kaos dalam putih dan aku segera mengangkatnya keatas hingga terlepas dan dia hanya tersenyum kepadaku tanganya mengelusi kontol tegangku yang sudah tadi dia keluarin dari celana panjangku (aku sengaja nggak pakai celana dalam karena aku sudah ada rencana) hingga tampak miniset putih yang masih menghalangi pentilnya.

“Kok kamu pakai miniset sih kmau nggak sexy dong” kataku menggodanya
“Aku malu kok teteku udah gede nih” katanya menutupi pentilnya yang terhalang miniset kecil putih.
Aku lalu menaikkan minisetnya danmelepasnya dari tubuh kecilnya.
“Ta kamu pakai lagi dong kaos dalemmu sama seragammu” kataku menyodorkan baju seragamnya
“Kok di pakai lagi?” katanya
“Pokoknya kamu pakai aja deh” kataku lalu dia memakai semuanya tanpa miniset putihnya.

Setelah selesai aku melepaskan celana panjangku, mendekatinya dan memangkunya sehingga dia diatasku. Aku menyingkapkan rok merahnya keatas dan dia hanya diam saja meremasin kontolku yang mengacung keatas.Kusingkap roknya hingga terbuka sampai pangkal pahanya,terlihatlah celana dalam hijau ada bunga bunga kecil miliknya.

“Ta aku lepasin yah” kataku sambil menarik cawet hijaunya kebawah dan Ita hanya mengangguk.
Setelah lepas tangan kananku meraba raba tempiknya yang masih gundul itu naik turun sedang tangan kiriku masuk kedalam kaos dan seragam putihnya meremas susunya yang berukuran 32B itu

“Ahhhh kamu” desahnya mulai keenakan sambil mengocok kontol itemku.
Kami bermain pegang pegangan hingga kami puas lalu aku menyuruhnya tidur dan aku menindihnya terbalik (posisi 69) lalu aku menjilati, mengulum serta mengerjai tempiknya hingga basah cairan kenikmatan dan dia mengemut kontolku hingga kami sama sama mengeluarkan pejuh. Setelah keluar aku menyruhnya bangun dan berdiri menungging.

Aku lalu menyingkap rok merahnya keatas sampai pantat dan tempiknya mengintip serta mendekatkan konotlku siap aku masukkan. Sleeeeeeppp kontolku masuk dengan mudah karena Ita sudah sering aku kenthuin.

“Ta enak nggak?” kataku mendiamkan kontolku didalam tempiknya dan memegangi pinggang rampingnya
“Ahhhh Ndra kontolmu nakal sekali” katanya sambil nungging dan pegangan pada pohon kelapa.
Aku lalu mulai memaju mundurkan pantatku agar kontolku keluar masuk tempik Ita. Gerakanku mulanya lambat tapi lama lama mulai cepat dan lebih cepat.

“Shhhh….akkhhhh…mhhhh akhhhh…akhhhh nikmaaat” teriak Ita
“Taa enak,nikmat taaa” teriakku tertahan.Clep..clep…sleep…sleep irama monoton kenthu kami tapi indah.
Aku mulai bosan dengan posisi nungging lalu aku mencabut kontolku dari tempiknya.

“Ta sini aku gendong” kataku lalu menaikkan tubuh Ita dan mengarahkan kontolku lagi kedalam tempiknya.
Sleeepp kontolku masuk dengan mantap
Aku berdiri telanjang dan Ita diatasku lalu bergoyang naik turun semakin lama semakin cepat sampai rok dan seragamnya kusut.Aku memeluknya dan bibirku berciuman dengannya saling melumat dan menjilat.
Hingga akhirnya aku akan sampai
“Taa aku pipis Taaa”teriaku lagi
“Ndraa aku juga Akhhhh…”desahnya tertahan
lalu Serrr…serrrr.serrr….croottt…croottt…crroooottt kami sampai hampir bersamaan dan saling memeluk erat erat. Aku menyandarkan tubuhnya dipohon kelapa sampai beberapa saat kontolku juga didalam tempiknya. Air pejuh kami kebanyakan sampai meleleh keluar membasahi rok seragam Ita. Sungguh nikmat kenthu sambil sembunyi ditempat terbuka seperti ini.

Aku menurunkan Ita saat nafas kami kembali teratur dan mencabut kontolku dari tempiknya
“Uhhhh..ta nikmat ya tadi” kataku membelai rambut Ita yang kusut serta merapikannya
“Iya lain kali lagi yah Ndra” katanya.Aku memekai lagi celanaku dan mengambil miniset dan celana dalam hijau Ita serta menyimpannya

“Ta buat aku yah cawet dan Bh minimu” kataku sambil mengantongi pakaian dalamnya
“Buat apa?” tanyanya lalu tertawa kegelian
“Buat kenang kenangan aja” kataku
“Terus aku gimana nih” katanya sambil menyingkap roknya keatas memperlihatkan tempiknya yang tidak pakai celana dalam
“Nggak usah pakai dulu hingga kamu sampai rumah baru kamu ganti terus tetekmu itu kan agak tertutup, nggak kelihatan kok tetekmu” kataku membela belai pentilnya yang tertutup seregam dan kaos dalam.

Kami lalu pulang dan berpisah dijalan karena aku pulang jam 2 siang dan saat itu baru jam setengah satu jadi aku tadi kenthu sama Ita selama 1 ½ jam lebih. Aku dijalan sepi menciumi celana dalam Ita dan minisetnya yang berbau tubuh serta keringatnya. Baunya kecut kecut segar tapi aku bener benar suka malah bila aku sedang terangsang dan tidak ada penyaluran aku lalu menjilat serta menyedot aroma wangi pakaian itu sambil mengocok kontolku sampai puas.

Aku juga pernah menemui Anggi secara sembunyi ketika Anggi membeli sesuatu diwarung sebelah rumahku. Saat itu Anggi membeli rokok yang disuruh oleh papanya dan aku menemuinya serta menyuruhnya kembali menemuiku setelah dia mengembalikan rokok papanya. Setelah dia mengembalikan rokok papanya dia menemuiku lagi dan langsung aku ajak dia pergi kesawah deket rumahku yang tempatnya sepi.

“Kenapa ajak aku kemari sih?” tanyanya sambil tangannya menggandeng tananku
“Nggak kok, aku pingin main aja dengan kamu” kataku lalau aku memeluk pundaknya dan telapak tanganku langsung meraba susu kanannya karena posisiku ada dikirinya.
Dia malah semakin memelukku erat karena dia memang suka aku remesin susu mininya

“Eh, remasin dong teteku…kan lama nggak kamu remesin” katanya centil lalu aku memasukkan tanganku kekaos dan kaos dalamnya yang longgar lalu mencari susu mini yang aku sukai.
Aku meremas remas dengan lembut karena Anggi suka diremesin lembut.

Terasa sekali susu Anggi belum keras dan lembut karena belum ada rangsangan.
“Enak terusin yah” katanya lalu kami berjalan beriringan kegubuk yang agak tersembunyi.
Setelah sampai aku segera mendudukan Anggi di tikar lusuh yang ada digubuk itu lalu aku membuka kancing kaosnya karena kaos Anggi memakai kancing didadanya.

“Nggi main lagi yuk, tititku gatel nih Nggi” kataku sambil menidurkannya dan menindih tubuh kecil Anggi setelah membuka kancing kaos Anggi
“Iya yuk aku juga sudah lama nggak main lagi sama kamu” katanya lalu tangan Anggi meraba kontolku yang mulai ngaceng sejak sampai digubuk tadi.

Lalu aku melumat bibir Anggi dan dia membalasnya tak kalah ganas karena sudah sering aku lumatun bibir merahnya.Tanganku langsung meremas susunya yang mulai mengeras dan pentilnya mencuat tegang.Saat kami sedang ciuman aku menaikkan kaosnya sampai terlepas lalu kaos dalamnya sekalian hingga Anggi telanjang dada terlihat susunya mengeras dengan pentil coklat muda tegak mengacung menantang.Aku lalu melepaskan lumatanku pada bibir mungil Anggi dan mulai melumati pentil kirinya yang tegang mengacung sambil tangan kiriku meremas susu kanannya yang bebas.

“Aaahhh….ssshhhhh enaaak teruuss ya…” katanya sambil merabai kontolku yang ngaceng.
Setelah agak lama aku mengerjai susunya secara bergantian lalu tanganku mulai melorotkan celana selutut ketat hitam Anggi hingga Anggi telanjang bulat karena Anggi tidak memakai celana dalam (biasanya Anggi memakai celana ketat itu sebagai ganti celana dalam). Tanganku segera menggosok gosok tempiknya yang mulai membasah pertanda Anggi sudah terangsang. Tempik Anggi sekarang kelihatan tebal dan dikanan kiri bibir tempiknya ada daging yang menyelaput tapi daging itu justru membuat enak jika disetubuhi.2 Jari tanganku aku masukkan kedalam lubang tempiknya lalu mengeluar masukkannya secara cepat seperti menyetubuhinya.

“Aahhh…shhhhh sakiiit jangan pakai jari dong” katanya sambil tangannya memegangi lenganku kesakitan.Aku tak peduli hingga tempiknya berdarah menganai jariku.
Setelah sadar tempik Anggi berdarah aku menghentikan jariku dan melihat Anggi menangis sambil tiduran.
Aku segera saja naik ketubuh Anggi dan mengarahkan kontolku yang tegak mengacung acung kearah tempiknya yang merah merekah segar sekali kelihatannya.Sleeeepp..kontolku masuk perlahan lahan
“Ukhhh pelan pelan aja yah” katanya lalu aku mulai menggerakan pantatku maju mundur memompa tempiknya.

Terasa nikmat, licin, geli bercampur jadi satu menjadi sensasi setubuh anak anak yang membuat kami ketagihan. Kami bertahan pada posisi itu sampai kami sama sama melepaskan pejuh kami.
“Akhhh…Anggi sampai nih..serr…serr..serrrr…seerr” teriakan Anggi nyaring dan kurasa ada aliran hangat melumuri kontolku.
Lalu aku merasa kontolku semakin mengeras dan ingin memuncratkan air surga.
“Nggiiiii….emut kontolku aku mau pipis sayang” kataku lalu mencabut kontolku dari tempiknya.
Crroootttt….crrootttt….croottt lalu Anggi melumat ½ kontolku hingga pejuhku habis keluar.

“mhhh enak sekali pejuhmu” katanya sambil mengocok ngocok kontolku mencari sisa air pejuhku.
“Udah dong Nggi” kataku lalu memasukkan lagi kontolku ketempiknya dan memangku Anggi ditikar gubuk duduk berpangkuan karena kontolku belum juga melemas.

“Belum lemes ya” katanya lalu mengambil kaosnya menutupi daerah kemaluan kami yang masih menyatu.
“Kenapa ditutup, kan nggak ada orang” kataku memakaikan kaosku ketubuhnya.
“Biar nggak saru” katanya kegenitan.
Kami tetap menyatukan kelamin kami hingga Anggi tertidur dalam pelukanku tapi kontolku nggak mau lemes juga akhirnya aku diam menikmati remesan remesan lembut tempik Anggi pada kontolku.

Kami juga sering main bersama,berdua atau bertiga. Kadang dirumah Ita kadang dirumahku kadang dirumah Siska pacar kesatuku. Aku dan Siska juga sering main seks diluar ruangan karena kami juga menyukai petualangan yang seru. Kami main di sekolahan juga pernah.

Dulu Siska dan aku bolos jam pelajaran berdua lalu kami sembunyi dikamar mandi yang letaknya memang agak tersembunyi dan tertutup. Pada saat dikamar mandi aku memeluk Siska dari belakang dan memasukkan tanganku kebaju seragamnya lalu meremas remas susunya dari luar kaos dalamnya dan diluar Bh mini Siska setelah puas aku membuka 3 kancing atas baju seragam Siska lalu aku mengangkat kaos Siska dan membuka kancing Bhnya lalu talinya aku tarik kekanan dan kekiri melewati bahu dan tangannya kemudian melepasnya singkatnya susu Siska tertutup tetapi hanya seragam dan kaos dalamnya. Lalu tanyanku menurunkan semua celanaku hingga celana dalamku sekalian menampakkan kontolku yang tegang mengangguk angguk minta dimasukin. Kemudian aku menurunkan celana dalam merah Siska tanpa melepas rok Siska.

Kemudian aku mendekati Siska dari belakang dan mengarahkan kontolku dari belakang (kami sudah sama sama nafsu). Sleeeepp…blesss aku langsung memasukkan kontolku terburu buru karena sempit waktu membuat kesakitan Siska.

“Aduuh pelan pelan dong Ndra, Siska sakit nih” katanya agak merintih
“Sorry Sayang aku terlalu nafsu nih”kataku lalu tanganku menyambar susunya yang menggelantung indah dibalik seragam dan kaos dalamnya.
Lalu aku mulai memaju mundurkan pantatku sambil tanganku berpegangan pada susunya dan meremasnya.
“Shhhh…ahhhh…shhhh…Ndraaaa aku sayang kamuuuu” kata Siska setengah merintih kenikmatan
“Siskaaaa aku juga, tempikmu sempiitt…nikmat Kaaaa” teriakku mengiringi kenikmatanku pada kemaluan kami.
Sleeep…bleess…cplok..cplok…cplok irama persetubuhan kami sungguh indah hingga aku ketagihan. Kami melakukan posisi nungging itu lama sekali hingga kami sama sama sampai hampir bersamaan.

“Shhh…ahhh Ndra Siska sampai nih”katanya sambil kepalanya mendongak kebelakang.
“Iya Siska sayang aku juga sampai nih, didalam yah yaaaang” kataku lalu menghunjamkan kontolku dalam dalam ditempik Siska.
Seerr…serr..serr…croot…croot…croot kami keluar hampir bersamaan lalu aku mencabut kontolku dari tempik Siska.
Kontolku terlihat basah dari air mani kami dan air kenikmatan Siska.

“Ugh…Ndra enaak banget ya” katanya sambil membenahi bajunya tetapi Siska tidak memakai kembali Bh dan celana dalamnya tetapi dia menyuruhku menyimpanya lalu aku menyimpanya disaku celanaku.
“Iya yang aku sampai ketagihan, omong omong kamu kok nggak pakai kembali celana dalammu dan Bhmu yang” kataku sambil memakai celanaku kembali.
“Nggak ah panas nih yang lagi pula aku malas lepas seragamku” katanya

Lalu kami duduk beristirahat ditepian sisi kamar mandi sambil menunggu jam pelajaran selesai sambil saling membelai kemaluan kami menikmati sisa kenikmatan yang tadi kami lalui. Setelah bel pelajaran kami masuk kekelas berdua kembali mengikuti pelajaran seperti biasa. Siska tidak banyak bergerak dari tempat duduknya karena dia tidak pakai celana dalam dan Bh dan aku segera menyimpan pakaian dalam Siska ketasku takut ketahuan.

Itulah petualangan seksku dengan cewek cewek kecil nan cantik yang membuatku ketagian. Dan kegiatan kami ini terus berlanjut sampai sekarang.

Kontol Gede Mantep Membuat Memek Enggak Tahan

3some ala anak kampung

$
0
0

Pembaca yang tidak pernah tinggal di desa atau di kampung akan sulit membayangkan situasi dimana aku bercerita. Sedangkan mereka yang masa kecilnya tinggal di desa mungkin akan lebih mudah mencerna ceritaku.
Aku bukan berasal dari keluarga berada. Orang tuaku adalah petani biasa yang memiliki sebidang tanah dan 2 ekor sapi. Sepulang sekolah dasar, aku menggiring sapi-sapiku ke lahan di tepi hutan. Disana biasanya sudah ada Adi dan Sumadi. Mereka juga menggembalakan sapi. Sambil menunggu sapi-sapi merumput kami bertiga melakukan berbagai aktivitas, seperti mencari ikan di sungai, atau menguras parit-parit kecil ( kami menyebutnya nawu)yang ada ikannya, mencari buah-buahan yang dapat dimakan seperti jambu biji, petai cina atau tebu. Anak gembala memang agak rakus, yang kami biasa menyebutnya nggragas.
Aku, Adi dan Sumadi kira-kira sebaya lah antara 9 sampai 11 tahun. Aku sendiri umurnya 10 tahun. Jika hari libur sekolah kami bisa seharian berada di daerah penggembalaan. Pada jam-jam makan saja kami kembali ke rumah yang memang tidak terlalu jauh.
Selain kami bertiga kami juga sering bermain dengan anak perempuan . Mereka adalah Ina dan Rini. Kedua mereka setiap hari mencari kayu bakar di hutan dekat kami menggembala. Kadang kala kalau kami mendapat ikan, dan kami bakar, mereka ikut makan. Aku dan teman-teman juga sering membantu mereka mengumpulkan kayu bakar. Pada waktu itu tidak ada perasaan perbedaan gender. Mungkin karena kami masih anak-anak.
Bahkan kalau kami mandi di sungai mereka ikut bergabung. Kami kalau mandi tidak pernah pakai basahan, atau celana. Kami mandi telanjang. Biasanya ketika melepas celana, burung kami tutup dengan menangkupkan tangan ke bagian kemaluan lalu buru-buru terjun ke air. Ina dan Rini mereka mandi masih pakai basahan, yaitu celana dalam mereka.
Meskipun mereka tidak menutup bagian dada mereka, tetapi kami tidak tertarik memandangi tetek mereka. Seingatku tetek mereka berdua belum besar, meski agak sedikit lebih bengkak dari milik kami yang laki-laki.
Mungkin karena kami orang desa yang jauh dari informasi kota, jadi tidak ada rasa malu kami mandi bersama. Pada waktu itu, televisi masih terbatas hitam putih, dan masih sangat jarang orang yang memiliki. Aku sesekali menonton televisi di balai desa. Itupun di layarnya seperti banyak semutnya.
Aku ingat pada waktu itu Ina dan Rini masih duduk di kelas empat. Aku juga kelas empat tetapi beda sekolah.
Kami berlima sangat kompak dan saling membantu. Meski mereka cewek, tetapi mereka mau membantu menarik atau menggiring-sapi-sapi gembalaanku.
Namun kekompakan kami tidak berlangsung lama, karena ketika aku naik ke kelas lima Sumadi tidak lagi memiliki sapi, karena dijual orang tuanya. Sumadi sendiri kemudian diminta membantu bertani oleh ayahnya. Adi juga tidak lagi menggembala, karena orang tuanya ikut transmigrasi.
Tinggallah aku dan Rini serta Ani. Kami masih kompak bertiga. Karena aku tidak mempunyai teman menggembala, maka mereka sering menemani main di daerah gembalaan. Kuingat waktu itu orang tuaku menukar sapinya dengan 3 ekor kerbau. Aku lebih senang menggembala kerbau karena lebih menurut dan yang paling asyik bisa kami naiki. Rini dan Ani paling senang ikut jalan pulang sambil menaiki kerbauku.
Kegiatan kami bertiga masih seperti dulu termasuk mandi di sungai sambil menunggu kerbau berendam di air.
Ada yang agar berbeda setelah kedua cewek itu kelas 5, mereka sekarang kalau mandi pakai basahan atasan seperti singlet atau kaus oblong. Aku mulanya tidak menghiraukan, tetapi akhirnya mataku menangkap bahwa dibalik basahan atas itu ada menyembul tetek mereka yang mungkin tumbuh lebih besar.
Kedua cewek itu meski suka mandi di sungai, tetapi mereka tidak bisa berenang. Sedang aku sangat mahir berenang, terutama gaya bebas atau gaya berenang kali. Sungai yang suka kami jadikan tempat mandi bukanlah sungai yang terlalu besar. Lebarnya hanya sekitar 10 meter dan juga tidak terlalu deras dan banyak bagian yang dangkal. Aku bersama kedua cewek itu sering mencari kijing, semacam kerang yang hidup di sungai. Kami mencarinya dengan meraba-raba dibagian bawah pasir. Jika dapat banyak kami bawa pulang dan menyerahkan ke emak untuk dibuat masakan. Tetapi jika tidak banyak biasanya kami kumpulkan di bagian tepi sungai lalu kami pagari agar tidak hanyut.
Mencari kijing sering kali di area yang agak dalam yakni airnya setinggi dada anak-anak. Aku biasanya harus menyelam dan hasilnya aku berikan kepada mereka yang menunggu sambil berdiri.
Pada waktu menyelam aku sering memandangi kemaluan mereka yang terbungkus celana dalam putih. Jika terendam air, maka belahan kemaluan mereka terlihat agak jelas. Entah kenapa aku senang melihat belahan memek mereka yang terendam air. Kalau mereka mentas aku tidak bisa leluasa menatap ke memek mereka. Mungkin dengan pertambahan usia ada dorongan lebih besar untuk mengetahui kemaluan lawan jenis serta mungkin rangsangan sex mulai tumbuh juga. Dulu ketika kelas 4 aku masih tidak peduli dengan perempuan. Tapi setelah kelas 5 ada rasa malu, tapi ada rasa penasaran ingin tahu.
Kebetulan badanku agak bongsor dibanding Ani dan Rini meskipun usia kami sebaya, tetapi tinggiku sejengkal lebih dari mereka.
Karena badanku agak tinggi maka mereka sangat mengandalkan aku mencari kayu bakar. Aku bisa memanjat pohon untuk menarik dahan-dahan kering, atau menarik batang kayu lalu memotongnya dengan golok. Entah kenapa menurut anggapanku, tenaga perempuan sangat lemas, sehingga untuk memotong kayu kering mereka kelihatannya kurang kuat. Pertolonganku sangat mereka berdua dambakan.
Tidak ada pamrih apa-apa atas pertolonganku kepada mereka, Aku hanya senang bersahabat, senang menolong mereka. Aku kadang-kadang membawa jajanan, seperti ubi rebus, pisang rebus buatan emak. Keluarga ku termasuk lebih baik ekonominya dibandingkan keluarga Ani dan Rini.
Di luar areal penggembalaan, kami juga berteman akrab. Beberapa kali aku membantu menimba air dari sumur di rumah Rini dan Ani. Maklum orang tua mereka janda. Aku jadi akrab dengan keluarga mereka.
Cerita erotisnya bermula dari kejadian ketika seperti biasa aku mengajak mereka mandi sungai setelah selesai mengumpulkan kayu dan aku sekalian menunggu kerbau berendam. Ani menolak, karena katanya dia tidak punya ganti. Dia tidak pakai daleman, artinya tidak pakai celana dalam dan kaus singlet.
Pada waktu itu aku berpikir polos saja, tanpa maksud macam-macam. Aku menawarkan bertiga mandi telanjang. Mulanya Rini dan Ani agak keberatan karena katanya malu. Aku beralasan tidak perlu malu karena tidak ada orang lain di situ. Selain itu kita bertiga kan sudah lama kenal bahkan sejak kecil. Jadi sudah biasalah melihat masing-masing telanjang.
Mereka tetap merasa malu. Namun sebenarnya mereka memang ingin mandi karena badannya gatal, mungkin karena tadi terkena bulu bambu (lugud) Mereka malu terhadapku. Waktu itu aku menemukan solusi. Aku menawarkan untuk menjauh dari mereka ketika mereka buka baju dan masuk ke air. Aku berenang ke hilir, menghampiri kerbauku dan aku waktu itu memulai membuang rasa malu dengan langsung telanjang di depan mereka. Ani dan Rini membuang muka ketika tahu aku mau bertelanjang Aku berenang ke hilir.
Jaraknya tidak terlalu jauh, tetapi karena sungainya berbelok, jadi aku memang tidak bisa melihat mereka. Setelah mereka memberi aba-aba telah nyemplung ke air, barulah aku kembali menghampiri mereka.
Kami bercanda, siram-siraman air, dan yang istimewa hari itu kami bertiga telanjang mandi di sungai. Aku mengajari mereka ciblon ( atau main air yang menimbulkan suara). Untuk bisa melakukan ciblon badan harus terendam air paling tinggi sepinggang, sehingga leluasa melakukan gerakan.
Mereka ingin melakukan ciblon, tetapi malu karena tetek yang baru numbuh akan terlihat oleh ku. Aku biarkan saja mereka bertahan dengan rasa malu, karena tidak mungkin dipaksa mereka agar tidak malu.
Nah sejak itu di hari-hari berikutnya kami bertiga jadi terbiasa mandi telanjang. Kami lebih suka karena tidak ada baju basah yang kami pakai sampai kerumah. Karena terbiasa telanjang, lama-lama jadi berkurang rasa malunya. Ani dan Rini mulai berani keluar dari air sampai setinggi pinggang. Artinya mereka membiarkan aku melihat tetek mereka yang baru tumbuh.
Sejujurnya aku tertarik melihat tetek-tetek itu, tetapi agar mereka tidak malu, aku bersikap seolah tidak pernah menatap tetek mereka.
Kami jadi tidak terhalang lagi oleh rasa malu. Mereka hanya masih menyembunyikan kemaluan mereka. Sedang aku entah karena ada bakat exhibionis atau apa aku bebas saja melepas celana ku dan masuk ke air. Sedang mereka saat itu tidak mensyaratkan aku berpaling, mereka hanya menutup memeknya dengan tangan lalu masuk ke air.
Kami bercanda di air. Aku sering menyelam dan tiba-tiba muncul diantara kedua kaki Ani atau Rini. Jadinya mereka seperti tergendong di pundakku lalu menjatuhkan diri sambil berteriak-teriak.
Aku ingat pada waktu itu, jika aku sering bersentuhan dengan tubuh mereka, penisku jadi mengeras. Kadang-kadang aku malu kalau sedang ngaceng begitu, sehingga mentasnya agak lama. Tapi yang sering meski ditunggu mentas lama sampai kedinginan , penisku tidak bisa turun dari ketegangan. Mereka bertanya-tanya kenapa ketika mentas aku menutup kemaluanku, sedang tadi waktu masuk ke air tidak malu.
Aku nggak bisa beralasan kecuali jujur ku katakan bahwa kemaluanku ngaceng. Keduanya saling berpandang-pandangan karena tidak ngerti arti ngaceng. Aku bilang saja bahwa burungku tegang. Mereka malah makin bingung. Maklumlah anak desa yang masih polos dan belum banyak mengerti soal sex.
Rini dan Ani rupanya penasaran dan memaksa aku menunjukkan burungku yang tegang. Aku awalnya menolak, karena malu. Entah ide dari mana aku kemudian mau dengan syarat barter. Artinya kalau aku menunjukkan kepada mereka kemaluanku yang tegang, aku harus diperbolehkan melihat kemaluan mereka juga.
Mereka keberatan dengan tawaran itu. Jadinya aku tetap tidak memperlihatkan. Tapi Ani rupanya lebih penasaran dibanding Rini, sehingga dia mengalah lalu membujuk Rini agar ikut memperlihatkan memeknya juga.
Posisi kami pada waktu itu sudah memakai celana sehabis mandi. Maka kami sepakat bersama-sama membuka kemaluan kami pada hitungan ketiga. Kami sama-sama menghitung dan pada hitungan ke tiga Aku, Ani dan Rini menurunkan celana. Tetapi Rini dalam sekejap sudah menaikan lagi lalu diikuti Ani, maka aku pun ikut menaikkan celana. Sehingga baik aku maupun mereka sama-sama tidak jelas melihat kelamin lawan jenis.
Kami tidak puas dan membuat aturan baru bahwa setelah hitungan ketiga, kami memperlihatkan diri dan tetap terbuka sampai hitungan ke sepuluh yang dimulai dari angka satu lagi. Akhirnya kami saling memperlihatkan kemaluan kami masing-masing dalam waktu sekitar hanya kurang dari 10 detik.
Aku sebenarnya kurang puas, karena harus melihat 2 memek sekaligus dan bentuknya hanya seperti belahan pantat yang kecil saja. Sedangkan kemaluan ku bisa terlihat semua tidak ada yang disembunyikan. Tapi aku mau protes, tidak tahu apa yang harus kukatakan, karena pada waktu itu aku mengira ya memang sesederhana itu saja kemaluan cewek.
Ternyata yang protes malah Ani. Dia ingin melihat lebih jelas lebih dekat, Dia bertanya, kenapa penis yang tadinya kuyu bisa mengeras dan membesar. Dia juga merasa lucu melihat kepala penisku yang seperti topi baja. Waktu itu aku memang sudah sunat.
Ani meminta aku membuka lebih lama dan memperbolehkan dia melihat lebih dekat, karena penasaran saja. Aku setuju adalah mereka juga mau memperlihatkan lebih lama.
Ani yang penasaran memaksa Rini untuk menerima syaratku. Rini meski kelihatan berat hati karena malu akhirnya setuju juga.
Giliran pertama aku harus berbaring dan membuka celanaku. Merasa akan diperhatikan, penisku menegang. Ani dan Rini cekikikan melihat profil penisku. Dia menanyakan kantong zakar, lalu kepala penis. Yang cilaka aku diminta mereka untuk melemaskannya. Permintaan itu tidak mungkin aku bisa lakukan. Sampai saat itu aku belum mengenal onani.
Aku tidak bisa menjawab ketika ditanya kenapa. Aku hanya mengatakan bahwa penis ini mengeras dan mengendur sendiri bukan karena keinginanku.
Dari hanya memperhatikan dari dekat, akhirnya Rini malah penasaran ingin memegang. Dia ingin tahu sekeras apa penisku. Tanpa ngomong apa-apa dia menekan batang penisku dengan ibu jari dan telunjuk. Aku terkejut dan badanku seperti dialiri listrik karena merasa kenikmatan disentuh. Melihat aku terkejut, Rini pun terkejut dan melepas sentuhannya. Ketika mereka mengira aku kesakitan, aku terus terang mengatakan bahwa sentuhan itu rasanya enak dan nyetrum ke seluruh tubuhku. Aku lalu minta Rini menyentuh lagi, Ani malah ikut-ikutan menekan penisku. Tanpa kusadari aku mendesah nikmat. Mereka jadi seperti disemangati oleh desahanku. Tiba-tiba ada dorongan kuat dari dalam diriku dan aku mencapai orgasme untuk yang pertama kali dalam hidupku. Waktu itu aku belum mengeluarkan sperma, sehingga penisku hanya berkedut-kedut saja. Aku segera menyingkirkan kedua tangan mereka karena tiba-tiba penisku terasa sangat geli kalau disentuh. Aku membekam penisku sampai orgasmenya reda. Mereka terheran-heran melihat aku seperti kesurupan. Setelah reda orgasmenya aku mengatakan bahwa baru saja aku merasakan suatu kenikmatan yang amat sangat dan belum pernah aku rasakan. Pelan-pelan penisku melemah dan akhirnya kempis. Proses itu diikuti oleh mereka dan ketika sudah melemah mereka kembali menekan-nekan penisku yang lembek.
Aku lalu ingat janji mereka untuk memperlihatkan organ mereka. Ketika mereka kutagih, keduanya ingkar dan berusaha menyembunyikannya. Aku tentu sangat kesal, tapi tidak mungkin memaksa mereka.
Aku diam saja dan mengatakan kepada mereka bahwa aku marah, karena Ani dan Rini tidak adil. Keesokan nya aku tidak mau membantu mereka mencari kayu bakar. Aku bahkan menjauh dari mereka.
Hanya dua hari mereka bisa bertahan berjauhan dengan ku. Pada hari ketiga Ani dan Rini mendekatiku dan merayuku untuk rujuk kembali dan mereka mengaku salah. Bukan itu saja mereka mau menepati janjinya, asalkan aku mau membantu mereka kembali mencari kayu bakar.
Aku menerima pertemanan mereka dan langsung menuntut janji mereka. Pertama aku minta Ani berbaring dan membuka celana dalamnya. Ani berbaring dan langsung mengangkang. Terlihat belahan memek dan di bagian dalamnya agak berwarna merah. Aku mencoba menyibak belahan memeknya, terlihat ada seperti gelambir kecil dan lubang kecil di bawahnya. Di situ aku baru tahu bahwa memek tidak mempunyai lubang di depan, tetapi di bagian bawah. Di bagian depan lipatan memek malah tidak ada apa apa. Aku menyentuh gelambir kecil yang sekarang ku tahu bahwa itu adalah labia mayora. Ani terjungkat ketika bagian itu kusentuh. Dia mengatakan geli, sehingga dia menepis tanganku. Puas melihat memek Ani aku menuntut r
Rini juga menunjukkannya.
Memek Rini sama dengan Ani, hanya yang mengesankan bagiku, gundukan memeknya lebih gemuk. Rini pun berjungkat ketika gelambir kecil memeknya aku sentuh.
Ketika aku mengobservasi memek mereka, kemaluanku tegang sekali.
Mereka kemudian menuntut untuk melihat kembali kemaluanku. Aku tanpa menunggu lama langsung memelorotkan celanaku sambil berdiri. Ani dan Rini jongkok di depanku sambil tangannya menyentuh kemaluanku. Rini meremas kantong zakarku. Aku berteriak karena sakit. Mereka kucegah menekan bagian itu kuat-kuat. Keduanya lalu seperti pertama dulu menekan-nekan penisku sampai aku kembali orgasme. Ani dan Rini senang melihat proses penisku menyusut.
Sejak saat itu tidak ada lagi rasa malu di antara kami. Namun keakraban itu sangat kami rahasiakan. Meskipun aku ingin sekali bercerita kepada banyak orang mengenai pengalamanku dengan perempuan karena pengalaman ini kurasakan sangat luar biasa, tetapi aku terpaksa menahannya dan menyadari kalau cerita itu terbuka keluar maka aku akan menghadapi masalah dan membuatku juga malu.
Aku jadi rajin mengembala, dan Ani serta Rini rajin pula mencari kayu bakar. Kegiatan diakhiri dengan mandi di sungai bersama-sama. Kami tidak lagi merasa perlu mandi dengan basahan, sebab sudah tidak ada lagi rasa malu diantara kami bertiga. Aku bahkan tidak hanya mandi bersama tetapi biasa bermain diair sambil bergulat memeluk dan memegang tetek maupun kemaluan mereka. Aku pun begitu. Kadang-kadang aku digeret dari pinggir sungai sampai masuk ke air dengan memegang penisku.
Kegiatan selalu diakhiri dengan aku mencapai orgasme setelah dipegang-pegang oleh tangan kedua cewek. Entah karena naluriku atau juga naluri dari cewek-cewek itu, akhirnya kami menemukan permainan mengocok penisku sampai aku orgasme. Sebabnya penisku tak kunjung mencapai orgasme hanya dengan dipegang-pegang saja. Lama-lama jadi agak Imun.
Selanjutnya aku menemukan kenikmatan ketika memeluk salah satu dari cewek itu dari belakang. Penisku yang menegang menusuk belahan pantat. Rasanya nikmat sekali.
Sampai sejauh itu baik aku maupun kedua cewek itu belum mengetahui hubungan sex antara pria dan wanita. Aku menemukan permainan baru yang menimbulkan kenikmatan lebih tinggi dengan menggesek-gesek penisku di belakang belahan pantat mereka.
Ani maupun Rini senang dibegitukan meskipun mereka sering mengeluh merasa geli. Aku juga paling senang meremas-remas susu mereka yang baru tumbuh, karena rasanya kenyal dan nikmat sambil aku memeluk dari belakang.
Mereka berdua mengaku merasa nikmat jika aku meremas-remas gundukan kemaluan mereka. Hanya saja mereka marah jika ketika aku meremas memek mereka lalu jariku yang terperosok ke dalam belahan memeknya aku cium. Menurutku bau memek mereka agak aneh. Apalagi sebelum mandi, baunya agak pesing. Tetapi setelah mandi, nyaris tidak ada baunya. Jariku kadang-kadang terkena lendir yang kalau sudah gitu aku mencucinya dan membersihkannya dengan pasir. Aku merasa geli jika lendir itu terkena di jariku. Tapi anehnya aku suka mengorek-ngorek memek mereka meski risikonya terkena lendir.
Bahasa kami waktu itu adalah turuk untuk menyebut memek, dan peli untuk menyebut penis.
Sebagai penggembala kerbau aku terbiasa melihat kerbau melakukan hubungan kelamin. Namun kali ini aku tertarik melihat hewan peliharaanku melakukannya. Entah kenapa, kemaluanku jadi menegang. Aku memperhatikan apa yang dilakukan kerbauku ketika kawin. Semula aku mengira, batang penis kerbau dimasukkan ke lubang pantat betinanya. Namun kemudian setelah aku amati lebih jeli ternyata bukan masuk ke lubang pantatnya.
Ketika aku mengamati kerbauku kawin aku sempat diejek Rini dan Ani. Kata mereka aku melihat apa kok serius sekali. Aku katakan, penasaran ingin tahu apa yang dilakukan kerbau kawin.
Rini dan Ani ternyata lebih tahu. Baru kutahu ketika Ani menceritakan bahwa binatang kawin itu dengan memasukkan kelamin prianya ke lubang kelamin betinanya. Dengan begitulah mereka kemudian punya anak.
Entah kenapa sejak penjelasan itu aku jadi punya keinginan seperti yang dilakukan kerbau-kerbauku. Jika sebelum ini kami bermain peluk-pelukan di dalam air dan aku menyelipkan penisku di pantat mereka, sekarang aku punya ide permainan, kawin-kawinan.
Masih di dalam air baik Ani maupun Rini aku suruh menunduk dengan bertopang pada lutut, lalu aku menusukkan penisku di belahan pantat mereka. Mulanya Ani dan Rini tidak mau, tetapi karena aku terus membujuk mereka akhirnya mau. Mereka katanya takut punyak anak.
Aku jadi ketagihan main kawin-kawinan. Setelah berkali-kali dan ternyata Ani dan Rina tidak punya anak akhirnya kami jadi sering main begituan. Kalau dulu kami mainnya di dalan air, setelah itu kami main di luar. Aku tidak tahu waktu itu bahwa penis itu harus dimasukkan ke dalam lubang vagina. Sebab dengan menyelipkan penisku diantara lipatan memeknya sudah terasa nikmat sekali.
Rini dan Ani sering menolak aku ajak main kawin-kawinan, karena mereka merasa memeknya geli.
Aku ingat suatu waktu ketika kami sedang mengumpulkan kayu, di tengah hutan menemukan semacam bangku, bekas orang membuat papan di hutan. Aku tidak ingat apakah Rini atau Ani yang memulai. Tapi dia mencopot celananya dan tidur telentang dibangku itu lalu aku diminta buka celana. Penisku dipegangnya lalu seperti dioles-oleskan ke belahan memeknya. Katanya penisku menimbulkan kenikmatan. Aku memang melihat dia kadang-kadang mengejang. Sementara aku diam saja karena aku juga merasa nikmat. Tapi perbuatan mereka itu tidak bisa mengantarkan aku sampai orgasme. Kedua-duanya melakukan itu dan reaksinya sama, mereka kadang-kadang mengejang.
Aku sebenarnya kurang suka karena penisku kena lendir mereka dan baunya agak pesing, Tapi karena mereka terlihat nikmat aku jadi mengalah saja.
Berkali-kali kami melakukan adegan itu, sampai aku melihat lubang di memek yang kelihatan memerah. Aku pikir lubang itu yang bisa dimasuki penisku seperti kerbau memasukkan penisnya kelubang belakang betinanya.
Aku katakan akan mencoba menusuk lubang itu. Mulanya mereka mau mencoba, tetapi ketika di coba mereka mendorongku karena terasa sakit. Aku sampai hampir jatuh kejengkang ketika Ani mendorongku. Ketika kucoba ke Rini dia juga akhirnya mendorongku, karena katanya memeknya perih.
Meski mereka tidak mau tapi, aku tetap penasaran. Mereka masih tetap ketagihan mengoser-oser penisku di belahan memeknya. Jika semula tangan mereka yang memegangi penisku, kini kuambil alih akulah yang mengoser-oser. Aku perhatikan jika lama aku mengoser-oser ke memek Ani, dia lama-lama ngompol karena memeknya jadi makin basah. Si Rini sama juga. Ani mulai kejang-kejang jika aku menggesekkan kepala penisku ke belahan memek mereka. Aku sudah bertekad mengambil kesempatan untuk menusukkan penisku ke dalam lubang memek Ani ketika dia sedang mengejang. Saat Ani mulai mengejang aku terus menggesekkan penisku sampai dia mendesis desis. Kepala penisku sudah tepat di depan lubang memek yang merekah merah. Dengan gerakan tiba-tiba aku tekan sekuat tenaga. Penisku yang keras itu masuk seluruhnya ke dalam lubang Ani. Dia menjerit dan menangis, tetapi tangannya menahan pinggulku . Padahal aku ingin mengeluarkan penisku dari lubang itu, takut nyangkut seperti anjing. Ani menahannya, katanya memeknya perih. Tapi ketika aku bilang kalau tidak dilepas nanti takutnya gancet (istilah kelamin anjing yang tak bisa lepas sesaat ketika habis bubungan kelamin). Ani akhirnya melemaskan pegangannya dan aku diarahkan menariknya pelan-pelan. Aku lega karena penisku bisa lepas dari lubang memeknya, tetapi aku takut, karena penisku berdarah. Hari itu Ani marah dia mengajak pulang Rini sambil tertatih-tatih membawa kayu bakar.
Keesokan harinya Aku tidak melihat kedua cewek itu. Aku sebetulnya ingin minta maaf jika mereka datang. Ani masih cemberut ketika kutemui bermain dekat rumahnya. Dia tidak mau banyak bicara ketika kuajak bermain.
Aku akhirnya pasrah dan membiarkan Ani membenciku. Padahal aku pun tidak tahu kalau perbuatan itu mengakibatkan dia berdarah. Tadinya aku kira penisku yang luka. Tetapi setelah aku cuci tidak ada bagian yang terluka. Aku jadi mengingat-ingat kejadian berdarah itu. Penisku terasa terjepit oleh memek Ani dan nikmat sekali. Tapi aku sempat kalut ketika tiba-tiba teringat anjing kawin bisa gancet.
Di hari ketiga Ani dan Rini kembali muncul. Ani kelihatannya sudah melupakan marahnya dan mengajak aku mencari kayu. Entah dia terpaksa berbaikan dengan aku atau memang dia bisa menerima kesalahanku. Tapi bisa saja dia terpaksa, karena tanpa bantuanku dia tidak bisa mendapat banyak kayu bakar. Atau mungkin juga dorongan Rini yang juga merasakan tidak bisa mengumpulkan kayu bakar lebih banyak tanpa bantuanku.
Namun kali itu mereka tidak mau ketika kuajak mandi bareng. Mereka berdua memilih pulang lebih cepat. Aku kemudian juga kehilangan selera mandi di sungai sendirian. Aku memilih nanti saja mandi di sumur di rumah.
Seminggu kira-kira hubungan kami agak renggang. Setelah itu hubungan kami kembali normal dan keduanya mau mandi bareng lagi di sungai dengan telanjang. Aku tidak berani memeluk keduanya dari belakang seperti yang aku lakukan sebelumnya. Aku takut Ani marah. Jadi kami hanya bercanda dengan bermain air dan saling siram. Aku sempat heran juga ketika kami mentas, Ani berinisiatif mengocok penisku sampai aku memuncak.
Entah dorongan nafsu atau ingin mendapat kenikmatan lagi Ani meminta pinjam penisku untuk dioles-oleskan di belahan memeknya. Si Rini pun juga minta begitu. Posisi kali ini bukan di hutan yang ada bangkunya, tetapi di pinggir kali. Aku membuat tatakan dari daun-daunan di balik kerimbunan semak sehingga jika ada orang lewat tidak bisa langsung melihat kami. Aku khawatir, meskipun di tempat itu jarang sekali ada orang melintas.
Aku duduk bersimpuh sementara Ani tidur telentang dan mengangkangkan kedua kakinya lalu dilipat. Penisku diraihnya lalu dia menggesek-gesekkan ke belahan memeknya. Aku melihat dengan seksama apa yang dilakukan Ani. Dia sebenarnya menekan-nekankan penisku di belahan memeknya, sehingga aku merasa penisku seperti ditarik-tarik. Aku mencoba mengikuti irama gerakannya. Ketika dia menekan ke memeknya aku ikut membantu dengan mendorongkan penisku. Berkali-kali melakukan gerakan itu, kepala penisku seperti terbenam. Rasanya nikmat sekali sehingga aku menginginkan mendorong terus. Memek Anik terasa licin sehingga ketika kuperhatikan penisku agak banyak terbenam ke dalam lubang memek Ani. Ketika sudah mencapai separuh penisku berada di dalam memeknya, Ani kutanya apakah dia merasa sakit. Dia hanya menggeleng. Aku tidak mengatakan bahwa penisku sudah masuk ke dalam memeknya, karena kupikir dia pasti bisa merasa. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa karena penisku berada di dalam lubang hangat dan terasa sangat menjepit. Tangan Ani kuangkat dan aku minta untuk menggantikan kerja tangannya. Sambil kugerak-gerakkan aku mendorong terus penisku masuk ke dalam memeknya. Herannya penisku masuk terus sampai seluruhnya tenggelam. Pada waktu itu aku teringat lagi soal anjing gancet. Maka kutarik pelan-pelan penisku . Terasa sekali nikmatnya. Ketika akhirnya bisa terlepas, baru aku yakin bahwa kami tidak gancet, sehingga aku masukkan lagi penisku dan kali ini agak mudah masuknya. Aku terus mendorong sampai mentok. Kulihat reaksi ani bukan kesakitan. Ani kutanya pa yang dia rasakan, kata dia enak banget, karena memeknya terasa penuh dan mengganjal. Malah katanya lebih enak dari pada hanya dioles-oleskan di belahan memeknya. Aku menarik kembali pelan-pelan tapi tidak sampai lepas. Kuraksakan kenikmatan menjalari seluruh batang penisku dan ke seluruh tubuh. Aku teringat gerakan kambing dan anjing kalau kawin. Hewan itu jantannya melakukan gerakan maju mundur, maka aku kemudian melakukan gerakan itu dengan ritme yang cepat. Ani mendesis-desis, sambil berkata,” aduh enak banget……”
Rini yang memperhatikan apa yang kami lakukan bolak balik nanya ke Rini, enak gimana. Ani yang terus dicecar pertanyaan menjawab rada kesal sambil berteriak lirih “ Enaaaaak banget..”
Aku pun merasa enak sekali, jauh lebih enak dari pada dikocok pakai tangan. Aku tidak lagi bersimpuh tetapi sudah telungkup dan berstumpu pada siku, sambil terus melakukan gerakan maju mundur sampai akhirnya ada gelombang nikmat yang luar biasa. Saat yang kemudian aku kenal dengan orgasme aku menancapkan dalam-dalam penisku di memek Ani. Agak lama aku melepaskan denyutan penisku sampai akhirnya kenikmatan itu berangsur-angsur menurun. Aku menarik pelan-pelan penisku. Sempat kuperhatikan, tidak ada darah di penisku, tetapi penisku penuh dengan lendir.
Ani masih tidur telentang di semak persembunyai kami. Sementara aku keluar dari semak langsung nyebur ke sungai dan membersihkan penisku dari lendir-lendir dari memek Ani.
Ketika sedang asyik mandi, Rini memanggilku. Dia minta aku memeriksa Ani karena tidak bisa bangun. Aku sempat terkesiap. Ani aku datangi di semak persembunyian. Ketika kutanya dia ternyata bisa menjawab. Ani minta aku memasukkan lagi penisku. Aku yang baru mentas dari sungai dan masih telanjang, penisku belum tegang. Ketika aku coba memasukkan ke lubang memek Ani, tidak bisa masuk karena masih lemas. Tapi lama-lama makin mengeras sampai akhirnya keras seperti semula. Pada saat mengeras itulah aku baru berhasil memasukkan kembali penisku ke dalam memek Ani. Aku kembali merasakan kenikmatan seperti tadi. Aku sudah agak mengerti melakukan gerakan . Kali ini kenikmatan yang memuncak terasa lama sekali sampainya. Aku terus menggenjot. Ani mendesis-desis lalu tiba-tiba ia peluk aku erat-erat dan kedua kakinya melingkar ke badanku. Aku tidak bisa bergerak. Penisku terasa seperti diremas-remas oleh memek Ani. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berkata enaakk banget. Setelah melongarkan pelukan aku kembali menggenjotnya lebih cepat. Aku bersemangat, tetapi dalam hati bertanya, kenapa lama sekali gak nyampe kenikmatan seperti yang pertama tadi. Tiba-tiba Ani berteriak, terus-terus. Teriakan itu merangsangku sehingga aku makin cepat bergerak sampai akhirnya aku mencapai puncak kenikmatan lagi. Ani kembali memelukku erat sekali dan kakinya juga merangkul tubuhku.
Aku merasa lemas dan penisku ketika kutarik keluar dari memeknya sudah agak menciut.
Aku berbaring di samping Ani. Setelah istirahat sebentar kami lalu nyebur ke sungai. Ani berubah manja terhadapku. Dia berkali-kali minta aku gendong di dalam air.
Ani menceritakan kenikmatan yang baru dia dapatkan tadi kepada Rini. Ani memaksa Rini mencoba. Rini masih takut karena melihat Ani dulu berdarah dan kesakitan. “Sakitnya Cuma sebentar saja, sesudah itu enaknya luar biasa,” kata Ani.
Sebetulnya selepas mandi itu aku diminta Ani melakukannya ke Rini, tetapi karena hari sudah semakin sore, kami urungkan dan kami berjanji besok akan kami lakukan.
Aku sudah yakin bahwa manusia berbeda dengan anjing. Karena tidak bisa gancet. Oleh karena itu ketika aku melakukannya ke Rini aku sudah lebih percaya diri. Lubang memek Rini agak susah dimasuki, karena penisku berkali-kali terpeleset.
Berbeda ketika melakukan dengan Ani, Kepada Rini aku menekan penisku pelan-pelan sampai penisku bisa masuk. Saat penisku tidak bisa masuk lagi, padahal sudah hampir separuh berada di jepitan memeknya, aku pikir lubang memek Rini dangkal. Rini merasakan sakit, tapi katanya dia masih bisa tahan. Karena lubangnya dangkal aku jadinya melakukan gerakan dengan tidak sampai penisku separuh terbenam. Aku mulai merasakan nikmat sampai-sampai aku lepas kontrol. Tekanan penisku ke dalam memek Rini mungkin terlalu kuat sehingga Rini menjerit dan menangis. Aku terkejut juga dan meraba penisku, ternyata mentok alias masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Rini menahan gerakanku karena dia merasa memeknya ngilu. Aku menuruti kemauannya, meski pelan-pelan melakukan gerakan maju dan mundur. Merasa pegangan Rini melonggar aku mempercepat gerakan sampai akhirnya aku mencapai kenikmatan yang luar biasa. Aku biarkan sebentar penisku di dalam memek Rini sampai kenikmatan penisku reda.
Aku kembali takut ketika penisku berdarah. Aku memeriksa seluruh batang penisku, tetapi tidak ada yang terluka. Berarti darah itu berasal dari memek Rini. Aku makin yakin karena Rini mengeluh memeknya perih. Aku dan Ani membimbing Rini masuk ke sungai dan mencuci memeknya. Rini masih meringis, katanya memeknya perih kena air sungai.
Ani mengatakan pada Rini bahwa pada awalnya memang perih, tapi setelah itu enak banget.
Penisku digenggam-genggam Ani dan dia menyeretku masuk ke semak-semak. Ani minta aku memasukkan kembali penisku ke dalam memeknya. Penisku baru setengah tegang. Agak susah jadinya memasukkan ke dalam lubang Ani. Setelah dicoba berkali-kali dan dengan bantuan tuntunan tangan Ani penisku bisa masuk. Aku kembali menggenjot Ani. Dia merintih-rintih dan berkali-kali minta aku berhenti sebentar sambil memelukku dan aku merasa memeknya berdenyut-denyut. Aku terus menggenjot sampai akhirnya ak mencapai puncak kenikmatan.
Tiga hari kemudian baru Rini mau mencoba lagi penisku memasuki memeknya. Dia mengatakan masih agak sakit, tetapi terasa agak enak. Aku menggenjotnya sampai aku mencapai kenikmatan. Aku ingat kemudian aku mengulangi lagi. Pada ronde kedua itu Rinia sudah kurang merasakan sakit. Dia juga mendesis desis seperti Ani dan sempat memelukku erat sekali dan aku merasakan penisku dicengkeram oleh memeknya. Rini baru mengakui ke Ani bahwa permainan ini nikmat sekalai.
Sejak itu kami selalu main kawin-kawinan . Ketika aku menyelesaikan kelas 6 dan akan masuk SMP, orang tuaku memboyong aku pindah ke kota. Kami akhirnya berpisah dengan Ani dan Rini. Aku sering merindukan mereka, terutama keinginanku main kawin-kawinan. Kalau diantara pembaca ada yang merasa sebagai Rini atau Ani tolong tinggalkan email kalian. Aku ingin bertemu kalian. Janji aku tidak menuntut kita main kawin-kawinan lagi.

Ana & Dicky

$
0
0

Anna dnn Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher
berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek. Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya. Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Dicky untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku. Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.

Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, “Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?” Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Dicky, “Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”

Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekatiku.

Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.

Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan. “Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”

Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.

Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, “Ayo dong Gus?”

“Tenang sayang …. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.

“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?” tanya menggoda sambil berbaring.

“Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawabku sambil mendekati dirinya.

Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya. Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.

Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, “Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.

Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. “Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang. Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, “Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Penisku terasa diguyur cairan di dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.

Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna. Kubuka kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali. Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, “Kenapa, sayang? Sakit ya?” tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan “Uuuuhhhh ….” aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Dicky kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.

Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Dicky masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut Dicky dan meminta Dicky menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Dicky menoleh sekilas ke arah Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya. Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.

Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi. Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna. Anna yang ada di atas Sinta kini, menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya, sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.

“Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya memohon.

Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman, dan Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.

Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna. Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya. Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku, sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. “Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!” katanya memerintah kami berdua. Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Dicky memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. “Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …” katanya protes.

“Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?” gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya. Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Dicky pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.

Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, “Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”

Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, “Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!” katanya. Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Dicky. Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.

Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Dicky masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Dicky paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.

Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Dicky. Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik, “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya.”

Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Anna, “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Dicky mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna, bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Dicky dan pantat Anna. Dicky memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna. Aku dan Dicky menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya, Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.

Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat. “Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta. Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.

Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Dicky menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.

Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna. Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan. Dicky berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta. Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Dicky.

Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo­-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya. Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.

Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.

“Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Sintaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!” teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.

Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna. Sinta pun merintih, “Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm …..” pujiannya keluar memuji perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Dicky dengan kuatnya.

Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Dicky, aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, “Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.” Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, “Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu.”

Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Dicky dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Sinta seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang. Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku, sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku.

Tidak ada cerita serupa.

+++++++++++++++++++++++++++++++++++===================================**************************************************

“… Ya pengen sih…” Bagaimana pun aku kalah lagi. Vany mendongak, menatapku. Saat itu wajahnya terlihat imut sekali.
“Karena toketku?” tanya Vany.
“… Iya… Sory…” jawabku lemah.
“Gapapa…” jawabnya. Mukanya merah padam.
“Abis… Gede banget…”
“Segede itu kah?” tanyanya perlahan, kedua tangan mungilnya memegang dadanya, meremasnya, seolah tak percaya bahwa dadanya memang sangat besar.

Aku tak tahan lagi. Kupeluk tubuh mungil Vany. Dadanya yang besar menekan dadaku. Aku mencium bibirnya yang mungil, lembut. Vany terkejut. Sesaat seolah ia akan meronta melepaskan diri dari pelukanku, namun detik berikutnya ia telah membalas ciumanku.

Ciuman kami bertambah panas. Lidahku perlahan masuk ke dalam mulutnya, memainkan lidahnya. Vany cepat belajar rupanya, segera membelit lidahku dengan lidahnya yang mungil. Decak lidah kami terdengar menggiurkan di dalam heningnya malam itu. Tanganku merogoh pantatnya, meremasnya. Baru kali ini aku menyadari pantat Vany juga montok dan tebal. Vany melepaskan ciuman, mengambil nafas. Benang ludah tipis menghubungkan mulut kami. Sexy sekali.

“Di kamar aja yuk?” ajaknya.
Aku mengangguk. Kugendong Vany kembali ke kamarnya, kurebahkan tubuh mungilnya di atas ranjangnya. Perlahan, aku merebahkan diri di atas tubuh Vany, kembali melumat mulutnya dengan penuh gairah. Tapi saat itu Vany terbatuk.

“Kenapa?” tanyaku.
“Uhuek… Kakak berat!” katanya terbatuk. Ia tertawa terbahak-bahak. Tawanya yang renyah justru menambah gairahku. Kami berciuman lagi. Nafas kami semakin memburu. Aku menurunkan ciumanku ke rahangnya, kemudian lehernya, perlahan-lahan. Vany mencengkeram rambutku.

“Mmhhh… Jilatin leherku, Kak…”
Aku menurutinya. Aku memutar-mutar lidahku di lehernya, kucium perlahan, terus berulang-ulang. Vany mengejang.

“Enak?” tanyaku.
“Hmmhh… Iya… Lagi kak…” Vany mendesah.

Kali ini, sambil menjilat dan merangsang lehernya terus-menerus, tanganku perlahan meremas dadanya yang seempuk bantal. Rupanya malam ini Vany memakai BH, sehingga tanganku tidak langsung menyentuh putingnya. Tapi aku merasakan puting Vany telah mengeras seperti malam itu.

“Buka aja kaosnya…” pintanya. Aku mengangguk. Perlahan, aku mengangkat kaos piyama warna pink itu. Vany mengangkat kedua lengannya agar bisa kubuka sepenuhnya. Aku tertegun melihat BH warna putih berenda yang dikenakannya. Baru kali ini aku melihat tubuh adikku seperti ini. Dadanya yang besar dan bulat terlihat sangat kesulitan ditahan oleh BH itu. Aku mulai mencium dan menjilat dada Vany, sementara tanganku masih tak puas merasakan empuk dan kencangnya.

“Emang bener-bener gede, Van…” bisikku. Vany hanya tersenyum, menggeliat nikmat. Aku meremas dadanya lagi, ragu-ragu apakah sebaiknya kubuka Bhnya atau tidak. Seolah dapat membaca pikiranku, Vany bertanya.
“Mau liat?” tanyanya, menggoda.

Tak menunggu disuruh dua kali, kutarik BH itu ke atas. Dada Vany yang besar berguncang menggiurkan saat terbebas dari cengkeraman BHnya. Sungguh besar, bulat dan putih mulus sekali, dengan puting yang masih belum pernah tersentuh tangan pria berwarna coklat muda kemerahan. Benar dugaanku, putingnya telah ereksi setegang-tegangnya. Dada Vany benar-benar sempurna.

“Oh my God…” bisikku kagum. “The best…”
“Hehehe… Berisik… Ayo cepet…” katanya.

Aku membenamkan wajahku di antara kedua payudaranya. Empuk, lembut sekali. Sensasi kenyalnya dada Vany membuatku sungguh terangsang. Dada Vany sungguh penuh membungkus wajahku. Aku bergeser. Jemariku memainkan putingnya yang telah tegak berdiri.

“Aaahh… Kakk… MMhhh…” Vany mendesah nikmat. Kujilat dan kusedot puting kanannya, sementara tangan kananku meremas dada kirinya. Kemudian berganti, puting kirinya kusedot dan kujilat perlahan, sementara puting kanannya kumainkan dengan jemariku; kucubit dan kuputar.

“Aaahh… Aaahh… Ka…K… Pelan… Pelaan… Mmmhhh!!”

Aku menyadari Vany lebih terangsang saat puting kirinya kujilat. Rupanya Vany lebih sensitif di puting kiri.

“Kamu lebih suka di sini ya?” godaku sambil menggigit perlahan puting kirinya.
“AAAHH… Aah!! IYA! Ooh… Mmmhhh… Jangan digigiitt… Mm!!” Vany mendesah keenakan. Tubuhnya menggeliat-geliat. Tangannya mencengkeram seprei. Sambil melepas celana pendeknya, aku semakin liar memainkan dadanya yang besar menggiurkan. Kuputar-putar lidahku di kedua putingnya bergantian. Vany tak tahan.

“OOH… Kaakk… Ka… Kalo gitu terus… Aku… Aaahh… Mmhh… Kk…”
“Mau keluar?” tanyaku sambil terus meremas dan menjilat dadanya. Vany mengangguk panik. Aku nyengir nakal. Puting kirinya kujilat sangat perlahan, sementara tangan kananku merogoh selangkangannya. Sudah basah kuyup.

“AaaahhhHH….!!! Kaaakkkk!!!”

Sslllrrssshhhhhhh… Vany mengejang, mengangkat pinggulnya, menyemprotkan cairannya banyak-banyak, membasahi tanganku. Ia terkulai lemas.

“Kenapa kamu? Belon diapa-apain udah squirting gitu?” godaku.
“Hhh… Hh… Enak aja blon diapa… apain… Hh…” jawabnya, terengah-engah. Aku tertawa pelan.
“Masih kuat?”
Ia mengangguk, tersenyum.
“Kakak nakal…” bisiknya. Aku nyengir dan kembali membenamkan kepalaku kedalam bekapan dadanya. Benar-benar enak sekali.
“Mmm… Vnn… Nnii subber bngeddd…(Mmm… Van ini super banget)” kataku dalam bekapan dadanya. Vany tertawa geli. Kedua tangannya meremas dadanya, menekankannya ke arah wajahku, sehingga semakin membekap wajahku. Saat itu ide gila melintas di benakku.

“Van, kamu tau titf*ck?” tanyaku.
“Apa tuh?”
“Itu… Gini…” Aku berdiri, membuka celanaku. Penisku yang tegak berdiri mengacung ke arahnya. Vany melotot memandang penisku.
“Mau diapain, Kak?” tanya Vany.
“Kayak tadi…” Dengan lembut aku berlutut, mengangkang melewati perutnya. Kuletakkan penisku di antara dadanya yang lembut itu. Vany mengerti.
“Ooohh… Iya iya!” katanya, mengangguk-angguk. Vany memegang kedua dadanya yang besar, kemudian menjepit penisku di antaranya. Luar biasa!

“Aaahh!!! Vaan… Ini enak banget!!”
“Enak??” tanyanya.

Tangan Vany meremas-remas, memijat-mijat dadanya. Sensasi empuk dan kencang membungkus penisku. Dadanya sungguh besar hingga yang terlihat hanya kepala penisku yang berwarna merah. Rasanya berdenyut-denyut di antara jepitan lembut dadanya.

“Van, dikocok deh… Mmmhhh… Pelan-pelan,” pintaku.
“Oke…” Vany menggerakkan dadanya naik turun bersama-sama, perlahan. Aku tak dapat melukiskan kenikmatannya dengan kata-kata. Kemudian ia menggerakkan dadanya bergantian, kiri-kanan-kiri-kanan… Benar-benar luar biasa!

“Ooohh… Mmmmhhh… Vaann… Sambil dijilat… Kepalanya…”
Vany menunduk, menjilat kepala penisku. Aku rasa batasku sudah semakin dekat. Seolah mengerti pikiranku, Vany berkata.

“Keluarin aja, Kak… Semprot yang banyak!” bisiknya.
“Okee… Mmmhh… Ben… Bentar laggii… Aaahhh….”
Vany semakin cepat menggerakkan dadanya naik-turun, ia juga mengencangkan jepitannya, tapi jilatannya tetap pelan dan lembut. Aku sudah tak tahan lagi!
“VAAN… Kakak…. MMMMmmmhHHH!!!!”

Crooottt… Crroooottt… Crrroooottt…. Penisku meledakkan sperma kuat-kuat berkali-kali ke wajah imut Vany. Vany memejamkan mata dan menutup mulut rapat-rapat. Aku terus menyemprot hingga hampir seluruh wajah dan dadanya yang besar berlumuran cairan putih kental itu.

Vany membuka mata, menjilat sperma sekitar mulutnya. Cairan putih menetes dari daun telinga, juga poni rambutnya. Wajah polosnya benar-benar belepotan sekarang. Aku mengangkat penisku dari dadanya, masih tegang, sama seperti waktu itu. Rupanya memang tidak cukup hanya sekali untuk memuaskan nafsuku.

“Oke… Sekarang giliran kamu lagi…” kataku.
Aku menunduk ke arah selangkangannya. Kubuka tungkai Vany hingga mengangkang sempurna. Celana dalamnya basah kuyup. Aku menjulurkan jari telunjukku untuk menyentuh vaginanya. Perlahan, kugerakkan naik-turun telunjukku di bibir vaginanya.

“Mmm… Mmhhh… Kaak…” desahnya pelan. Aku menusukkan telunjukku lembut lebih kedalam. Vany menjengit. “Lagi, Kak…”
“Tunggu…” Perlahan, kubuka celana dalamnya yang berwarna putih. Vagina Vany masih belum berbulu, hanya rambut-rambut sangat tipis yang tumbuh sedikit di sekitar bibir vaginanya. Bentuknya pun indah, tembem. Klitoris Vany sudah menonjol keluar. Cairan bening mengalir dari dalam vaginanya.

“Wow… Kenapa badanmu sempurna gini sih?” bisikku menggodanya.
“Apaan sih kakak…” kata Vany.

Tanpa berlama-lama, aku langsung mencium vaginanya. Vany mengejang, menggeliat setiap kali aku menyentuh klitorisnya dengan bibirku. Harum segar sekali baunya.

“Aahh… Kaakk… AaaaHH… Aa…” desah Vany. Aku menjulurkan lidah, kujilat bibir vaginanya yang tembem. Vany menggeliat semakin kuat, mencengkeram kepalaku. Aku meremas pantatnya perlahan-lahan sambil terus menjilati vaginanya.

“Kaakk… Kakakk… Oohh… Mmmhhh… Yess…” Vany mendesah. Nafasnya berat, tak beraturan. Kujulurkan lidahku lebih dalam, kali ini menjangkau bagian dalam vaginanya. Vany mendesah dan mendesis tak karuan, pinggulnya menegang. Aku melirik ke atas, tangan kanannya sedang meremas dadanya yang besar, memainkan puting kirinya yang sensitif. Kugigit lembut klitoris adikku.

“MMM!!! Kaaakkk!!! Keluaaarrrr!!! Aaaahhh… AAAAHH!!!”

Sebelum aku sadar, Vany telah menyemprotkan cairannya ke wajahku. Semprotannya kencang sekali. Untung saja aku sempat memejamkan mata dan menahan nafas. Belum sempat aku mengambil nafas, Vany telah menyemprotkan orgasmenya yang kedua. Lebih banyak kali ini.

“Oohh… Oohh… Mmhhh… Hhh… Hhhh…” Vany terengah-engah tak karuan. Dadanya bergerak naik-turun, mengatur nafas. Aku membenamkan wajahku di dalam selimut, berusaha mengeringkannya. Vany tertawa geli melihat kakaknya basah kuyup.
“Apa kamu ketawa-ketawa…” ujarku. Geli juga sih…
“Hahahaha… Emang aku nyemprotnya sampe segitunya? Hahaha…” katanya geli.
“Hehe… Abis kamu tiba-tiba gitu… Dua kali, lagi…” kataku, akhirnya ikut tertawa.
“Kan aku udah bilang tadi…” jawabnya. Vany terkulai lemah di ranjang, tapi matanya berbinar senang.
“Hehehe… Nakal kamu…” bisikku. Aku merebahkan diri di atas adikku, kemudian melumat bibirnya yang mungil itu dengan sayang. Penisku masih tegang sekali, agak menyentuh vaginanya. Vany berjengit, melepaskan ciuman.

“Kak… Masih tegang, ya?” tanyanya polos. Aku mengangguk.
“Kamu sexy banget sih… Jadi tegang terus…” aku berbisik menggodanya.
“Mau disedot?” tawar Vany sambil tersenyum.
“Heh? Emang kamu bisa?” tanyaku, agak terkejut.
“Bisa… Waktu itu kan pernah ngintip Kakak lagi disedot Kak Grace…” jawabnya, meyakinkanku. Grace itu pacarku. “… Eh… Apa namanya… Oral?”
“Ya… Oral,” kataku membenarkannya. “Nakal ya kamu ngintip-ngintip orang!”

Vany nyengir jahil. Ia mendorongku. Aku berguling ke sisinya, terlentang. Vany bangkit dan membungkuk di atas kakiku, kepalanya menghadap penisku yang tegak berdiri.

“Mulai… Eh… Mulai dari sini kan ya?” tanyanya ragu-ragu sambil menjulurkan tangannya yang mungil untuk menggenggam penisku. Aku mengangguk. Perlahan, Vany mengocok penisku. Aku tahu ia masih takut-takut.

“Mmhh… Enak gitu Van… NnhHh.. Teruss…. Betul… Mhh…” desahku.

Lama-kelamaan Vany semakin yakin dan terbiasa dengan penisku. Kocokkannya semakin mantap. Tak lama kemudian, ia mendekatkan bibirnya ke kepala penisku, menjulurkan lidahnya untuk menjilat. Perlahan-lahan, ia menjilati kepala penisku. Enak sekali.

“Aahh… Ji… Jilat batangnya juga, Sayang… Mmhh…”

Vany menurut. Ia menjilati batang penisku dengan bersemangat. Lama-kelamaan jilatannya semakin berani. Vany memutar-mutar lidahnya di sepanjang penisku.

“Slllrpp… Mmahh… Kaka… Enaa…k… Sllrpp?” tanyanya sambil terus menjilat. Aku mengangguk, memejamkan mata, berusaha menahan agar tidak orgasme terlalu cepat. Tiba-tiba, Vany berhenti menjilatiku. Ia menegakkan tubuhnya, seolah bersiap-siap.

“Abis itu… Gini… Ya…?” Ia membungkuk, memasukkan penisku ke dalam mulutnya yang mungil. Vany harus membuka mulutnya lebar-lebar agar penisku bisa masuk semua. Rasanya luar biasa!

“Mmhh… Ccpp… Bunya… Kak… Gdee… Mmm… Cppp… B… Nget… Puah… Sampe susah nyedotnya…” katanya. Aku tertawa. Ia kembali menyedot penisku, perlahan-lahan. Kepalanya bergerak naik-turun. Di dalam, lidahnya memainkan bagian bawah batang penisku. Ia melakukannya benar-benar seperti sudah profesional.

“Kamu… Mmmhh… Ngintipnya… Sampe kayak gimana… Mmmhhh… Waktu itu?” tanyaku. Tekniknya memang mirip dengan Grace.
“Dari… Mmmh… Slllrpp… Aw…al… Cppp… Mmmm… Sppp… Samp…e… Abiss… Cpp…” jawabnya terpatah-patah. Pantas saja…

Vany semakin cepat menggerakkan kepalanya naik-turun. Rongga mulutnya yang kecil menjepit penisku pas sekali, dan lidahnya yang menggeliat-geliat di bagian bawah penisku sungguh membuatku tak berdaya. Aku tak yakin apakah aku mampu bertahan lebih lama lagi.

“Van… Oohh… Kaka…K… Mmhhh… Aaahh… Mau keluar nih… Aahh.. Kayaknya…”

Vany tidak memedulikanku. Ia menggerakkan kepalanya semakin cepat, kemudian menyedot penisku kuat-kuat sebelum melumatnya hingga ke pangkal. Aku benar-benar tak tahan.

“Vaann… Nnn… MMmhhhh… Uu… Udah… Dikasi.. Tau… Lo… OOOHHH!!!!! AAAAHH!!” sebelum kalimatku selesai, Vany menyedot kuat sekali lagi, dan aku meledakkan spermaku berkali-kali ke dalam mulutnya.

“Aahhh… Aaa… AAAHH!!! Mmmhh… OoooH!!!” desahku setiap kali penisku menembakkan cairan ke dalam mulut adikku. Vany terus mempertahankan penisku di dalam mulutnya. Cairan putih kental mengalir keluar dari balik bibirnya. Rongga mulutnya yang mungil tak mampu menahan sperma kakaknya yang menyemprot berkali-kali banyak-banyak.

Aku menghela nafas panjang saat akhirnya selesai. Vany merangkak, merebahkan diri di sisiku, mencium pipiku. Aku menoleh dan melumat bibirnya yang belepotan spermaku. Kami saling membelit lidah. Tak memikirkan betapa hubungan ini sebenarnya terlarang.

“Kak…” katanya lembut.
“Ya?”
“Thanks…”
“Hahaha sekarang kamu yang bilang thanks…”
“Iya donk… Kakak enak banget…”
“Kamu juga…”

Kami terdiam. Aku memejamkan mata. Lelah sekali rasanya. Vany memeluk lenganku. Dadanya yang montok menekan, tapi kali ini aku sudah terlalu lelah.

“Kak…”
”Hmm?”
“Enak mana… Sama Kak Grace?” tanya Vany.
“Oralnya?”
“He-eh…”
“Enak kamu…”
“Bohoooonnnggg…!!” ujarnya. Aku tertawa.
“Hahaha.. Iya deehh… Enakan Grace…” kataku. “Jangan dibandingin donk… Dia bibirnya sexy tebel gitu…”
“Hehehe…” Vany terkekeh.

Terdiam lagi. Apa yang bakal Grace bilang kalo dia tau pacarnya punya hubungan intim dengan adik kandung sendiri?

“Kak…”
“Hm?”
“Lain kali…”
“…Jangan lagi?” aku memotong ucapannya.
“Nggak…” katanya, tersipu. “… Lain kali lagi yuk…”

Aku tertawa. Adikku parah sekali rupanya.

“Besok jalan yuk…” ajak Vany.
“Besok Kakak ada janji sama Cherry,” kataku. Cherry ini sahabatku sejak SD.
“… Mau anal ya?” bisiknya jahil.
“Heehh??? Koq gituuu…??”
“Kan Kakak sering anal sama dia… Aku tau aja…”
“… APAA???”

“Dit! Jaga belakang!”
“DEFENSE! TAHAN ERIC!”

Eric berlari ke arahku, menggiring bola dengan lincah. Samuel mencoba menahannya, tapi ia terus berlari dengan lincah. Sekarang tinggal satu lawan satu denganku. Semua terserah padaku sekarang. Aku bergerak maju, membentangkan tanganku, menutup ruang geraknya. Eric menganyunkan kakinya, menendang. Aku menerkam…

BUAK!!!
Gelap…

“Dit… Dit lu gapapa?”
“Oi… Dit…”

Perlahan, aku membuka mataku… Wajah teman-temanku bergetar dan tampak kabur dalam pandanganku. Aku mengerjapkan mata, saat itulah aku merasakan linu yang amat sangat di selangkanganku. Sangat menyengat dan berdenyut-denyut rasanya. Eric juga menunduk di atasku. Wajahnya pucat pasi.

“Hei, man… Lu… Lu gapapa kan? Gue tadi ga sengaja… Abis…” katanya tergagap.
“Enak aja ga sengaja! Kan udah jelas dia bakal loncat ngambil bola! Kenapa lu tetep hajar sekenceng itu?!” Chris naik pitam, mendorong bahu Eric.
“Tapi… Gue emang ga sengaja!”
“Alaahhh…!!”
“Hei…”

Semua menoleh ke arahku.

“Chris, udalah… Gue gapapa koq. Tadi lengah juga… Ric, gapapa… Gue tau lu ga sengaja…” kataku menghibur. Mataku berair menahan sakit. Perutku mual. Teman-teman tim futsalku berusaha menolongku berdiri. Aku berdiri dan melangkah tertatih-tatih kea rah gawang. Sakit sekali rasanya. Eric benar-benar mengerahkan kemampuan penuhnya tadi.

Hari itu aku dan teman-teman tim futsalku sedang bertanding melawan tim dari kompleks lain. Lapangan futsal di dekat rumahku yang biasa kami sewa sedang mengadakan kejuaraan futsal. Hari itu pertandingan terakhir penyisihan grup. Sebenarnya kedua tim yang bertanding hari itu sudah pasti lolos; kami hanya memperebutkan posisi juara grup, karena bila kami mendapat posisi runner-up, lawannya adalah tim yang sangat jago dari grup lain. Terus terang, kami agak ngeri melawan tim itu.

Saat ini skor imbang 5-5… Pertandingan tinggal tersisa 2 menit lagi. Jika posisi tetap seperti ini, kamilah yang akan lolos sebagai juara grup. Tapi dalam 2 menit terakhir ini tim Eric terus memborbardir gawang yang kukawal.

“Hei… Lu gapapa? Masih bisa maen lagi? Tinggal 2 menit koq…”

Aku mengangguk, berusaha menegakkan badanku di bawah mistar gawang. Pandanganku agak kabur saat ini. Pertandingan dilanjutkan…

* * *
Aku berjalan perlahan-lahan ke arah rumahku. Selangkanganku masih sakit rasanya. Aku mengernyit, jengkel. Saat pertandingan tinggal tersisa 30 detik, sebuah umpan silang dari kanan kotak penalti timku diteruskan Eric dengan sebuah sundulan cantik. Aku benar-benar terkecoh. Akhirnya tim lawan menang 6-5, dan mereka menjadi juara grup.

Aku menggelengkan kepala. Susah sekali berkonsentrasi hari ini, apalagi setelah terkena tendangan bola futsal yang sangat keras tepat di penisku… Urgh!

Aku menggelengkan kepala lagi. Sebenarnya sudah sejak awal pertandingan aku sulit berkonsentrasi. Pikiranku terpaku pada adikku Vany… Terutama apa yang dilakukannya tadi pagi.

Tadi pagi, Vany harus berangkat ke sekolah karena ia menjadi ketua panitia MOS (Masa Orientasi Siswa) di sekolah. Hari ini para siswa-siswi SMP baru sudah harus masuk ke sekolah untuk menjalani masa orientasi, dan Vany harus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik. Sebelum pergi, pagi-pagi sekali, Vany membangunkanku dengan ciuman nakal perlahan di leherku. Saat aku terbangun, aku melihat adik kecilku yang imut itu tersenyum manis, dengan kancing kemeja seragam sekolah yang tidak dikancingkan dan bra merah muda berenda yang diangkat. Dadanya yang besar menggelayut menggiurkan di hadapanku. Sekejap kemudian Vany sudah menjepit penisku dengan kedua dadanya yang empuk, memijat dan meremasnya perlahan. Aku yang terkejut hanya bisa menikmati sensasi luar biasanya. Tak butuh waktu lama bagiku untuk meledakkan sperma kentalku berkali-kali melumuri wajahnya yang imut. Setelah membersihkan wajahnya, Vany tersenyum puas, mengecup bibirku, kemudian pergi ke sekolah.

Bayangan akan apa yang terjadi pagi itu terus terngiang di kepalaku, bahkan saat pertandingan futsal sedang panas-panasnya sore itu. Mungkin itu yang membuatku dapat kebobolan hingga tujuh gol. Gila…

Lagipula… Sakit sekali… Bagaimana jika aku tidak dapat tegang lagi untuk seterusnya? Apa kata Vany? Grace? Cherry?

Langkahku gontai melintasi halaman rumah. Aku membuka pintu depan rumah. Sepi, kedua orang tuaku sedang menghadiri acara keluarga besarku di Semarang selama seminggu. Aku membanting sepatu futsalku di tempat sepatu, mendaki tangga dengan lemas menuju kamarku, membanting tas dan sarung tangan kiperku, melepas semua pakaianku, kemudian melangkah ke kamar mandi. Aku ingin cepat-cepat mandi air panas. Tanpa memperhatikan apa-apa, aku membuka pintu kamar mandi. Aku tertegun.

Vany sedang mandi dengan santainya. Tampaknya ia tak sadar aku membuka pintu kamar mandi. Vany bermain-main dengan air dari shower, menggosok lengan, leher, pantat, dan tentu saja dadanya yang besar menggiurkan.

“V… Van?”

Vany melonjak kaget. Ia berbalik, melihat kakaknya yang juga telanjang bulat berdiri di hadapannya.

“Eh… Kak? Koq ga ngetok dulu?” tanyanya gugup.
“Hah? Oh… Oh iya… Sory tadi kakak pikir ga ada orang…”
“Oh… Hahaha ya namanya kan kamar mandi bareng… Ketok dulu lah…” jawabnya santai. “Gimana futsalnya?”
“Kalah…6-5… Jadi runner up…” jawabku lemas. “Udah gitu punya kakak ketendang bola kenceng banget lagi… Jarak dekat…”
“Hah??! Oh ya?” ujar Vany terkejut. Ia memperhatikan penisku. “Tapi… Koq… Kayaknya gapapa ya…” lanjutnya. Aku menangkap nada geli dalam suara manisnya.
“Ya iyalah gapapa…. Dasar…” memang saat itu penisku sudah kembali tegang setegang-tegangnya. Segala pikiran tentang apakah aku dapat tegang lagi sirna sudah saat aku meihat tubuh Vany yang basah kuyup sedang mandi.

“Eh… Mm… Jadi…” kata Vany.
“Hah? Oh…” aku tersenyum. “Mau mandi bareng?”

Vany nyengir.

“Dasar nakal…” bisiknya. Tapi ia membukakan juga pintu kaca pembatas ruang shower. Aku masuk, dan seketika itu juga hangatnya air membasahi tubuhku. Damai dan tenang sekali rasanya.

Vany merapatkan dirinya ke arahku. Dadanya yang besar menekan tubuhku, kenyal dan empuk sekali rasanya. Vany mengusap perlahan punggungku.

“Mau aku sabunin, Kak?” tawarnya. Aku mengangguk.

Ia mengambil botol sabun cair, menuangnya ke atas telapak tangannya, kemudian mengusapnya perlahan di punggungku. Aku menunduk, memandang adikku. Vany mendongak, tersenyum. Kami saling bertatapan beberapa lama. Perlahan, Vany mendekatkan bibirnya ke arah bibirku. Aku menyambutnya lembut. Sangat perlahan, kami berciuman. Lidah Vany menusuk ke dalam mulutku dan membelit lidahku. Suara decak ciuman kami semakin lama semakin nyaring. Ciuman kami semakin panas, tapi masih dalam gerakan yang sangat perlahan.

Aku menjulurkan kedua tanganku, meremas pantatnya yang kencang dan bulat. Dalam benakku aku sungguh ingin meng-anal adikku ini suatu hari nanti. Vany menekankan dadanya semakin kencang ke arah tubuhku. Aku dapat merasakan putingnya yang mengeras, seksi sekali.

“Gimana MOS?” kataku saat ciuman kami terlepas. Aku bertanya sambil meremas-remas dadanya yang besar. Empuk dan kenyal sekali. Rasanya sungguh berbeda dengan dada cewek-cewek lain.
“Seru… Tapi anaknya pada susah diatur… Bandel-bandel…” katanya sambil memanyunkan bibir. Aku tertawa.
“Haha.. Bandel mana sama kamu? Hm?”
“Aah Kakak…” bisiknya manja. Tangan mungilnya sudah berpindah mengusap bagian depan tubuhku sekarang. Aku memainkan putingnya yang telah sangat keras. Kujilati putting kirinya yang sensitif, sementara tangan kiriku meremas dada kanannya dengan nafsu. Vany memejamkan menikmati. Perlahan, tangannya bergerak ke arah penisku yang sangat tegang. Vany jongkok, menghadapi penisku sambil mengusapnya perlahan dengan sabun.

“Aduh kacian… Kamu tadi kena bola ya?” Vany berbicara pada penisku, seolah berbicara pada anak kecil yang lucu. Ia mengusap-usapnya, mengocoknya perlahan. Enak sekali.
“Mmhh… Van… Tuh kan… Bandel kamu…” desahku.

Vany nyengir. Ia membiarkan air dari shower membilas sabun dari penisku hingga bersih. Ia menjilat-jilat penisku dengan perlahan, dari pangkal hingga ujungnya.

“Aku sedot ya, Kak? Biar ilang sakitnya…” katanya sambil mendongak memandangku. Aku mengangguk.

Vany segera memasukkan penisku ke dalam mulutnya. Perlahan-lahan, ia menggerakkan kepalanya maju, memasukkan semakin banyak bagian dari penisku kedalam mulutnya.

“Van.. Mmhh… Van ati-ati keselek…”

Vany terus memajukan kepalanya. Aku melihat semakin lama ia semakin kesulitan. Saat ¾ bagian penisku sudah masuk, aku merasa kepala penisku telah menyentuh leher dalamnya. Vany memainkan lidahnya di bagian bawah penisku. Enak sekali.

“Aaahh… Vann.. Van.. Terus gitu… Mmmh…”

Vany menyedot semakin kencang. Gerakan kepalanya pun semakin cepat maju mundur. Lidahnya terus bergerak berputar-putar di bagian bawah penisku, menjilat pangkalnya. Aku tak tahan lagi.

“OOOHH.. VAANN… Ka… Kak mau… Keluarrr… MmmmHH!!!”

Aku meledakkan spermaku ke dalam mulutnya. Mulutnya yang mungil tak sanggup menahan semprotan yang begitu kencang. Vany melepaskan sedotannya, membuat semburanku beralih melumuri wajahnya dengan cairan putih kental.

“Ooh… Vaan… Van…” desahku keenakan.

Aku bersandar lemas ke tembok kamar mandi. Vany membiarkan semburan air dari shower membersihkan mukanya. Enak sekali rasanya. Penisku masih tegang, seperti 2 kali sebelumnya, tak cukup hanya sekali aku merasakan kenikmatan adik kecilku ini.

Vany memelukku. Dadanya yang empuk menekan tubuhku. Gejolak antara akal sehat dan nafsu kembali berkecambuk di benakku. Tapi memang nafsu selalu menang. Aku sudah melangkah sejauh ini… Aku rasa sudah terlambat untuk berputar kembali. Aku menunduk, menatap Vany yang balas menatapku. Dari sorot matanya, aku tahu bahwa nafsu juga telah menguasainya.

Tanpa sepatah kata pun, aku membalikkan badannya ke arah dinding kamar mandi. Seolah tahu apa yang hendak kulakukan, Vany meletakkan kedua tangannya pada tembok untuk bertumpu, berjinjit, mengangkat pinggulnya, menyerahkan sepenuhnya vaginyanya untukku.

Aku mengarahkan penisku, meletakkannya di belahan pantatnya yang montok. Sesaat, aku ingin mengawali semuanya dengan meng-anal Vany, tapi sesaat kemudian aku telah menggeser perlahan kepala penisku ke arah bibir vaginanya yang bersih tak berambut. Kumain-mainkan bibir vaginanya dengan kepala penisku; kuusap perlahan, lembut.

“Mmh… Kak… Masukin aja langsung…” pintanya.

Aku setuju. Kumasukkan perlahan kepala penisku. Vany berjengit pelan. Aku merasakan ketegangan mengaliri tubuh adikku.

“Kamu yakin, Van?” tanyaku.

Sekali lagi, logika berteriak-teriak di pikiranku. DIA INI ADIKMU! SADAR! Aku yakin suara yang sama juga berteriak, menggedor-gedor akal sehat Vany. Tapi saat itu kulihat anggukan perlahan tapi mantap dari adik kecilku ini. Keraguanku sirna.

Perlahan, tak ingin menyakiti, aku menusukkan penisku ke dalam vaginanya. Vany mengejang. Aku memasukkan semakin dalam, sudah masuk ¼ bagian sekarang. Sempit sekali… Agak sulit.

“Mmmhh… Aaahh… Aaa… Aaahhh Kak… S… ” Vany mendesah. Aku tahu pasti terasa agak sakit untuknya.

“Kalo sakit kasi tau Kakak ya…” bisikku. Vany mengangguk. Aku memasukkan semakin dalam. Kepala penisku menyentuh selaput tipis. Keperawanan Vany dipertaruhkan. Sekali lagi aku bertanya.

“Kamu bener-bener yakin…?”

Vany tidak menjawab. Tiba-tiba ia mendorongkan pantatnya ke arahku dengan kencang. Selaput daranya robek, penisku benar-benar masuk ke dalam vaginanya.

“AAAHHH….!!!!” Jeritnya kencang. Vany mengakhiri masa perawannya… Di usia 14 tahun. Aku melirik ke bawah, darah segar mengalir pelan dari arah selangkangannya, mengalir turun melalui pahanya.

“Oohh… Oohh… Masuk… Hh… Aku… Dimasukin… Ka…kak… Aaahh… Gede banget… Hhh…” desahnya, seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Wajah Vany merah padam. Nafasnya tersengal. Aku tahu betapa sakitnya saat pertama. Aku membelai rambut pendeknya perlahan.

“Kalo udah ga sakit bilang ya sayang…” bisikku lembut.
“…. Mmh… Terusin aja Kak…” pintanya. “Pelan-pelan…”

Aku memasukkan penisku semakin dalam perlahan-lahan. Luar biasa sempit dan hangat di dalam. Vagina Vany seolah menjepit penisku. Aku terus memasukkan penisku hingga kepalanya menyentuh ujung vagina Vany. Vany memiliki vagina yang sangat dalam untuk cewek semungil dia.

“Siap?” tanyaku. Vany tersenyum, mengangguk.

Kutarik penisku hingga setengah jalan, dan dengan kekuatan penuh aku menghujamkannya kembali ke dalam.

“Aaahh!!! Aaahh… Kakk!! Pelan… Pelaa… AANN!! Oohh… Aaahhh!!!” Vany menjerit-jerit keenakan. Aku menggerakkan pinggulku dengan kuat. Pikiranku semakin kabur. Realitas bahwa cewek yang sedang kusetubuhi sekaran adalah adikku sendiri sedikit demi sedikit hilang lenyap.

“Ooohh… Vaaannn… Kam…u… Sempit bangeeett… Aaah… Mmmhh!!” desahku. Aku menjangkau, meremas-remas dadanya yang menggelayut, berguncang-guncang seirama hantaman penisku.
“Kaa… Aaahhh… Kakak… punya… Aaahhh… Kakak punya yang… Mmmhh!! Kegede… ann… aahhh… Mhhh!!” jawabnya tak mau kalah.

Vany mengeratkan jepitan vaginanya. Enak sekali! Penisku seperti dipijat-pijat di dalam sana.

“Aaahh… Aaahhh… Mmmmhh!!! Mmmnn… Kaak… Ohh kakk…” desahnya setiap kali penisku menghujam ke dalam vaginanya. Pinggulku seakan bergerak otomatis, tak bisa berhenti. Sempit dan hangatnya vaginanya, dipadu dengan sensasi empuk pantatnya yang menghantam-hantam pinggangku sungguh tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.

Aku menggerakkan pinggulku semakin cepat. Kepala penisku menghantam-hantam mulut rahim Vany.

“Aaahhh!!! Kaakk… Kaa… Ooohh… Tambah… Gede… Aaahhh!!! Kakak tambah ged…eee… Lagi di… Aaahhh!!! Aaahhh!! Di dalem…MMMHHH!!! Kaaakkk!!!” Vany menjerit-jerit. Nafasnya sudah tak beraturan sekarang. Aku semakin kencang menggerakkan pinggulku. Suara pantatnya yang menghantam pinganggku menggema di kamar mandi.

“KAAKK!! KAA…KKK… LEPAS! LEPAS! LEPAAsss!! Aaakkuu… Mau… Kelu… AAARR!!!” Vany tiba-tiba berteriak. Aku terkejut, segera menarik lepas penisku dari vaginanya yang sempit. Seketika itu juga Vany menyembur-nyemburkan cairan vaginanya. Semprotannya kencang sekali dan berkali-kali. Vany merosot ke lantai, badannya gemetar hebat. Orgasme pertamanya sungguh dahsyat.

Tak menunggu lama, aku berlutut di belakangnya, kutunggingkan pantat Vany dengan kedua tanganku. Jempolku menarik bibir vaginanya lebar, dan penisku langsung menghujam dengan kuat untuk kedua kalinya ke dalam tubuh Vany. Lebih mudah sekarang, apalagi setelah squirting hebat tadi, vagina Vany menjadi sangat becek dan licin.

“Aaahhh!!! Kaaakkk… Kak! Kak… Kakk… Nnnhhh!!” Vany menjerit.

Buah pelirku menyenggol-nyenggol klitorisnya, membuat Vany semakin kegilaan menikmati seks pertamanya. Aku menggerakkan pinggulku dengan sangat cepat, menghantam bagian dalam vaginanya dengan kuat. Vany kembali mengencangkan vaginanya.

“Aah… aahhh… Aaahhh… aa… Kaak… Oohh… Ooohh… Enak… Bangett… Mmm… Nnnhh!!!” desahnya. Aku rasa saatku sudah semakin dekat.
“Ooohh… Vaaann… Kakak… Mau… Keluaarr… Mmmhhh… Mmmmhh… Aaahh…” kataku, tecekat. Vaginanya terasa begitu sempit dan nikmat.
“Aaahhh… Aaahhh… Kuarin… Di luar… Kaakk… Diluar kakk!!! Aaahh!!” pintanya.
“OOOHH!! VV… VVAANNN!!!!”

Aku mencabut penisku, menjepitkannya di antara kedua pantatnya yang kencang. Ccrroooottt!!! Crrooouuuttt!!! Crruuoottt!!!! Aku meledakkan spermaku berkali-kali dengan kencang, melumuri punggung dan pinggulnya, bahkan ada beberapa semprotan yang mengenai belakang kepalanya.

Vany terkulai, bernafas tersengal-sengal. Aku berlutut, melirik ke bawah dan terkejut. Penisku masih sangat tegang. Tubuhku seakan terus meminta tubuh Vany lagi dan lagi. Sebelum ini belum pernah aku masih tegang setelah dua kali keluar.

“Van… Lanjut di kamar aja yuk…” ajakku.
“Kakak… Hhh… Mas…Ih.. Bisa lagi?” tanyanya, tersengal. Aku mengangguk, dengan keheranan yang sama dengannya.
“Kamu masih kuat?”

Vany mengangguk lemas, masih terengah-engah dan gemetar.

Kumatikan shower. Aku mengambil handuk untuk mengeringkan badanku, kemudian kuselubungkan handuk itu ke tubuh mungil Vany yang gemetaran. Kubantu mengeringkan badannya.

Kuangkat, kugendong adikku ke kamarku. Kubaringkan ia dengan lembut di ranjangku. Aku naik ke ranjang, menunduk di atas tubuhnya. Nafas Vany sudah lebih teratur sekarang, ia menatap mataku. Dadanya yang besar bergerak naik-turun seiring tarikan nafasnya.

“Lanjutin Kak…” katanya sambil tersenyum. Tanpa kusuruh, ia mengangkat pahanya, mengangkang sangat lebar di hadapanku.

Aku mengarahkan penisku ke bibir vaginanya. Untuk ketiga kalinya, kumasukkan penisku ke dalam vaginanya yang sempit. Vaginanya yang semit seperti menyedot penisku ke dalam. Vany menggeliat, menggigit bibir bawahnya. Kedua tangannya mencengkeram seprei dengan erat.

Perlahan, kuhujam-hujamkan penisku ke dalam vaginanya. Tarik, masukkan, tarik, masukkan. Semakin lama semakin kuat, semakin lama semakin cepat.

“Aaahhh… AAHH!!! Teruss… Teruss…!! Terus kakk… Aaahhh!!! Ooohh Kaakk!!!” Vany mendesah liar. Matanya terpejam, menikmati.

Sambil terus menghujamkan penisku, aku meremas dadanya. Tak cukup, aku membenamkan wajahku di antara dua bantalan besar yang empuk itu. Jemariku memainkan puting-putingnya yang tegang.

“Kamu… Makan apa sih… Mmhh… Vann… Koq bisa… Mmmmhh… Gede gini?” tanyaku.
“Aaahh… Aaahhh… Gata…Uu… Mmm… Tau… Tau tau… Gede… Aaahhh…” jawabnya asal-asalan. Kujilati puting kirinya. Kusedot kuat-kuat, setengah berharap akan merasakan susu yang manis menyemprot dari dalam dadanya yang luar biasa itu. Vany meringis, cengkraman tangannya di seprei semakin erat.

“Aaahhhh!!! KaaKkk….!!! Maauu… Keluar… Lagggiiii!!! AAAHHH!!!” Vany berteriak. Squirting untuk kedua kalinya, penisku seperti disemprot cairan dingin. Aku tak peduli, kugerakkan pinggulku semakin cepat. Vany mengangkat pahanya, membantuku. Aku mencengkeram erat pinggangnya, menggerakkan tubuhnya seirama hantaman penisku. Vaginanya semakin mengencang.

Tiba-tiba, bagian dalam vagina Vany seperti bergerak memijat penisku kuat-kuat dengan bergelombang. Aku belum pernah merasakan sesuatu yang seperti ini! Terkejut, aku memperlambat genjotanku.

Aku mendongak, menatap wajah Vany yang merah padam. Dari sorot matanya aku tahu ia dengan sadar melakukan yang terakhir itu.

“Van… Va… Gimana… Yang… Ooohh yang tadi itu enak banget!!! Aahh…” kataku. Vany nyengir lemah. Dadanya mengayun-ayun mengikuti irama gerakan pinggulku.
“Kakak… Aaaahhh… Kak… Mau… Aaahhh… Mau lagi?” godanya. Aku mengangguk cepat-cepat. Vany nyengir semakin lebar.
“Tapi.. Tapi kalo kamu gitu lagi… Kakak bisa-bisa gak keburu ngeluarin di luar…” kataku, agak cemas.
“Gapapa Kak… Yang tadi itu… Mmmhh… Aku juga enak banget… Gapapa… Keluarin di dalem aja… Nnhh… ” katanya.
“Hah? Ntar… Ntar kamu…”
“…Gapapa…”

Aku tahu ini gila. Vany memintaku mengeluarkan spermaku di dalam tubuhnya. Bagaimana kalau dia hamil? Apa kata orangtuaku?

Tapi saat logika mulai merasuki pikiranku lagi, Vany menggerak-gerakkan pinggulnya. Aku seperti otomatis kembali menghujamkan penisku ke dalam vaginanya, menendang jauh-jauh logika.

Gerakan pinggulku semakin cepat dan cepat. Vany semakin mengencangkan vaginanya. Aku yakin tak lama lagi aku akan keluar jika seperti ini terus.

“Aaahhh…. AaahH!!!… Kak… Kaakk… Siaap? Aahhh… Aaa…” tanyanya. Aku mengangguk liar, semakin mempercepat genjotanku. Vany menegang, berkonsentrasi. Gerakanku semakin liar. Nafas kami memburu, tak beraturan.

Dan sensasi itu datang lagi! Vaginanya seakan menyedot penisku, dan gelombang yang sangat kuat berkali-kali datang memijat penisku. Aku tak tahan lagi, sensasi ini sungguh luar biasa!

“Vann!! OOH Vaannn!!! Kakak mau… Aaaahhh… Aaahh!!! VAANN!!! Ke…KELUAR!! Aaahh… Aaahhh!!!” pikiranku mengabur. Mataku berair.
“DI DALEM!! DI… AAHHH!!! Di daleemm…Keluarin di daleeemm!!!” jeritnya.
“VVVVVVAANN….VVAANNYY!!!!!!”

Aku meledakkan spermaku sekuat-kuatnya ke dalam rahim Vany. Aku keluar jauh lebih banyak dari yang sudah-sudah. Satu-dua-empat-enam… Penisku seakan tak mau berhenti meledakkan spermanya. Enak sekali, hangat sekali. Vagina sempit Vany tak cukup menahan muatan sperma kakaknya. Cairan putih itu mengalir keluar, melumuri bahkan penisku sendiri, mengalir membasahi sepreiku…

Aku mencabut penisku. Sudah lemas sekarang. Rasanya agak linu, keluar tiga kali berturut-turut. Cairan putih kental masih mengalir keluar dari vagina adikku, terlihat seksi sekali. Vany tergeletak lemas di ranjangku. Matanya separuh terpejam. Mulutnya menganga kecil. Keringat membanjiri tubuh kami.

Aku merebahkan diri di sebelahnya, terengah-engah.

“Van… Hhh… Thanks…”
“Iya… Aku yang thanks… Hhh…” bisiknya. “…Enak banget…”

Terdiam, hanya suara tarikan nafas terengah kami yang terdengar. Berapa lama kemudian, aku menoleh menatap adikku yang seksi ini.

“Van… Kalo kamu hamil gimana? Kakak keluar banyak banget loh tadi di dalem kamu…” tanyaku, cemas.
“Gapapa… Nanti menikah sama kakak…”
“Ngawur kamu…”

Vany tertawa. Terdiam lagi. Aku memejamkan mata, belum pernah aku merasakan seks seenak ini.
“Kamu belajar dari mana yang terakhir tadi itu?”
“Gatau… Tau-tau bisa aja…”
“Ohya? Itu enak banget…”
“Lebih enak dari Kak Grace?”
“Jauh…”

Kami terdiam.

“Kak…”
“Ya?”
“Mulai sekarang… Kalo kakak pas pengen ML… Kasi tau aku…” katanya. “Aku sepenuhnya milik kakak…”

Aku terdiam. Tak bisa menjawab. Dalam hati aku tahu kami sudah melanggar semua batas dan nilai yang normal. Tapi kenikmatan ini sungguh luar biasa.

“Papa-Mama kan pergi seminggu…” kataku. “…Banyak kesempatan…”

Vany tertawa.

“Ya…” katanya. “Ntar malem lagi?”
“Kalo kuat…”
“Besok?”
“Sepanjang hari…”

Vany tertawa lagi. Tawa yang renyah dan imut. Ia berguling, memeluk lenganku dengan sayang.

“Van…”
“Hm?”
“Kapan-kapan… Coba anal yuk…”

Vany nyengir.

“Yuk…”

Papa jahat

$
0
0

Aku ada pengalaman yang mau aku ceritakan sama orang lain. Ini pengalaman bener-bener nyata, mau percaya boleh, nggak juga boleh. Waktu kejadiannya, kira-kira waktu aku umur 16 tahun, 3 tahun yang lalu.
Waktu itu liburan kenaikan cawu, mami pergi ke luar negri untuk urusan kantor, jadi di rumah cuma ada aku, adik laki-lakiku, ama papiku, jadi segala urusan cewek seperti cuci-mencuci jadi kerjaanku. kira-kira jam 1, habis makan siang aku masuk kamar, kekenyangan. Kamarku nggak seberapa luas, tapi didalamnya ada TV, kulkas kecil, ama VCD player 1. Habis tidur-tiduran sebentar, muncul pikiran isengku, aku coba nyetel film porno yang dipinjem dari temen cowokku, anehnya film ini cuma satu, hampir 70% isinya adegan oral semua, tapi cukup bikin aku Horny setengah mati, volumenya aku kecilin supaya nggak kedengeran dari luar, pintu aku kunci, lalu baru aku liat. 15 menit aku nonton, aku nggak tahan, aku selusupin tangan kiriku ke dalam celanaku, tapi sialnya tiba-tiba pintu diketok.

“Kak, aku ama papi udah selesai, tuh piring cuci!” teriak adikku dari luar, buru-buru aku matiin VCD, betulin baju, lalu keluar ngomelin dia, tapi sebelum aku selesai, dia langsung kabur ke rumah tetanggaku. Aku misuh-misuh sambil nyuci piring, tiba-tiba aku lihat ada gelas papi yang airnya nggak diminum sama sekali jadi selesai nyuci, aku nganterin gelas papi ke kamar papi. Waktu aku masuk papi lagi tidur, papiku kalo tidur nggak pernah pake selimut ato baju, cuma pake celana pendek aja. Aku taruh gelas di meja samping, iseng aku lihatin celananya. Ya ampun ternyata papiku lagi tegang, tonjolan di celananya keliatan banget, aku jadi cekikikan. Waktu keluar, tiba-tiba aku inget film tadi, aku kumpulin keberanian, kemudian mendekat. Aku liatin bentar, celananya aku singkap, tenyata bener, punya papi yang besar itu lagi tegang, aku sentuh, papi masih tidur, aku coba jilatin batangnya, mulanya jijik juga sih. Liat papi masih tidur, aku beraniin masukan kepala kontolnya ke mulutku, tiba-tiba papi bangun.

“Eh.. eh.. Des, kamu ngapain?” wihhh aku kaget banget waktu itu, aku njawab nggak pake mikir, “Cuma cari pengalaman pa.” “Cari pengalaman kok kayak gini?” tanya papiku, herannya aku sama sekali nggak ngeliat ekspresi marah di mukanya, jadi aku lanjutin aja jilatin batang kontolnya.

“Yah papi, mau gimana lagi, masak Dessy langsung tanya temen Dessy supaya ngesekssama Dessy, lagian laki yang paling deket ama Dessy kan papi..” lanjutku cuek.

“Ya, tapi ngeseks ama keluarga sendiri itu nggak baik lo, nggak etis”

“Ala papi, ………” jawabku sambil jilatin kepala kontolnya.

“Kamu kok jadi jorok gini sih?”

“Ah papi kan tadi juga mimpi jorok, ayo ngaku. Lagian kalo papi nggak mau, kok nggak henti’in aku ngelakuin, kok malah ngomong terus.” papiku yang denger itu cuma diam lalu senyum. “Ya udah, papi kalah, tapi…… janji, cuma sekali ini aja yah!”

Sekitar 10 menitan aku ngulumin kontol papiku, sambil kadang-kadang nengok liat muka papi yang merem, ama kadang ndesah “ah… iya Des….. terus…..sssss… hebat……” aku yang denger itu langsung horny banget, langsung aku selusupin tangan ke bawah, lepasin celana sekalian celana dalam, jadi sekarang aku cuma pake kaos gombor aja. Aku terusin jilat sambil mainin jariku di memek aku. Kira-kira 15 menit aku udah nggak kuat, bener-bener horny, masturbasi aja nggak cukup bagi aku, aku hentiin isepan lalu naik ke tempat tidur untuk masukan kontol papiku ke memekku, tapi papiku langsung ngelarang, katanya tanpa kondom, nanti aku hamil, kami kan nanti bisa abis. Aku ngerengek-ngerengek terus , papiku diam terus, sampe akhirnya papi bilang, “Oh iya, kita 69 aja!”, aku langsung senyum, ambil posisi naruh memek di atas muka papi. Dia tanya, “Eh, kamu tahu artinya 69 dari mana Des?” langsung aja aku jawab dari majalah ama film gituan, papiku bukan marah malah keta wa. “Hehehe…. anakku kok rusak gini, ya?”. Waktu mau mulai papiku sempat bilang, “Wih bulumu jarang-jarang ya, tapi bagus lo bisa ngerangsang orang. Ini juga sempit banget perawan sih…. ck..ck..ck..” aku yang dibilangin gitu jelas malu, tapi cuek aja sambil nerusin kegiatan “blowjob”-ku ini, waktu pertama kali memek aku dijilat, aku kaget nggak karuan. “Lho Des, kok berhenti, tadi sudah enak kok.”. “Ge…geli banget Pi… geliii……” papiku yang dengar itu ketawa dan bilang biarin aja, nanti aku juga biasa, dan bener juga.

Kira-kira 10 menit kemudian papiku bilang, “Des, nanti kalo mulutmu ketumpahan sesuatu, jangan dimuntahin ya, biarin aja di mulut” aku setuju, beberapa menit kemudian, badanku rasanya tegang, darah rasanya mendidih, “pi… pi… sa..Dessy mau pipis.. pi…” dan bener aku pipis banyakkkkk banget, rasanya lemes, tapi aku nggak nyerah gitu aja, aku sedot kontol papiku sekuat tenaga sampai terasa ada semprotan cairan kental panass yang rasanya asin nyemprot dalam mulutku, hampir aja aku muntahin, tapi inget kata papi jadi aku diamin.

Papiku langsung rubah posisi deketin mukanya ke mukaku, terasa juga ada salah satu tangannya nyelusup masuk bajuku dan meremas dadaku. paiku langsung mencium aku mulut ke mulut, sambil numpahin cairan vegi ke mulutku, dan aku suruh telen semua itu, rasanya aneh banget. sekitar setengah jam aku terbaring lemas, papiku menciumin mulut, dada, perut, ama pangkal pahaku, setelah itu aku tanya supaya kapan-kapan gini lagi, papi bilang s ambil senyum “ya entar lagi aja, papi beli kondom dulu, sekrang udah mandi sana, entar ketauan ama adik kamu gimana..” “oke deh papi…” sambil aku memmakai kembali baju ku dan kemudian minggalin papi yang masih telanjang dan aku terseyum-senyum sendiri nyebayangin aku ama papi ngesex

Waktu aku mandi, aku masih ngebayangin nikmatnya saat papi ngejilatin memek aku, aku gesek memek ku pake jari tengah, oih… nikmat juga pikirku. sambil terus ngegesek memek aku, aku juga ngebayangin kalo kontol papi yang besar itu nyodok memek aku, akh…. aku blom bisa bayangin gimana enaknya, aku arahin shower ke arah memek aku, dan terasa nikmat. setelah selesai mandi aku hanya melilitkan handu ku melingkar di badanku, sambil aku perhatiin body aku luamayan sexy buat cewek seumuran aku. kulit aku putih mulus, pinggul aku mulai agak membulat dan dada aku mulai tumbuh membentuk payudara yang bulet padat dan cukup buat anak umur 16 tahun da gede atauy kecil-kecli amat. rambut aku sebahu dan sexy banget kata orang sih kalo rambut aku di iket trus keliatan leher aku.

Lagi asik-asik merhatiin body aku tiba-tiba kamar mandi di ketook dan terdengar suara dari luar “Des tuh ada telepon. mandinya ko lama banget…” dan ternyata suara aitu adalah suara papi ku. aku langsung keluar hanya pake anduk tadi dan langsung ke ruang tengah dan merima telepon.di ruang tengah itu cumaa ada papi, pertama aku ga nyadar trus asik nelfon sampe akhirnya aku sadar kalo saat itu aku lagi di perhatiin papi. jadi ge-er aku soalnya aku cuman pake handuk doang seudah mandi tadi, ue jadi balik merhatiin papi yang ngeliatin aku, di wajah nya ga ngeliatin nafsu atau apa, kaya biasa aja, tapi aku yang ke ge-eran jadi ga tenang trus aku bilangin ama temen aku di telepon udah dulu nelfonya. setelah itu aku ke kamar ganti baju. di kamar oikiran aku masih jorok-jorok tetang papi aku. aku senyum-senyum sendiri lagi.

Malem hari aku sengaja pake baju tidur yang agak sexy dan tipis. waktu nonton tv aku tau kalo papi merhatiin aku, aku sengaja pake yang sexy suapay papi bisa ngeliatin paha aku yang mulus dan itu berhasil juga, cuma tetep yang bikin kesel papi masih keliatan cuek banget, jam 10 aku mulai ngantuk dan ga biasa nya aku tidur malem kaya gini, tapi mumpung libur jadi aku tidur juga agak malem trus aku juga mulai lupa soal tadi siang and ngerti kalo papi kayanya ga mau ngesex ama aku makem ini lagian papi ga kemana-mana tadi jadi pikir aku papi blom beli kondom, ya udah pikir aku lain kali aja.

Aku yang mulai ngantuk jadi seger lagi saat bibir papi mencium leher aku dan tangannya melingkar di pinggang ku. aku mulai semangat lagi dan mulai horny saat bibir papi terusmenjelajah leherku, dari leher terus ke deket telinga trus ke bawah lagi ke dagu, dan aku mengangkat kepalaku dah memalingkan ke samping menuju bibir papi ku, dan sesaat kemudian kami pun berciuman. aku rasakan bibir papi yang hangat, lembut aku rasakan saat pipi terus melumat bibir ku,

Aku makin horny saat tangan papi mulai merayap ke dalam baju tidu terusan ku yang pendek tipis ku, dan aku rasakan tangan papi mulai membelai paha dan terus menuju ke pangkal paha. aku samdarkan badan aku ke tubuh papi hingga dan saat pantat ku nempel, aku ngrasa ada batang keras yang ngejanjel , aku yakin itu kontol papi yang udah tegang. Tiba-tiba tubuhku di balikan oleh papi hingga kami berhadap-hadapan, dan tanpa menunggu lama lagi kami langsung berciuman lagi, kali ini lebih hot. Papi mulai mainkan lidahnya dan aku pun membalas nya, kami pun bermain lidah, tangan papi membelai paha bagian belakang ku dan terus naik ke pantat ku dan meremasnya… ooh…. nikmat, tangan ku aku kalungak di leher papi sambil terus berciuman.

Tiba-tiba papi menggendongku aku yang agak kaget melepaskan bibirku dari bibr papi ku dan hampir aku menjerit namun papi dengan sigap lkemabli mencium bibirku. tangan ku mengelantung di di leher papi, sambil aku terus mencium bibirnya, papi kemudian berjalan keluar dari ruangan dapur dan berjalan terus, aku tersenyum setelah kami melepaskan ciuman kami. aku hanya diam terserah papi kemana aku akan di bawa.

Rupanya aku dibawa papi ke kamar nya, papi membaringkan aku di ranjangnya, aku terlentang di ranjang. papi terseum pada ku. ia mulai membuka pakaiannya, dan saat aku lihat di celana nya,aku lihat batang kontol papi sudah tegang banget dan sedikti keluar dari celananya, aku tersenyum ngeliat itu tapi papi tidak membuka celananya namun dia kemudian naik ke ranjang dan dia ngedeketin pangkal pahanya ke arah muka ku, aku ngeti sekarang kalo papi pengen aku yang buka celana papi dan langsung aku isep kontolnya.

Aku ngerti langsung ku buka resleting dan pengait celananya dan terlihat di balik kolor papi kontol yang sudah keras itu, aku pelorotkan celana papi hingga se paha dan aku keluarkan kontol papi dari dalam kolornya, dan terlihatlah kontol papi ku yang besar dan panjang, aku senyum liat itu. sebelum aku masukan ke mulut aku belai senentar batang kontol papi ku, dan ngeliat dulu ke atas ke arah muka papi, papi senyum, tangannya mulai memenag kepalaku dan membelai rambut ku. aku senyum dan tanpa di suruh aku masukan batang kontol papi ke mulutku, namun ga langsung aku hisap, aku belai kepala kontolnya pake lidah, aku keluarkan lagi kontol papi, kali ini lidah ku yang bermain, aku jilat batang kontol papi, dari kepalanya trus ke bawah, batangnya aku jilatin hingga sedikit basah turun lagi ke biji pelernya. aku jilat dan hisap. memeku makin basah, posisi aku yang duduk terlentang dan kaki yang ngangkang ada di sambing kiri-kanan tubuhku. aku makin horny, aku lalu menjilati lagi kontol papi balik ke atas lagi, naik dan saat tepat di kepala kontolnya dengan lahap aku masukan ke dalam mulutku kontol papi yang besar itu.nikmat banget, aku hisap kuat,kepala ku di maju mundurkan mengocok kontol papi.sementar papi memegang kepala dan memnelai terus rambutku sambil terus mendesah keenakan. aneh biarpun aku sedot kuat tapi papi belum muncrat-munctar.

“akh…Des….. oh… nikmat banget sayang….oohk….” erang papi. aku yang mulai kecapaina dan kekurangan oksigen melepaskan dan megeluarkan kontol papi dari mulut ku, aku merasakan ada cairan yang agak asin manis yg keluar dari lubang kontol papi. “pi kok kuat amat sih tadi siang di isep bentar, mani nya dah muncrat…” tanya aku manja. papi cuma senyum “tadi kan papi blom ada pesiapan trus kan lagi ngimpi jorok juga….” balas papi.sambil kontolnya di belaikan ke bibir dan pipiku. aku senang apa yang di lakukan papi. kontolnya yang basah di elus-eluskan ke muka aku, pipi, hidung. dagu, terus ke bawah, leher, bahu, dada. dan aku makin degdegan saat kontol papi berada ditengah payudara aku. lalu walau pun masih pake baju papi menjepoitkan kontolnya pake payudara aku. dan mengesek-gesekan bentar. aku suka banget lalu kontol papi terun lagi ke perut, dan berhenti di selangkangan ku.

Papi lalu mulai menciumin mukaku, terus ke bawah kaya tadi waktu kontol papi ngejelajah badan aku, aku kegelian saat lidah papi di leher aku. “pi…ge..li….” kata ku sambil tersengah-engah. bibirnya trus turun dan tangannya mulai mengingkap baju tidurku, perut aku yang rata sudah terbuka terus ke atas. Papi meremas sebentar dada aku, aku bergidik keenakan. Tapi papi tidak membuka baju tidurku semua, saat mulut papi di dada ku, papi tidak ke payudaraku tapi hanya di tengahnya saja. Tangannya terus membelai dada ku, “Des… kulit kamu mulus baget…” kata papi sambil mencium dan jilatin perut ku. Dan makin ke bawah tangan papi mulai murunin cd aku yang masih menbungkus pinggulku, dan papi melorotin nya, aku angkat pantatku supaya papi gampang melorotin cd ku.

Papi ngebuka cd dan melorotinnya sambil ngelus kaki aku. aku makin kegelian namun nikmat banget kaki di belai trus pusar aku di ciumin papi. cd aku terlepas dn papi ngelemparnya, kepala papi tetat di atas pusar aku saat tangannya membuka kaki aku dan ngelus paha mulus aku. aku menggelinjang lagi kegelian, mulut papi terus turun ke pangkal paha dan tiba-tiba aku ngarasa nikmat banget di memek ku. aku sadar saat itu papi udah menciumin dan ngejilatin memek aku. aku medesah dan meringis keenakan “pi….te..rus…. akh……e..nak….pi….terus…..’ oceh ku. papi terus ngejilatin memem aku,dan ga tau apa tiba-tiba aku ngerasa ada bagian memek aku yang saat di jilat papi aku ngerasa nikmat banget ga bisa aku sebutin gimana nikmatnya, papi mainin lidahnya di memek aku.

Aku ngerasa mungkin itu kliterus aku yang sedang papi aku mainin. aku makin bergelinjang keenakan, badan aku bergetar dan jantung aku makin deg-degan, dan tiba-tiba aku mau pipis lagi, aku tahan sambil nikmatin jilatan papi di memek aku, tapi aku ga tahan..”…. pi….akh…..akh…. Des mau……akh…. oohhhhh……” aku kaya pipis namun nikmat banget. nikamt yang gabisa aku jelasin, aku ngerasa ke awang-awang. nikmatin perlakuan papi ku. aku lemes banget. dan papi tau kalo aku udah sampe. papi mulai murunin aktifisatnya di memek aku.”Des…gimana sayang…?’ tanya papi. aku hanya mendesah. “kamu baru papi oral udahgini…” kata papi.” pi…pengen dong ngerasain kontol papi…” kataku manja. “ya bentar kamu istirahat bentar dulu…” kata papi yang ngeliat aku kaya abis banget.

Lalu papi ngelepasin celana nya n melorotin kolornya, aku senyum liat kontol papi masih tegang. “Des..ini blom kebagian enak nih….” kata papi. iya “pi masukan aja ke memek Des, pi…” kaya aku meninta. lalu tangan papi ngebelain badan aku yang udah keringetan. papi menciumin perut aku lagi. pusarnya. aku mulai seger lagi dan semanget setelah beberapa menit ngelapasin lelah yang nikmat itu.lalu papi berbaring terlentang di samping aku. aku langsung di suruh naik ke atas badan papi dan duduk di atas pangkal paha papi. aku yang mulai horny lagi aku senyum dan tangan papi ada di pinggul aku nyuruh aku goyang. aku goyang pelan soanya aku masih lemes. lalu papi ngerangsang aku, perut aku di belai ke pinggang, aku yang emang geli langsung bergidik tangannya mualii mengangkat baju aku. aku bantu papi ngebuka baju aku. soalnya aku tau tangan papi ga sampe kalo harus ngelepas baju aku. aku tarik ke atas baju aku sekalian ama bh yang aku pake. dan aku ngelemparnya saa t baju itu dah seluruhnya kebuka. kali ini kami berdua anak ada papinya bugil berdua.

Papi senyum laalu dengan sigap bdana papi naik dan mulutnya udah ada di depan payudara aku. lalu papi langsung nyedot puting payudara aku, aku yang baru kali ini di sedot puitngnya menggeliang lagi, geli… “akh….pi…. geli…..” sementara tangan papi ngeremas payudara aku yang lainnya, akh…..nikmatnya ga kalah ama yang tadi. geli, nikmat.. jadi satu. badan papi turun lagi tapi tangna papi nuntun badan aku turun hingga aku bungkuk kali ini sambil bungkuk payudara aku menggantug di jilatin dan di isep putinngnya oleh papi. tangan papi dua-duanya ngereams payudara aku sambil terus ngeisep puting nya, bergantian. aku makin horny memek kamu yang sudah basah makin basah lagi nikmatin perlakuan papi ke payudara aku.

Tiba-tiba papi ngebalikin bdan aku hingga aku ada di bawah dan papi nindih aku. aku senyum, lalu papi mencium bibir aku lagi, aku balas ciuman papi, tangan papi masih ngeremas payudara aku. alu yangdah ga tahan ngelepasin ciuman papi dan bilang ” pi….cepet dong Des pengen ngerasain kontol papi…” papai senyum. lalu papi bangkit. kaki aku di buka. papi ada diantara kaki aku. papi senyum negliat memek aku yang udah merekah, dan ngebelai lembut memek aku, aku kegelian dan badan aku begelinjang lagi. “memek kamu bagus Des…bulunya jarang…” puji papi. aku hanyatersenyum manja. ” Des kamu kan masih perawan entar agak sakit dikit, tapi sebetar kok kalo udah masuk kamu bisa nikmatin..” kata papi. aku nganguuk pelan. aku merem saat kepala kontol papi nyentuh pernukaan memek aku. “kalo sakit bilang ya sayang….” kata papi lagi. “akh pi…perih….akh..” erang ku saat kepala kontol papi mendesak pelan ke dalam lubang memek aku.

Papi menahannya lalu dengan pelan dan lembut papi coba lagi masukan burungnya ke dalam sangkar milik aku. rasa perih makin menjadi dan terasa sakit saat kontol papi terus maju pelan. “pi….akh…” pekik aku, papi menahan lagi, mendiamkan otot memek aku mertekah dan relax supaya ga tegang. aku memejamkan mata sambil tangan ku meremas seprey menahan perih. beberap saat kemudian papi mulai memejukan lagi pantatnya dan mendorong kontolnya lagi makin dalam. dan rupaya memek aku mulai terbiasa. perih yag tadi aku rasakan verkurang “pi…sakit….” erangku tertahan. papiberhernti lagi, rupaya belum setengah dari kontol papi yang masuk, setelah diam sebentar papi mulai masuk lagi, kali ini perih dan sakit semakin berkurang. papi lalu mencium bibir aku memenangkan aku , aku balas ciuman papi lembut namun tiba-tiba dengan sekali dorongan kuat papi menasukan kontolnya hingga akhirnya masuk penuh ke dalam memek ku papi sedikit negerang. aku tersentak dan sedikit menjerit namun bibir papi menghalangi nya dan papi terus mencium bibir aku. nafasku tak teratur aku rasakan memek aku penuh oleh batang kontol papi. aku tau perawanku di ambil papi namun aku iklas.

Papi mendiamkan beberapa saat, perih masih aku rasakan, namun perlahan rasa nikmat mulia muncul dan seperti tau akan itu papi mulai menggoyang dan memaju-mundurkan kontolnya.memek aku yang basah melicinkan gerakan masuk-kelura kontol papi di memek aku. aku mulai merasa nikmat dengan perlakuan papi. aku buka mata dan melihat papi tersenyum. papi mengecup bibir ku lalul bilang ‘Des memek kamu sempit banget…..kamu ngerasa kan sayang…? ” “iya pi….” sahut ku pelan ” udah ga sakit kan sayang?” tabya papi. aku mengangguk. pantat papi maju-mundur memek aku kamin basah dan gerakan nya makn lancar. ku yang mulai kegelian dan nikmat mulai menikmati persetubuhan petama aku. aku muali mebegarng dan merintih keenakan. desahan-desahan mulai keluar dari mulut ku. papi serius mengocok kontolnay di dalam memek aku. papi mulai semangat dan aku muali terbiasa. aku rasakan penuh di dalam memek aku. nikmat…nikmat…. lebih nikmat di banding saat papi menjilat memek aku. papi menci um bibir sambil meremas dada ku. kami mulai liar. goyangan papi mulai aku imbangi. kadang papi menggoyang keras, namun kembali lembut payudara ku bergoyang seirama dengan goyangan papi. papi mulai mengoceh “Des….eeuukkk…uuh… nikmat…banget…memek……kamu….Des…..uuhh h….” “pi….Des juga….akh….oh…….eeemmm…..kontol……akh. …aohk….” oceh ku keenakan. mungkin tau aku belum bisa. papi hanya ngelakuin satu gaya aja. namun aku emang menikmati banget. papi berlutut dan selangkangan aku menempel di pangkal pahanya. tangan papi kini memengang pinggul ku dan menarik agar gerakan masuk keluar kontol papi di memek aku makin nikmat, hingga…. “pi…pi…akh..Des…Des..akh…ooo..eemmpppp…m au….kelu…keluar…pi…akh…” aku rasakan ada cairan yang menyembur dalam memek aku. lebih nikmat dari semua yang pernah aku alami tadi. tubuhku berguncang dan bergidik ternyata aku orgasme….”Des…memek kamu….nikmat.. . Des sayang….akh….. papi….papi…..akh……” oceh papi saat aku lemas dan menikmati sejuta rasa yang belum aku alami dan aku rasakan lalu aku rasakan ada cairan hangat yang menyembur kuat di dalam memek aku pas ayah mengerang keras dan tubuh yang bergetar. lalu papi ambruk ke atas tubuh ku. dan mencium bibir aku.”Des sayang…. maaf ya papi ngeluarin di dalam memek kamu….” kata papi. “ga apa-apa pi… Des suka…” lalu aku mencium bibir papi. posisi belum berubah dan konrol papi masih di dalam memek aku. sekitar 10 menit

Aku rasakan kontol papi melemas dan otot memek aku makin lemas dan relax. lalu papi mencabut kontolnya terlihat darah mengalir dari memek aku bercampur mani papi dan air memek aku. aku terpuaskan.papi berbaring di sisi aku. mengecup bibir aku dan bilang “kamu nikmatin kan Des?” “iya pi…. Des nikmatin…” kami perperlukan dan berciuman seperti sepasang kekasih. aku lelah banget alu aku tidur di pelukan papi. aku menikmati persetubuhan pertama aku ini dengan papi. walau belum banyak gaya yang kami lakukan. namun aku yakin nanti setelah ini pasti kami akan terus ngelakukin, dan aku pun tertidur.

Pagi hari aku bangun dengan perasaan sakit di selangkangan aku. aku lihat papi masih tidur. kontolnya lemas namun terlihat kuat,aku tesenyum. aku bangkit. rasa sakit masih terasa di selangkangan aku, aku berjalan dan jalan ku agak beda karena tadi malam aku di perawani ayah ku. aku kembali ke kamar ku sambnil menenteng baju dan celana dalam ku.adik ku masih tidur. aku yakin itu karena dia bisa bangun siang.sampai di kamar aku tidur lagi dan bangun saat siang. perasaan beda masih terasa di memek aku. lalu aku mandi dan membasuh memek aku dengan sower, geli juga. aku tidak melihat papi ku saat itu. aku mencari adik ku namun dia pun tak ada. rupanya merka semua pergi. aku kembali istirahat di ruang tengah dan tiduran di sofa. rasa lelah masih terasa saat pertempuran kami tadi malam.

Saat aku tidur aku rasakan enak di memek aku dan saat aku membuka mata ku ternyata papi sedang mencium memek aku, kau kaget namun kemudian tesenyum melihat dan meikmati jilatan papi di memek aku. aku terpejam namun aku sadar gimana kalo adik ku tau, lalu aku memandang papi yg asik menjilat memek aku, tapi pai terlihat sangat menikmati dan relax menjilati memek aku.” pi jangan di sini dong kalo ade tau gimana..?” tanya aku. papi lalu menghentikan jilatannya, makah tersenyum, dan bilang ” tenang Des, ade udah papi ungsiiin ke rumah paman kamu. dia nginep 3 hari di sana..” kata papi sambil tersenyum. gila pikirku namun aku senang banget wah bisa puasin-puasin nge sex di rumah nih.

Aku ngedesah dan ngeringis keenakan waktu lidah papi masuk ke dalam memek aku. “pi.. enak..” lalu papi berdiri trus ngebuka semua pakaiannya hingga bugil trus aku bangkit dan duduk di sofa, kontol papi tepat di depan muka aku. aku langsung masukan aja kontol macho papi ke dalam mulut aku, aku hisap, sedot hingga papi merem melek trus ngoceh keenakan, sambil tangannya membelai rambutku. asku sibuk mengocok kontol papi di dalam mulutku ngeluar-masukan, tangan aku mainin biji kontol papi. papa makin keenekan, aku ngerasa memek aku makin basah saja. beberapa menit aku “blow-job”in papi hingga papi memekik tertahan, langsung papi mencabut kontolnya dr mulut aku. lalu aku buka kaos yag aku pakai, hingga bugil, papi menciumin lagi sampe semua badan aku di jelajagi papi, trus dengan posisi papi berlutut di depan sofa dan aku duduk papi narik kaki aku dan dengan kaki ngangkang papi masuk di antara kaki aku, diarahin kontol papi yang keras ke memek aku dn den gan dua kali dorongan kontol papi masuk kedsalam memek aku lagi, kali ini lancar karena emang aku dah ga perawan juga cairan memek aku udah banyak juga kontol papi yang basah aku isep dan jilatin.

Sambil goyang papi ngeremas payudara aku, kami berhadpan tapi tidak berpelukan dan badan kai tidak menempel. tangan aku di pinggang papi, sambil mendesah dan nikmatin sodakan papi aku liat gerakan masuk keluar kontol papi dari memek aku, urat dan otot kontol papi terasa banget bergesekan dengan otot memek aku yang lembab. sekitar 3 m3nit papi menggoyang aku dengan posisi itu lalu aku di suruh nya nungging, tangan aku bertumpu di sandaran sofa, satu kaki ku di sofa dan stunya lagi di lantai aku ngangkang banget, papi suka liat aku posisi kaya gitu, papi mencium dulu memek aku dari belakang, oouuiiih nikmat…. lalu papi nyodok lagi memek aku dengan kontolnay itu, kali ini papi megang pinggul aku, sambil maju-mundurin pinggul aku, pantat papi juga maju mundur, payudara aku menggangtung dan bergelayun se irama goyangan tubuh aku. papi meremas dari belakang payudara aku, mencium tengkuk aku.akh…… sungguh nikmat…

Setelah puas dengan posisi itu papi mencabut kontolnay lalu papi berbaring terlentang di karpet aku di suruh ngedudukin kontolnya, aku mau aja, kali ini aku yang masukin, aku pegang batang kontol papi yang udah basah sama cairan memek aku, lalu aku arahin ke lubang memek aku, badan aku turun pelan-pelan seiring itu kontol papi juga masuk ke memek aku, makin nikmat aku rasakan, kontol papi kali ini kaya makin dalam masuknya dan aku rasa makin geli di memek. setelah masuk semua, papi nyusuh aku naik turunkan badan aku, aku nurut, papi merem melek aku perlakuin gitu, tangannya sibuk ngeremas payudara

Aku, aku pun semakin geli tah tahan algi, lalu papi suruh aku bergoyang dan memutar pinggul aku, aku coba dan aku rasa kontol papi ngobok-ngobok banget memek aku, aku suka gaya ini dan ga lama aku rasa mau keluar. sambil aku tekan ke bawah badan aku aku pipis nikmat lagi…”pi….Des….. keluar akh……” aku langsung ambruk ke atas badan papi, nikmatnya m elebihi apa yang aku alami tadi malam, dan aku rasa lemas setelah orgasme aku yang dasyat.

Papi ngediamin aku, lalu ngebalikin badan aku tapi aneh papi mencabut kontolnya aku yang masih lemas bingung kok papi belum keluar tapi udah mau udahan, tiba-tiba papi menggendong aku, aku pasrah aja, rupanya papi ngebawa aku ke dapur, di atas meja makan aku di baringkan papi, dan di meja makan itu papi menghabisi aku. aku benar-benar habis dan papi pun muali kewalahan “Des…papi….akh…” aku cuma diam aja lemes banget setelah orgasme lagi di atas meja makan itu. lalu tiba-tiba papi mencabut kontolnya dan dengan suara mengerang dan berteriak tertahan lalucrot..crot..crot…..crot…. aku rasakan ada semburan hangat di perut dada sampe muka aku, terasa banyak banget, papi udah orgasme namun kali ini di luar, akh…. aku nikmatin banget, setelah itu kami berdua terkulai lemas dan berbaring di lantai dapur, menikmati sisa-sisa orgasme dan pertempuran yg hebat.

3 tahun berlalu telah berlalu setelah persetubuhan pertama aku dan papi, hari ini adalah tepat tiga tahun aku dan papi pertama kali saling memuaskan, dan esok adalah tepat 3 tahun aku dan papi mengalami hari-hari yang tak pernah aku lupakan itu, 3 hari bercinta dan bercinta, saling memuaskan. oh….. hari ini adalah hari yang papi janjikan akan da hal yang istimewa dari hubungan aku dan papi ku, dan aku berharap dan menunggu apa yang aka terjadi esok saat 3 tahun dari hari yang indah itu…..

Nikmatnya macet

$
0
0

Persimpangan ini tidak bisa aku hindarkan. Meskipun macet dan antriannya panjang, aku harus melewati persimpangan ini. Kemacetan paling parah aku bisa tertahan setengah jam untuk lolos dari lampu merah.
Tapi umumnya antrian untuk lolos sekitar 15 menit.. Meski cuma 15 menit, tetapi menunggu lolos lampu merah rasanya cukup menyiksa. Aku bayangkan 15 menit di jalan tol mungkin aku sudah bisa lebih jauh dari Cibubur, atau dari Pondok Indah mungkin sudah keluar di BSD..
Tiba-tiba kaca mobilku diketok-ketok oleh pengamen. Anak ini memang sering aku kasih uang , kadang-kadang sisa-sisa kue dan uang. Ia jadi seperti langganan.
“Oom lagi nglamun yaa……..’ kata anak itu ketika kaca kubuka.
Anak ini tampaknya mulai tumbuh menjadi gadis kecil. Paling tidak di dadanya sudah mulai terlihat tonjolan sebesar buah duku.
Hari itu aku kebetulan tidak punya uang receh 1000 an, juga tidak ada kue atau kacang. Kuperiksa kantong atasku ada selembar 5000 an.. “Masak kasi 5000, bandar bisa rugi lama-lama,” kataku dalam hati.
Selagi bingung mencari uang kecil mobil depan ku maju sekitar 30 m. Aku pun bergegas mengikuti arus maju. Anak ini cerdik juga dia naik ke footstep yang memang ada di samping mobilku sehingga dia ikut melaju perlahan ke depan. Karena kaca jendela terbuka maka dia mengapitkan kedua tangannya ke bagian dalam jendela mobil. Secara tidak sengaja teteknya yang baru numbuh menekan lengan kanan ku.
Aku tergugah dan ketika mobilku berhenti lagi di antrian., dia tetap bergayut dan hampir setengah badannya masuk ke dalam mobil..
“Kamu mau nggak 5000,”
“Mau dong Oom”
“Tapi oom pegang ya tetek mu,”
“Ih oom genit, malu kan oom banyak orang,”
“Kalau oom pegang gini siapa yang liat,” kataku sambil tangan kananku beraksi menekan tetek kirinya.
“Aduh oom, sakit,” katanya.
Aku memang kurang kontrol menekan terlalu keras, maklum situasi darurat .
Dia nampaknya tidak keberatan teteknya ditekan-tekan dari luar bajunya, mungkin mendapatkan 5000 baginya lebih berharga daripada harus mempertahankan teteknya tidak kusentuh.
“Eh jangan cerita ke temen-temen lu kalau gua kasih 5000, nanti gua nggak mau kasih lagi kalau lu nggak jaga rahasia,”
“ Beres bos,” katanya sambil turun dan senyum-senyum.
Aku pun melaju lolos dari lampu merah.
Acara pegang tetek jadi kegiatan rutin, dan caranya sama yakni dia bergayut di mobil ku dan mobil bergerak perlahan-lahan mengikuti antrian. Setelah 4 kali mungkin aku bisa merogoh teteknya dari bagian bawah bajunya. “Rasanya empuk dan mengkal,”
Aku tidak melihat dia bereaksi terangsang atau apa lah. Dia hanya senyum senyum sambil nyodori tetek kecilnya. Lama-lama bosan juga aku megangin tetek tetek buah duku, karena jadi hafal bentuk dan besarnya, jadi tidak ada sensasi lagi.
“Jangan gantungan entar jatuh, gua bisa ditangkep polisi nanti , masuk aja deh duduk di samping gue sini,” kata ku suatu kali setelah dia akrab.
Tanpa pikir panjang dia berputar dan langsung membuka pintu.
Kebetulan jalan hari ini macet berat, jadi antrian makin panjang.
“Sekarang oom mau kasih 10000, tapi oom mau pegang memek mu, mau nggak,”
“Ih malu ah oom,”
“Kan oom nggak buka baju lu , oom cuma ngrogoh aja sebentar, gimana mau ?”
Dia berpikir sebentar lalu, “ Jangan lama-lama ya oom”
Segera saja tangan kiri ku menuju sasaran dan menyelinap dari bagian atas celana dalamnya.
Aaah jembutnya belum ada, masih gundul dan mekinya cembung . Pelan-pelan aku cari lubang vaginanya dan terasa masih rapat sekali. Dengan jari tengah aku gesek perlahan-lahan.
Sialan mobil depan sudah maju jauh sekali. Terpaksa tangan kiri kulepas untuk mengubah posisi persneling.
“Udah ya oom”
“Belum sebentar lagi dong”
Kini sandaran kursi aku agak rebahkan sehingga posisi tangan ku lebih leluasa. Dan aku tidak mengubah posisi persneling diposisi 2. Kaki kiriku terpaksa bertahan menginjak kopling.
Asyik banget rasanya. Sekitar 1 menit aku sudahi dan aku tegakkan lagi senderan tempat duduk, dan 10000 pun berpindah tangan..
Jari tengah tangan kiri ku rada-rada bau amis.
Ritual itu hampir tiap hari kulakukan, dan uang 10000 sudah disiapkan sebelumnya.
Tidak setiap kali dia naik aku selalu merogoh. Kadang-kadang bosan juga. Tapi dia tetap naik di samping kiri ku. Kesempatan sekitar 15 menit mengantri kemacetan kugunakan mengorek kehidupannya.
Dia anak sulung , tinggal hanya bersama ibunya dan 2 adiknya serta seorang nenek. Ibunya bekerja sebagai buruh cuci. Mereka mengontrak rumah petak dengan bayaran per bulan 300 ribu. Neneknya terlalu tua dan sering sakit-sakitan. Anak ini meski baru berusia sekitar 11 tahun, tetapi dengan ngamen di lampu merah dia menjadi andalan keluarganya untuk sumber kehidupan di rumah mereka.
Ayahnya tidak jelas kemana. Dari ngamen setiap hari dia bisa mengumpulkan minimal 20 ribu dan kalau lagi nasib baik bisa sampai 50 ribu. “ Tapi itu jarang oom, belum tentu sebulan sekali,” katanya.
Meski baju yang lusuh dan aroma anak jalanan yang kecut, tetapi anak ini punya bibit bagus. Wajahnya cukup manis dan badannya cukup proporsional.
Dia mengaku masih sekolah kalau pagi. Dia ngakunya baru kelas 3. Bagi anak gedongan umur 11 tahun mungkin sudah kelas 5. “ Saya dulu sempat brenti setahun, nggak ada biaya sih oom.”
Mengamen membuat dia bisa kembali sekolah. Dia mengaku berangkat dari rumahnya sekitar 5 orang, semuanya anak kecil-kecil dan salah satu adiknya perempuan berumur 7 tahun.. Mereka tinggal bertetangga. “ paling rame kalo sore oom banyak yang kasih duit, kalo siang jarang sih, abis jalannya nggak gitu macet sih,” katanya.
Sekitar sebulan aku jadi lebih mengenal dirinya dan memahami lingkungan hidup keluarganya.
Suatu hari hujan rada gerimis dan lampu merah mati. Akibatnya kemacetan parah sekali. Aku masih jauh dari titik pertemuan pick up yang biasa. Mungkin sekitar 500m lebih hulu. Dari jauh kulihat Wiwik, begitu dia memperkenalkan namanya berjalan melawan arus mobil yang sedang antri. Dia kelihatannya diikuti oleh gadis sebayanya . Lalu dengan tanpa canggung kedua-duanya masuk ke kursi depan. Mungkin karena masih kecil mereka muat duduk di kursi depan berdua. Wiwik di sebelah dalam dan temannya di sebelah luar.
Kaca mobilku memang tidak tembus pandang, jadi aman-aman saja.
“ Oom ini temen wiwik, kasihan dia oom “
“Kenapa”
“Udah 3 bulan nggak bayar sekolah, mau dikeluarin kalau besok nggak bayar,”
“Maaf ya oom saya akhirnya cerita sama dia tentang oom, katanya dia mau kayak saya, yang penting bisa bayar sekolah,”
“Berapa butuhnya,” kataku sambil memutar otak mengatur skenario.
“Seratus ribu,”
“Pinjem dulu deh Oom ,” kata wiwik setengah merayu ku
Kulirik ke kiri, boleh juga cukup manis, Cuma agak gemuk sedikit. Badannya kelihatan rada sekel.
“Emang wiwik cerita apa,” Tanya ku.
“Ya gitu deh oom dipegang-pegang’
“ Apa kamu nggak malu kalau oom pegang-pegang,”
“ Biarin deh oom daripada dikeluarin dari sekolah.
“ Orang tuamu kerja apa kok sampai lambat bayaran sekolah”
“Bapak udah 2 tahun dirumah, sakit stroke, Ibu jualan gado-gado di rumah”
“abang saya masuk penjara, ketangkep narkoba, tauk keluarnya kapan, katanya sih lama,”
Kamu anak keberapa?”
“Kedua”
Sekarang klas brapa”
“Saya klas 4”
Umur”
“12 tahun”
Aku jadi termenung, ngenes juga mendengar kisah anak ini.
Kami terdiam sesaat.
“Ayo dong oom cepetan” katanya menyadarkan lamunananku.
“Cepetan ngapain,” kata ku berlagak bloon.
“Pegang,” katanya.
“Lu udah pernah pa belom dipegang-pegang.”
“Ya belom oom , kan aku masih kecil
“Tik turunin celana lu , Oom ini gimana caranya biar senderannya kebelakang,” kata wiwik.
Aku rebahkan senderan kursi itu. Wiwik aku suruh melompat ke kursi belakang.
Dari belakang wiwik menyergah temannya.
“Ayo cepetan, “
Atik dengan agak ragu menurunkan celana dalamnya dan mengangkat kaosnya. Tersembullah sepasang gundukan di dadanya yang agak besar, mungkin sebesar bola pingpong, lebih besar dari wiwik punya. Dan di bawahnya juga gundul seperti wiwik tetapi kelihatannya lebih menonjol. Mungkin si Atik agak gemuk, maka memeknya juga tembem.
Tangan kiri ku segera beroperasi. Mula-mula bagian atas, setelah puas lalu bagian bawah. Mungkin karena waktunya agak panjang, sang memek menjadi lembab dan lama-lama jadi basah. Atik terangsang karena sentuhan ku terpusat di clitnya.
100 ribu melayang.
Sejak itu aku diservice atau menservice 2 anak itu. Kemacetan lampu merah jadi kurang lama rasanya, sehingga kencan jadi memanjang dengan masuk ke wilayah 3 in 1. .
Mereka berdua sudah tidak canggung lagi mempertotonkan bagian yang paling rahasia, kencan unik ini mungkin sudah berjalan 3 bulan.
“ Oom ajak kita jalan-jalan dong ke Ancol, kita belum pernah liat dufan oom”
Aku terhenyak.Anak umur 11 tahun, mengajak aku berkencan ke Dufan.
Kalau hanya ke Dufan aku jengah juga. Menggembala 2 anak , sedang aku di usia ku rasanya tidak cocok punya anak sekecil ini.
Kendala lainnya, kalau aku jalan dengan mereka, terlihat benar kesenjangannya, sehingga orang segera tahu bahwa anak-anak itu bukan keluarga ku.
Jadi aku harus dandani mereka sehingga mereka tampil sesuai dengan suasana di Dufan dan agar tidak terlihat juga kesenjangan di antara kami. Aku bukan mau itung-itungan, tapi biaya yang dikeluarkan untuk one day trip itu lumayan besar juga.
Sebelum terlanjur nggak ketentuan arah dan aku tidak bisa mengontrol, perlu rasanya ada penelusuran lebih jauh.
“ Kalian selama ini kan dapat duitnya banyak, apa orang tua kalian nggak curiga”
“Nggak tuh” kata Atik.
“Sekarang malah aku yang beli beras, minyak tanah, gula kopi segala, abis nyak dapetnya nggak seberapa. Katanya orang yang nyuciin baju sekarang agak sepi’ ujar Wiwik..
“Kalo misalnya oom beliin baju baru, apa orang tua lu pada nggak curiga,”
“Boro-boro curiga, malahan kalau bisa emak juga minta dibeliin baju,” kata Atik.
“Ya nyak gua juga malahan keliatan seneng kalo aku bisa beli baju ,” ujar Wiwik.
Dalam hati aku membantin sedih. Begitu kerasnya kehidupan ini sampai-sampai ada keluarga yang terpaksa menyandarkan sumber pendapatannya dari anak yang seharusnya belum waktunya berpikir menafkahi keluarga.
Akhirnya aku setujui berpelesir ke Dufan. Aku pengin dandani mereka agar bisa tampil cantik dan imut seperti anak-anak orang berada. Rasanya sih kedua anak ini kalau didandani bakalan bagus.
Eksekusi ditetapkan hari sabtu dan pick up point di depan supermaket Hero. Jam disepakati , 9 pagi.
Aku agak terlambat karena kesiangan bangun, sehingga sampai di meeting point jam 9.30.
Oom kemana aja sih kita udah lama nunggunya, sampai kepanasan. Atik berceloteh. Dia memang lebih agresif dibanding Wiwik.
“Ya oom kesiangan, abis tadi malam ngelembur”
“Ngelembur apa lembur,” kata atik menggoda.
“Buset anak ini berani amat melontarkan godaan yang berisi.”

Aku memilih Milenia untuk membeli perangkat mendadani dua anak pengamen ini. Mereka senang dan bingung menentukan pilihan. Lirikan menyelidik dan ada nuansa curiga terpancar dari pramuniaga yang melayani. Mereka mungkin memikirkan apa hubunganku dengan dua anak kumuh itu.
Di mobil tadi sebelum turun belanja, aku instruksikan ke anak-anak itu agar nanti di depan umum jangan panggil aku Oom, panggil Pakde. Rasanya ada kesan yang beda antara sebutan Oom dengan Pakde. Paling tidak panggilan Pakde bisa rada memositifkan kesan, dari pada oom.
Aku pilihkan mereka dua stel masing-masing jean biru dengan T Shirt, dan celana pendek cerah dengan atasan tank top. Kami berkeliling sekitar 2 jam sampai mereka bisa ganti kulit komplit. Mulai dari sepatu, kaus kaki, celana, kaus sampai ikat rambut kini sudah mereka miliki.
Tampilan mereka kini sudah modis, dan tidak terlihat lagi sebagai anak jalananan. Aku atur agar mereka berganti baju di toilet.
Hampir sejuta lenyap untuk mendadani dua anak ini.
Sesampai di Dufan keadaan agak lengang. Jam 1 siang tour de dufan dimulai. Jam 5 mereka sudah lelah dan akhirnya mengajak pulang.
Aku menyarankan berenang sampai jam 7 biar badan segar dan capeknya ilang. Saran itu mereka sambut dengan antusias, tapi mereka tidak punya baju renang.
Tak masalah di Gelanggang Renang ada baju renang untuk seukuran mereka.
Kami lalu menuju Gelanggang renang dan mengambil kamar bilas keluarga. Baju renang sekaligus dengan kacamatanya, sudah membuat mereka bergembira setengah mati.
“Oom wiwik nggak bisa berenang,”
“Atik juga oom”
Ya kita nanti cari yang dangkal aja, disitu belajar renang.
Dadaku berdebar-debar dalam perjalanan menuju kamar ganti keluarga. Membayangkan situasi nantinya .
Di dalam kamar ganti aku segera melepas semua pakaian ku kecuali celana dalam. Mereka aku minta telanjang . Permintaan itu tentu saja tidak canggung mereka lakukan karena memang sudah terbiasa selama ini.
Kami pun bertiga telanjang dan batangku segera saja berdiri tegang.
“Iih om ngaceng ya”
“Iya nih abis liat kalian cantik-cantik telanjang sih”
Oom boleh pegang nggak , tanya Atik.
“Pegang aja”
Keduanya lalu mendekat dan meremas.
Aku duduk di lantai kamar mandi bersandar dinding.
Keduanya merasa lucu melihat bentuk penisku dengan topi baja yang memerah karena ereksi maksimum.
Setelah rasanya hampir nembak aku minta mereka berhenti dan sekarang aku giliran mengobel-obel keduanya.
“Enak nggak sih di kobel gini,”
“Enak-enak geli oom, kata wiwik.
“Mau yang lebih enak lagi nggak,”
Gimana Oom, tanya Atik.
Aku dudukkan Atik di tempat yang lebih tinggi sehingga aku bisa bersimpuh diantara kedua kaki ku.
“Diem ya “ kataku
Aku jilati sekitar kemaluan Atik .
“Ih geli oom”
Aku tidak memperdulikan sambil tanganku meremas perlahan kedua tetek kecilnya.
Kini jilatanku terpusat ke clitnya dan bertahan disitu sampai dia mengelinjang-gelinjang.
Atik lost control dia melenguh dan nafasnya memburu.
“Aduh oom……….” tiba-tiba kedua kakinya menjepit kepalaku dan vaginanya berdenyut.
“Kenapa Tik,” tanya wiwik
Wiwik terdiam sebentar menuntaskan orgasmenya , “gila enak banget..
“Aku juga dong oom protes Wiwik.
Aku perintahkan wiwik mengantikan tempat Atik dan segera aku eksekusi. Kurang dari 5 menit Wiwik pun mengerang tertahan dan menjepit kepalaku.
Kini giliran ku minta di sepong. Mereka pertama protes, jijik, katanya. Tapi sisa nafsu yang tertinggal di dalam diri mereka dan hasutan ku agar perbuatan kita seimbang akhirnya keduanya mau juga bergantian menghisap batang ku yang sudah mengeras sempurna.
Tidak sampai 2 menit semburan larva putih melesat. Aku belum tega melepas cairan putih itu di dalam mulut mereka.
Kami mandi di pancuran bertiga, bercanda dan berpeluk-pelukan di bawah semburan air.
Acara selanjutnya tentu berenang. Di depan umum aku tidak berani terlalu akrab dengan mereka. Apalagi kalau mereka nanti secara tidak sengaja panggil-panggil aku Oom. Sebelumnya aku sudah tekankan di kolam renang kita seperti nggak kenal ya , jadi jangan panggil-panggil aku. Kalau memang perlu banget pake isyarat aja dan ngomong pelan-pelan.
Apa kata dunia kalau orang disekelilingku tau aku menggembala dua gadis cilik.
Udara malam membuat kami tidak bisa bertahan lama di kolam renang. Hanya sejam akhirnya kami mentas. “Dingin ya oom” kata wiwik lirih.
Kami kembali ke kamar bilas.
Disitu kami telanjang lagi dan kembali berpeluk-pelukan.
Mereka berdua bergantian aku ciumi dan remas-remas teteknya serta memeknya.
“ Oom kayak tadi lagi dong, enak,” kata wiwik.
“ Iya oom enak deh,” sambung Atik.
Aku akhirnya menjadi slave kedua anak kecil ini melayani mereka berdua bergantian sampai puas.
“Sekarang giliran oom kalian layani”
“ Aku buka handuk yang setengah basah di lantai kering sebagai alas dan atik serta Wiwik kuperintahkan berbaring .”
Pertama aku mencoba memasukkan senjataku ke lubang kenikmatan wiwik.
“Oom mau ngewek aku ya,” kata Wiwik.
“ Ini lebih enak, dari pada dijilati,” kata ku.
“Masak sih oom, apa muat barang nya oom masuk ke memek ku,” kata wiwik
“Ya kita coba aja, pelan-pelan,”
Memang susahnya bukan main. Hanya untuk membenamkan kepala topi baja saja rasanya seperti nabrak lubang buntu. “ Kayak nggak ada lubangnya, sebab sang topi baja ini meleset terus.
Kucoba melumuri ludah di ujung barang kesayanganku . Baru jalan agak licin, kepala barang bisa tepat berada di lubang kenikmatan wiwik.
“Aduh oom perih oom, kata wiwik agak meringis dan dari matanya meleleh air mata.”
Sabar sebentar lagi pasti enak. Aku berusaha terus membenamkan barang ku sampai akhirnya menembus segel. Terasa ada yang pecah di dalam dan Wiwik menjerit kecil sambil menarik pantatnya menjauh . Aku bisa membenamkan 100 persen barang ku dan kubiarkan dia terbenam agak lama untuk penyesuaian. Setelah Wiwik tidak merasakan perih lagi, perlahan-lahan mulai ku goyang .Sempitnya luar biasa memek perawan 11 tahun ini. Sampai sampai barang ku seperti kejepit pintu. Aku mulai bisa agak lancar mendorong dan menarik barang ku. Tapi Wiwik masih merasa sakit.
Akhirnya kutarik semua barang ku dan kusuruh Wiwik istirahat.
Atik yang dari tadi memperhatikan pergumulan kami, rupanya ikut terangsang.
“Tik sekarang giliran mu, Aku buka lebar lebar kakinya dan aku tekuk sehingga lobang memeknya merekah merah.”
Barang ku yang agak merah, mungkin terkena darah perawan Wiwik aku lumari kembali dengan ludah. Posisi Atik mengangkang lebar memudahkan kepala kontolku menemukan lubangnya. Meski pun begitu untuk memasukkan kepala saja, harus penuh dengan perjuangan dan kehati-hatian. Masalahnya kalau diperlakukan kasar, anak ini bisa menangis kesakitan.
Pelan-pelan ku desakkan kepala kon ku ke dalam meki Atik yang tembam. Relatif penerobosan memek Atik lebih mudah meskipun kemudian masih terhalang, seperti menemukan jalan buntu.
Selaput perawan Atik aku terobos pelan-pelan. Tak urung Atik pun menjerit kecil ketika perawannya pecah. Air matanya juga meleleh. Dia meringis menahan sakit.
Semua barang kesayanganku terbenam dan aku pelan-pelan memompa. Memek perawan memang luar biasa sempitnya . Topi baja ku sampai terasa ngilu seperti mau dilepas saja rasanya.
Aku tidak berani bergerak maju mundur telalu jauh. Sempit banget sih, jadi ngilu juga rasanya. Jepitan memek perawan membuat aku tidak bisa bertahan lama. Larva pijar berwarna putih tidak bisa dibendung lagi dan akhirnya menyembur di dalam memek Atik.
Aku tidak khawatir mereka hamil, karena keduanya belum mendapat haid.
Setelah ritual penting itu kami kembali mandi bertiga di bawah pancuran.
“ Oom perih nih oom” kata Atik.
Iya oom kalau kencing rasanya perih.”
Coba kalian jalan.
Mereka agak kaku melangkah karena ada rasa sakit diselangkangannya.
Jam 9 malam mereka ku lepas di dekat tempat tinggalnya. Masing-masing kugenggami limaratus ribu. Aku berpesan kepada mereka, jika orang tua mereka Tanya soal uang, baju dan sepatu, bilang mereka mendapat bapak asuh.
Memang akhirnya mereka menjadi anak asuh ku.
Setiap bulan aku beri lima ratus ribu dan kalau kami berkencan ku beri dua ratus. Kami sering main bertiga. Dan pertemuan itu rutin setiap minggu, hanya beda hari saja.
Atik dan Wiwik bahkan memperkenalkan teman sebayanya yang katanya juga butuh duit. Pertama semua peluang kenalan teman sebayanya kulayani, ada yang lebih cantik ada yang kurang cantik. Aku dapat perawan sampai lebih dari 10 dalam waktu setengah tahun.
Sampai akhirnya aku bosan dan menolak tawaran mereka. Sebab ternyata banyak sekali yang ditawarkan, sampai-sampai aku kewalahan.
Atik dan Wiwik sampai sekarang masih menjadi anak asuhku, Dari ku mereka setiap bulan setidaknya mendapat sekitar 1,5 juta.
Aku pun akhirnya diperkenalkan kepada orang tuanya. Dan orang tuanya sangat berterima kasih karena aku mau mengangkat anak asuh dari anak mereka.
Kalau dulu aku yang melayani mereka, sekarang aku berperan pasif, mereka lah yang mengolah dan melayaniku.
Pernah suatu kali aku membuat sensasi dengan membawa 10 anak . Aku menyewa apartemen yang bisa disewa harian . Resepsionis apartemen mengira aku menggembala para keponakan . Padahal mereka semua “kepenakan”
Kami menginap semalam di situ dan selama itu kami hidup bertelanjang dan orgy setiap aku ngaceng. Gila aku seperti Raja Minyak, Atau mungkin Pangeran Caligula yang dikelilingi cewek-cewek telanjang.
Suatu saat nanti akan akan mengajak 2 teman-teman ku penggemar pedo untuk join melakukan orgy party. Kalau mereka kuat sih aku mau ajak ke Bali selama seminggu. Aku belum bisa membayangkan gimana serunya kalau kejadian itu bisa menjadi kenyataan.

GURU AGAMA PENDUBUR

$
0
0

20 Juli 2002. Ini merupakan kisah nyata yg kualami saat berdinas di J,dan benar2 terjadi.
Pagi itu,seperti biasa aku berangkat kerja,sebagai wakil kepala aku wajib datang pagi2 sebelum anak
buahku datang. Apalagi menjelang tahun ajaran baru sekolah.

Setiba dikantor,setelah upacara bendera semua guru sibuk dengan aktifitasnya,kecuali guru agama. Bapak Firul rupanya kedatangan tamu,dan kemudian melapor padaku,bahwa ada tamu yang ingin memasukan anaknya sekolah di SMPku. Akhirnya kuterima tamu itu,seorang ibu muda berparas manis,kulit putih,dengan body yg sangat menarik,tinggi dan berisi.Melihat dari gayanya aku yakin,ibu ini termasuk yg agak lain dalam urusan seks.
Kepada ibu muda itu kujelaskan bahwa kami sudah tidak bisa menerima siswa baru,karena sudah tutup. Namun ibu itu memaksa,akhirnya terpaksa aku berunding dengan kepala sekolah,yg dengan berbagai pertimbangan,terutama karena tetangga sekolah,yatim dll,maka anaknya kami terima. Karena tidak punya uang untuk biaya sekolah maka sebelum pulang ibu itu berpesan agar besok hari Selasa jam 8an aku kerumahnya,sehubungan dengan anaknya tadi.

Keesokan harinya,dengan pertimbangan untuk membantu kesulitan ibu muda kemarin,aku kerumahnya. Sebuah rumah kecil yg rapi dan bersih,tapi rumahnya tampak sepi,setelah ke 4 kalinya aku mengetuk dan mengucap salam,pintu dibuka juga,nampak ibu itu sedang mandi rupanya, ini terlihat dari handuk yg melilit ditubuhnya dan tangan serta kakinya yg putih nampak basah.
Dia meminta maaf dan mempersilakanku masuk,lalu terburu2 kembali ke air.
Sejenak aku terpana melihat pemandangan tadi,ibu itu nampak amat seksi,tubuhnya yg sintal nampak sangat lembut dibalut handuk setengah badan,kulitnya punggungnya yg putih amat menggoda. Namun kubuang jauh2 fikiran kotorku. Aku duduk diruang tengah yg menghubungkan kamar dengan dapur dan kamar mandi.

Tidak berapa lama ibu itu keluar,dengan rambut basah,badan masih terlilit handuk,bahunya yg putih sedikit terbuka hingga pangkal dadanya,dan dadanya yg terlilit handuk nampak begitu besar, ia sekarang tidak lagi tergopoh2 seperti tadi,dengan tersenyum manis mempersilakanku minum yg telah disiapkan sebelumnya. Lalu ia masuk kamar melewatiku,terciumlah wangi tubuhnya,dan pantatnya yg besar begitu saja lewat didepan mataku,bergoyang ke kanan kekiri.

Mataku seperti hendak copot,jantungku berdegup kencang dengan pemandangan tersebut. Beberapa saat kemudian ibu itu keluar lagi,rambutnya telah disisir,walau namapk masih basah,atsannya sudah menggunakan baju,namun dari pinggang kebawahmasih memakai handuk,dan yg membuatku bertanya2 adalah handuknya justru semakin keatas,sekarang nampak kedua pahanya yg nampak empuk dan putih semakin membuat dadaku gemuruh.

Dia kemudian duduk di kursi panjang menghadap kepadaku,pahanya nampak seolah sengaja dipertontonkan kepadaku,semakin membuatku rikuh. Jantungku semakin tidak karuan,tapi nampaknya dia tenang2 saja dan sambil,merapikan baju ia bicara .
“ Maaf pak,agak kurang sopan,mmmhh..bapak Sali mana “ tanyanya sederhana.
“ Ciamis,” jawabku singkat.
“ Maaf lho pak,udah menikah ?” tanyanya lagi.
“ Udah,punya anak 1 “ jawabku.
“ Oohhh…..gini pak. Maaf sebelumnya,saya gak punya biaya untuk anak saya,gimana ya pak,saya gak enak sama bapak dan bapak kepala sekolah ?“ katnya membuka pokok maslah sambil tanganya terlihat sibuk membenahi Bhnya.
Aku jadi gak enak,namun tidak tahu harus berbuat apa,menegurnya takut dia malu,tidak ditegur aku yg bingung.
“ Gini bu,setelah kita bicarakan kemarin dengan pak kepala,kami sepakat untuk membantu ibu tanpa mengeluarkan biaya,karena ibu tetangga dan konon kabarnya putra ibu anak yatim,begitu kan bu ?” Tanyaku.
“ Ia pak,sudah sejak SD bapaknya meninggal,terpaksa saya yg kerja,tapi maaf pak,anaknya sekarang masih dijakarta “ jawabnya sambil menggeser kakinya semakin terbuka,nampak kedua pangkal pahanya semakin jelas dimataku. Aku pura2 tidak melihatnya walau darahku semakin deras mengalir ditubuhku,nafasku terasa sesak.
“ O gitu,Jadi ibu kerja dimana?” tanyaku smabil menenangkan diri.
“ Dijakarta,karyawan pabrik pak,ya daripada gak kerja,O ia panggil saya Tari pak,kayanya belum ibu2 banget ya “ balasnya sambil tersenyum manis.
“ O ia,saya Diros “ kataku membalas tersenyum.
Tiba2 ia bangkit dari kursinya dan duduk di kursi sebelahku,sambil membelakang ia berkata “ Pak,maaf banget,tolong kancing Bh saya gak masuk2,bisa gak dibantu “ katanya tanpa menengok.

Aku tak menduga akan seperti itu,dadku semakin bergemuruh,menolak gak enak,gak menolak juga gak enak,maka dengan gemetar aku mengahadapi punggungnya,dan ia mengangkat bajunya,nampaklah pinggangnya yg montok dan putih mulus,terlihat amat empuk,punggungya yg lebar dan juga montok sangat mulus,dengan jakun turun naik aku pegang tali Bhnya,dan berusaha mengikatkan kancingnya,namun agak sulit,nafasku mulai tak teratur. Dengan tenag tari berbalik dan sambil tersenyum,matanya menatap mataku dalam2,lalu ia pergi ke kamar.
“ Pak,ngobrolnya disini aja yuk,gak apa2 gak ada orang kok,lagian kan Cuma ngobrol “ katanya dari kamar.
Aku semakin bingung,apa yg harus kulakukan,semantara darahku sudah mendidih,kepalaku sudah tak lagi normal,selangkanganku terasa panas.

Dalam keadaan bingung aku menurut,nampak dikamar Tari sedang mangganti handuk dengan baju bawahannya,walau telah tertutup baju,namun nampak sekali pinggulnya yg besar sangat seksi dimataku.
“ Duduk pak,” katnya mempersilakanku duduk.
Seperti kerbau aku mengikuti perintahnya duduk di pinggiran tampat tidur. Ketika Tari menarik dan memeluku,aku seperti disengat ribuan watt listrik,tubuhku seperti terbakar hebat,dadaku bergetar,dan nafasku benar2 seperti habis berlari ribuan kilometer.
“ Pak,saya udah bapak tolong,nah sekarang saya membantu bapak,” kata Tari sambil memeluk dan menciumiku ganas sekali,aku cuma melongo,tanpa tahu harus bagaimana,hingga tersentak ketika sadar,Tiara sudah telanjang bulat,tubuhnya yg putih terpampang didepan mataku,matanya terlihat sayu penuh berahi,dadanya yg putih amat besar dan masih membukit,berayun2 dalam elusan2 tangannya,perutnya yg bersih montok sangat merangsang,sementara dipangkal pahanya yg putih nampak seonggok bulu2 memenuhi bukit kecil yg menggunduk disela pahanya,pangkal pahanya yg besar dan montok telah terbuka lebar,semua menanti reaksiku.

Sebagai manusia biasa,dihadapkan hal seperti itu otakku buntu,namun terlintas rasa takutku,bahwa ini sebuah jebakan untuk ku,aku kuatir ini tipuan untuk menjerumuskanku. Maka seketika akal sehatku kembali,dan dengan terengah2 aku buru2 keluar,pamitan. Tiara mengejarku,dan memluk tubuhku dari belakang,nyerrr ..darahku berdesir,ketika payudaranya yg dingin dan empuk menyentuh punggungku,sementara terasa gundukan bawah perutnya menekan pantatku..lututku terasa lemas….tapi aku berusaha bertahan.
“ Jangan sekarang….hhhhh….” kilahku,” nanti kita cari waktu.” Lalu tergopoh2 kupakai sepatuku meninggalkan Tiara yg melongo melihat kepergianku.

Setiba disekolah,nafsuku masih menggebu,aku gak lagi konsen, maka terpaksa aku ke WC guru,membuka celanaku,sambil membayangkan yg baru terjadi,dengan nafas memburu kukocok kemaluanku dengan sabun yg ada disana,ooohhh…nikmat sekali membayangkan airmaniku keluar ditubuh putih mulus tiara. Muncratlah air maniku di WC itu.
Setelah keluar,aku masih panas dingin,lalu menemui kepala dan ngobrol dengan pak Idhar kepala sekolahku tentang kejadian barusan,pak Idhar cuma tersenyum,sambil menepuk 2 pundak ku, “ Pa Diros,Pa Diros,…bersyukurlah,bapak terbebas dari godaan syetan “ katanya bijak.
Esoknya,aku ketemu dengan pak Firul,kamipun ngobrol,ketika pembicaraan sampai pada hal itu,dia nampak antusias.
“ Bapak gak mau,rumahnya dimana,emang gak ada siapa2” tanyanya nyerocos.
“ Ya nggaklah pak,saya masih eling,kenapa pak ?” tanyaku heran.
“ Nggak,Tanya aja “ jawabnya sambil tersenyum.
Menjelang istirahat,aku ada keperluan berhubungan dengan kegiatan kesiswaan menjelang MOS,tapi ketika pak Firul dicari tidak ada,seorang Suanta,penjaga sekolah mengatakan pak Firul ke kampung sebelah,aku jadi curiga..jangan2….!!!

Maka aku segera pergi kesana,nampak rumah bu Tari sepi2 saja,ketika kuketuk tak ada yg menyahut,maka kucoba mendorong pintu itu,ternyata tidak dikunci,aku melongok kedalam,namun juga sepi,kucoba masuk dengan hati2,nampaklah sebuah sepatu yg kukenal,sepatu pak Firul….
Maka perhatian kualihkan ke kamar.dan samar2 terdengar suara2 merintih dikamar,jantungku berdebar..kucoba mengintip dari lubang pintu…Astaga pak firul dan Tari nampak sedang berkutat dan sama2 telanjang.
Karena pandanganku kurang jelas,maka kutarik kursi kedepan pintu,dan dari atas pintu kamar jelaslah semuanya….
Aku tak tahu apa yg harus kulakukan,melaporkan kejadian itu atau…mengintipnya..namun setan benar2 menutup hatiku. Aku mengunci pintu luar,lalu meliahat kedapur dan ruang depan,semua terkunci dan tidak ada siapa2…

Maka dengan berdebar,aku naik kekursi….Tari nampak sedang tidur telentang..kedua kakiknya rebuka lebar2..dan dengkulnya diangkat keatas dipegang kedua tanganya merapat ker payudaranya…sementara Firul tengah tertelungkup..kepalanya berada diselangkangan Tari menjilat2 kemaluan Tari…
“ OOOhhhh…ssssshhh…terussss…terusss….” Tari merintih rintih…pantatnya digoyang2kan menyambut jilatan firul.

Firul mengangkat kepalanya,lalu kedua tangannya memnguakan paha Tari semakin lebar,nampaklah vagina tari yg basah kuyup,bibir kemaluanya sedikit menggelambir kiri kanan,nampak panjang saat ditarik2 dan dimainin firul…kelentit tari nampak semakin besar..dan lobang kemaluannya yg amat merah telah benar2 terbuka….tiba2…firul menguakan pantat tari,jarinya nampak mencari2 sesuatu…yg menjadi sasaran firul adala lubang dubur tari,dikorek2nya dubur tari dengan lembut..dan dengan terburu2,firul kemudian mencucuk2kan lidahnya kedubur tari,nampak tari blingsatan,semakin mengerang2 tidak keruan
“ OOOOuuhkkkk…ssssshhhh…enak banggghhettthhh…ssshhhh…” rintihnya…Firul semakinganas menjilat 2 dubur tari,sesekali kelentit tari jadi sasaran,hingga suatu ketika jari kiri Firul nampak menekan dubur tari,dan sedikit demi sedikit memasuki dubur tari,sementara jari kanan Firul memasuki kemaluan Tari,sedangkan lidahnya,tak henti2 menjilat2 vagina dan kelentit Tari.

Semula ketika jari Firul memasuki duburnya,kufikir Tari akan menolak dan memarahi Firul,namun diluar dugaan,Tari semakin menakan2 pantatnya,menyambut semua tekanan di vagina dan duburnya…
“ OOOhhhkkk….terrrrusss…ooohh….” lenguhnya tak henti2. nafsuku sudah tak terbendung lagi…maka dengan nafas memburu tertahan,aku membuka celanaku,dan mencari sabun di WC,namun aku Cuma menemukan shampoo..segera kubawa dan kembali ke kursi. Pemandangan dikamar sudah berubah. Sekarang Tari diatas Firul,dengan posisi 69,pantat Tri yg besar benar2 menghadap kearahku,dibawahnya Firul sibuk menghisap dan menjilat kemaluan Tari,sementara kemaluannya menyerbu keluar masuk dimulut Tari,aku semakin lemas..darahku benar2 mendidih…
“ SSSShhhh….ooohhh..ssshhh…” Tari mengerang berulang.
Firul kemudian berbalik dan Tari masih diatasnya,nampak mengarahkan kemaluan Firul kedalam kemaluanya…aku harap2 cemas diluar,dan ketika kemaluan Firul tepat di tengah vagina Tari,Tari menekannya blessshh…masuklah kemaluan itu sepenuhnya kedalam kemaluan Tari.Tari langsung mengelosoh diatas tubuh Firul,sementara dari mulut mereka keluar keluhan bersamaaan.
“ Oooouhhhkkkhhh…..”
Aku terus mengocok kemaluanku,terasa nikmat sekali,apalagi nampak lubang dubur Tari yg kuncup mekar tiap Tari menekan atau menarik pantatnya,aku terasa seolah ditarik tarik untuk memasuki lubang dubur yg memerah itu.

Tangan Firul tak tinggal diam,yg kiri nampak meremas2 pantat tTari yg membungkah besar,sedang tangan kananya kembali mencari2 lubang dubur Tari,lalu ketika jarinya menemukan ygdicarinya,dicelupkannya telunjuknya didubur Tari,aku yg memperhatikan sambil mengocok kemaluanku,merasa bahwa kem,aluankulah yg memasuki dubur itu….Ooooh nikmatnya. Tari nampak menikmati ransangan hebat di kedua lubang miliknya,rintihanya semakin menjadi2,sementara kepalanya oleng kekiri dan kekanan sambil tengadah dengan mulut terbuka yg tak henti mendesisi2 sepereti orang kepedasan.

Tak berapa lama,tari semakin mempercepat gerakanya,nafasnya semakin memburu,sementara lenguhannya semakin keras dan cepat…
“ OOOOuuh…ssshhh.oooohhh…” pantatnya menyembul2 dalam gerakanya yg semakin menggila,hingga suatu ketika,tubuhnya seolah tersentak,punggungnya melengkung,sementara pantatnya terlihat menekan kuat2 kerah kemaluan Firul,sekujur tubuhnya menegang seolah olah sedang sekarat…
“ OOOouuhhhhhhhkkkkhhhhhhhh….akkku kkkhhhlluaaarrrr…””” erangnya meracau sambil menggigit bibir Firul kuat2…lalu tubuhnya ambruk diatas tubuh Firul. Tari telah mencapai orgasmenya yg pertama.

Firul nampak tenang2 saja,sambil tersenyum ia bangun,dan menunggingkan Tari,dan Tari menurut saja,lalu kemaluannya diarahkan kearah kemaluan Tari,sementara tanganya merengkuh payudara Tari yg menggantung besar,dan sekali tekan blessshhh…kemaluan Firul kembali menghantam kemaluan Tari dari belakang,kembali meraka melenguh bersamaan ,Tari nampak mendongak menerima hantaman Firul,lalu suara desissan seperti orang kepedasan keluar dari mulutnya berulang ulang…rupanya Tari masih menikmati sisa kenikmatan yg tadi,Firul semakin asik mengeluar masukan kemaluannya,hingga nampak busa2 putih menetes dari pinggir2 kemaluan Tari,mungkin sisa2 orgasme Tari yg tadi.

Aku semakin nikmat mengocok2 kemaluanku,dan jujur saja,sebenarnya aku hampir memuncratkan maniku ketika Tari orgasme tadi,tapi aku masih penasaran,sehingga berusaha menahanya walau terasa sudah diubun2…
Tiba2 Firul mengeluarkan kemaluannya,sementara tangan kannannya sibuk menjangkau klitoris Tari dan mengocok2nya..nampak firul setengah duduk,mulutnya kemudian menjilat2 dubur Tari,tangan kirinya menyusupkan jarinya sedikit2 ke lubang dubur Tari,dan diluar dugaanku,Tari semakin menunggingkan pantatnya,sementara mulutnya mendesis desis seperti ular…
“ SSSShhhh….oooohhhkkkk….terusss…oooohhhhkkkhh…” desisnya berulang2.
“ Firul kembali berjongkok,dan mengarahkan kemaluannya persis ke lubang dubur Tari,lalu menakannya sedikit,menariknya lagi,menakan sedikit hingga setengah kepalanya masuk,mengeluarkanya lagi,begitu seterusnya. Efeknya luar biasa,Tari nampak nafsunya bangkit stinggi2nya…nafasnya benar2 memburu,pantatnya semakin tinggi menungging..sementara lubang duburnya nampak semakin merah dan mulai membesar kuncup mekar..dengan nafas memburu,Firul kembali mengarahkan kemaluanya ke lubang dubur Tari..dan dengan sekali tekan blessshhh…masuklah kemaluan Frul memenuhi dubur Tari.

Tari merasakan sensasi yg luar biasa diduburnya,duburnya terasa panas,penuh terganjal dan seperti mau beol,namun terasa hangat kemaluan Firul dan nikmatnya ketika keluar masuk membuat nafsunya semakin tinggi..
“ Oooohhh…terusss…terussshhh…ooohhkkk…” erangnya
Firul nampak terhentak dan diam sejenak,ketika mersakan tubuhnya melayang terbang,tubuhnya terguncang guncang menahan nikmat yg melanda kemaluannya,terasa terjepit sangat kuat oleh dubur Tari,dinding2 dubur Tari mengunci ketat setiap dia menarik dan mendorong kemaluannya…Firul membeliak2 marasakan kenikmatan yg tiada taranya…

Aku yg tidak menduga, tak lagi kuat menahan diri,kemaluanku hampir menumpahkan air mani…terasa nikmat sekali setiap kocokan tanganku dikepala kemaluanku,seolah2 dubur Tari yg memilin2 kemaluanku…namun aku masih berusaha menahannya…
Dikamar Tari nampak mempercepat gerakan pantatnya mundur maju,menyambut setiap sodokan dan hujaman Fairul di duburnya, mulutnya semakin mendesis2,
“ OOOhkkk….sssshhhh….oooohhhh….” rintihnya, dan sungguh ajaib,suatu ketika,Tari nampak mendorong pantatnya kebelakang kuat2 tubuhnya melengkung2 ketas kebawah,sementara duburnya tetap tertancap kemaluan Firul seteguh2nya dari mulutnya keluar geraman seperti orang sekarat…
“ Heuuuueuuueuhhhhkkkkhhh….!” Matanya nampak mendelik2,lalu mengejang kembali seperti tadi,rupanya Tari telah memncapai orgesmenya yg kedua. Dan pada saat yg sama,rupanya Firul tidak sanggup lagi menahan dirinya,Firulpun menekan kuat2 kemaluanya ke dubur Tari,sehingga firul merasa seolah2 kemaluannya menancap ke dasar dubur Tari,tubuhnya melengkung mendekap tubuh Tari erat2,gerakannya terhenti seketika,menikmati kedutan2 du ujung kemaluanya…nikmat tak terhingga…
“ Hooooouuuhhhkkkkhhh…akkkhu keluarrrr “ ucapnya parau,dan muncratlah airmaninya memenuhi lubang dubur Tari,Tari merasakan nikmatnya semburan2 air mani Firul di duburnya,terasa hangat menyembur2 dinding2 duburnya. Vagina dan dubur Tari terasa mengedut2,menimbulkan gerakan mencengkram2 di vagina dan duburnya,hal itu membuat Firul semakin mengeluh2 kenikmatan..lalu keduanya tergeletak lesu dikasur.

Ketika Tari melengkungkan tubuhnya berulang2,aku tak bisa menahan diri lagi,badanku mengejang,dan kemaluanku tarasa semakin nikmat,seluruh darahku seolah2 terkumpul diujung kemaluanku,dan menyemprot2 menjadi air mani yg sangat banyak,lalu mengedut ngedut menyisakan nikmat yg sangat..dan akupun mengeluarkan air mani sambil menjerit lirih tertahan.. “ OOOOOuuuhhh….”
Buru2 aku pakai celanaku,kursi kurapikan lagi,sampho kusimpan dimeja,dan segera keluar,diluar tangaku kubersihkan dengan daun yg ada disekitar,stelah terasa bersih,dan memeriksa celanaku juga bersih,aku mengetuk pintu.

Setelah agak lama,keluarlah Tari,nampak agak lusuh dan berkeringat,kulitnya yg putih nampak kemerah2an karena lelah.
“ Maaf bu,saya ada perlu,boleh masuk ?” tanyaku pura2 tidak tahu apa2.
“ Oh..,eh..iya pak,silahkan !” katanya gugup.
Lalu aku masuk,dan setelah duduk aku perhatikan ia nampak gelisah.
“ Gini bu,jangan kuatir,sya mencari Pak Firul,tadi saya lihat masuk kesini,bisa dipanggilkan bu ?” kataku kemudian.
Dia nampak bingung dan kikuk “ Ehh..eee…iaya…ehh…ooo aada “ Katanya terbata bata.
“ Ya udah,gak apa2 tolong dipanggil ya Bu “ kataku menenangkan.
Tak lama Pak Firul keluar,sambil cengar cengir,lalu mendekatiku,dia bebisik,
“ Maaf pak,saya memanfaatkan,sayang pak “ katanya menyebalkan.
Aku Cuma tersenyum sambil berkata “ Ini pak,ada keperluan untuk MOS,tolong segera dilaksanakan,gimana bisa ?”
“ Ia,bisa pak,” katanya,masih cengar cengir kaya kambing.
“ Baik pak,saya tunggu laporanya,jangan lupa cuci dulu pak “ kataku menyindir. Nampak Tari memerah mukanya,lalu menghampiriku “ Abis bapak gak mau.tadi Bapak ini katanya suruhan bapak ,ya udah..,bapak nanti kesini ya saya tunggu awas lho “ Katanya masih berbisik. Aku cuma tersenyum dan segera pamit. Pa Firul mengoikutiku sambil tetap cengar cengir seperti kuda.


DUBUR PEMBERIAN TEMAN

$
0
0

Setelah 3 tahun aku bekerja sebagai guru di J aku sering menginap disekolah,karena tempat tinggalku jauh di kota B. Ada seorang temanku yg rajin menginap disana,sebut sja namanya Udin, ia punya teman dekat yg sama2 guru dan suka menginap disekolah. Rupanya tanpa sepengathuanku,merak suka iseng2 disekolah,maklum didaerah itu untuk memperoleh permpuan nakal sangatlah mudah,mereka adalah penduduk kampung itu,baik janda,perawa,ataupun yg punya suami,ternyata merka telah hapal benar seluk beluk daerah situ.

Daerah sekitar sekolah kondisi ekonomi masyarakatnya sangat memprihatinkan,mereka terdiri dari buruh garap perkebunan,namun gay hidup mereka tak ketinggalan dengan jakarta. Sehingga demi makan dan pakaian,mereka melakukan apa saja termasuk melayani laki laki,dan anehnya,walau suami mereka tahu dan masyarakat sekitar tahu,mereka seolah2 tidak tahu,berpura pura tidak tahu.

Pada suatu hari,tepatnya Tgl 12 januari 2002,aku menginap disekolah itu,tak ada hal istimewa yg terjadi,kami mengerjakan pekerjaan rutin untuk besok dan menjelang malam aku merebahkan tubuhku dimushola kecil sekolah,hingga ketika aku habis gosok gigi keran pipis,aku kembali rebahan, tiba2 J dan F masuk mushola,dan memegangiku,semula aku fikir merak mau mengisengiku karena dianggap sudah tidur,tapi tak lama kemudian,dari luar muncul sesosok perempuan muda,langsung masuk dan membuka paksa celanaku,dalam keaadan dipegangi,aku agak gugup,malu bercampur kaget,gelisah bercampur aduk,dan tanpa sadar ketika aku berusaha melepaskan diri dari mereka,aku merasakan kemaluanku disentuh sesuatu yg lembut dan hangat,rasanya nikamt sekali,ketika kutengok,ternyata perempuan muda itu tengah mengoral kemaluanku…

Aku terengah2,antara malu,kagok,risih dan nikmat bercamour menjadi satu, tapi kedua temanku tidak bergeming,terus memegangiku,raut wajahnya nampak biasa saja,tidak marah,tidak juga tersenyum…sementara kemaluanku terasa semakin nikmat..semakin lama semakin besar…terasa cairan2 dari dalam tubuhnku mengalir keluar melalui kemaluaku..aku berusaha lepas dari pegangan mereka namun perempuan itu semakin rajin mengeluar masukan kemaluanku dimulutnya..terasa lembut dinding2 mulutnya menyentuh kepela kemaluanku….sementara dari mulutnya keluar desisan2 mengeluh ngeluh…..
“ OOOOhhh…ssshhh…ssshhhh…” katanya sambil terus menghisap2 kemaluanku.
“ Darahku semakin mendidih,jantungku berdebar cepat…sementara kedua temanku dengan paksa membuka bajuku. Walau aku berusaha melepaskan diri,namun pegangan mereka semakin hebat,
Tak lama kemudian perempuan itu membuka seluruh pakaiannya,dan menindihku dengan berbalik arah,kemaluanya yg tak berbulu menderu2 menekan2 wajah,mulut dan hidungku…sementara dadanya yg lembut menekan2 dadaku sehingga aku semakin tidak tahu harus berbuat apa. Mulutnya berusaha memasukan kemaluanku sedalam2nya ditenggorokannya,nampaknya terlatih sekali,aku hampir2 tak dapat menahan diriku,kemaluanku seperti hendak mengeluarkan air mani…
“ OOOUHH…OOOuuhhh…ssshhh…” perempuan itu mengerang2,sementara dengkulnya berada disebelah kiri dan kanan tubuhnku,kemaluanya terasa basah di wajah dan hidungku,terus menggosok2 sambil tetap mengulum2 kemaluanku…

Tidak lama kemudian, dia mengangkangiku,dan menurunkan pantantnya pelan2,lalu membimbing kemaluanku kearah kemaluannya….antara sadar dan tidak aku berusaha mengelak,namun jepitan kedua temanku sangat kuat,nyerrr….darahku terasa bergolak,ketika terasa hangat dan lembut mulut kemaluanya di bonggol kepala kemaluanku…lalu pelan2 dia menakannya sekaligus…..blesss…amblaslah kemaluanku didalam vagina perempuan itu…entah sadar atau tidak, aku mengerang tertahan bersama dengan rintihannya….
“ OOOooouuuhhkkk…ssshhhh” kataku dalam campur aduk rasaku.
“ SSShhhkkkk…sskkkk…ooooohhh…oooohhh…” lenguhnya berulang2 sambil menaik turunkan pantatnya,namun tak berapa lama kemudian nafasnya memburu gerakanya semakin cepat,aku merasa kemaluanku dipilin2 terasa panas dan nikmat sekali,seolah2 sedang membongkar2 sesuatu yg lembek halus dan basah..namun aku Cuma berdiam diri,dan tanpa sadar mendesis2 seperti orang kepedasan.
Tak berapa lama,dia semakin cepat mengeluar masukan kemaluanku di vaginanya,pantanya menyembul2 mengikuti setiap gerakannya,sehingga muncul bunyi2 berkecipak seolah air lengket dalam sebuah lobang yg terinjak, mulutnya mendesis2 semakin cepat..hingga suatu ketika tubuhnya menindihku,dan memeluk erat sekali,sementara pantatnya menekankan kemaluanya kuat2,badanya berkelejat2 beberapa kali dan terasa kemaluanya berkedut2 mengurut kemaluanku.
‘ SSSStt…ooooooouuuhhhkkkkkkkk…akku keluaarrrr…”
Katanya parau,sementara terasa sedikit cairan hangat menyentuh kemaluanku,aku merasa nikmat,namun aku masih bisa menguasai diriku dan tidak mengeluarkan sepermaku.

Diluar dugaan,dia mengeluarkan kemaluaku,dan mengangkat pantatnya,lalu pantatnya dipajukan,dan tanpa diduga,duburnya digese2kan ke mulutku,aku yg tak biasa, merasa sedikit jijik dengan perlakuanya,namun ternyata memiliki sensasi luar biasa,aku semakin terangsang,dia tetap asyik menggosok2 duburnya kemulutku sambil mendesis2..
“Oohhh…jilat..ayo jilat…ooohhhkk…katanya.
Tak lama kemudian dia kembali mengangkat pantatnya,dan membelakangiku,dia berdiri tepat diatas kemaluaku,dan meurunkan pantatnya pelan2,ketika dia menunggingkan pantatnya,tampaklah lubang duburnya yg berkerut2 basah oleh cairan kemaluannya,perempuan itu kemudian meludahi tanganya,dan membasahu lubang duburnya dengan air liurnya,lalu sambil mengurut2 kemnaluanku,tangan kirinya memasukan jarinya ke lubang duburnya sedikit demi sedikit sampai ahirnya semua jari telunjuknya tertelan habis oleh duburnya,dalam keadaankuaku yg terhimpit kedua temanku, jadi benar benar terangsang melihat gerakan perempuan itu,setelah agak lama dia mencolok2 duburnya dengan jrinya,kemudian ia mengambil jariku yg sedang dipegangi temanku,dijilat2nya telunjukku,ternyata,nikmat sekali rasanya,lalu kembali dirahkanya jariku ke duburnya,ia melenguh pendek ketika jariku menembus duburnya,
“ OOOhhhh sayangjhhhh…” katanya,
Aku merasakan hangatnya dubur perempuan itu menyentuh punggung jari dan perut jariku,lembut dan hangat serta menjepit erat jari telinjukku,nikmatnya menjalar keseluruh tubuh dan kemaluanku,lau ia mngeluarkan jariku dan ia mengarahkan kemaluanku kearah lubang duburnya,aku menantinya dengan harap2 cemas…apa yg akan terjadi fikirku…
Rasa hangat langsung menjalari seluruh tubuhku,ketika lubang dubur perempuan itu menyentuh kepala kemaluanku…
“Oooohhh….” Seruku tertahan, duburnya semakin kebawah,semakin kebawah,dan aku merasakan kemaluanku menembus sesuatu yg sangat rapat,lembut dan hangat….oooohhh…nikmaatnyaaa…minta ampun…terasa lututku lemas seketika..aku hanya mengeluh panjang pendek ketika perempuan itu menekan seluruh pantatnya kebawah sehingga kemaluanku masuk seluruhnya kedasar dubur perempuan itu….
“ oouuuhhkkkk….sayang…” serunya lirih…
Ia mulai menaik turunkan pantatnya,dan kemaluanku nampak tersembul sembul keluar masuk,menggasak dubur perempuan itu,aku merasakan tubuhku menggigil..kenikmatan yg belum pernah kuraksakan sedang menguasaiku,kepala kemaluanku seolah olah dijepit sesuatui yg amat ketat,
“ SSSSHHHHH….oooohhhh” tanpa terasa aku semakin merngerang2 setiap kali perampuan itu bergerak..
“ ssshhhh…ssshhh…” sementara ia mendesis desis sambil terus mengeluar masukan kemaluanku diduburnya.

Aku semakin tidak bisa mengontrol diriku lagi,ketika gerakannya semakin dipercepat,rasanya kemaluanku dipilin2 dan remas2 sebuah dinding lembut yg sangat kuat,sehingga aku meracau gak tentu arah,pantatku tak terasa menekan2 keatas menyambut setiap gerakannya, sehingga suatu ketika aku merasakan seuatu di tubuhku menggumpal menjadi sebuah kekuatan yg dahsyat,lalu meluncur kearah kemaluanku, menjadi sebuah kenikmatan yg tiada taranya,badanku tersentak2 dan pantatku semakin cepat menyambut turun naiknya perempuan itu,kedua temanku rupanya mengerti,mereka melepaskan kedua tangan dan badanku,dan perempuan itu betul2 sangat profesional,ia semakin mempercepat gerakannya,remasan2 duburnyapun semakin kerap terasa,menjepit jepit kemeluanku.
Aku tak bisa lagi menahan diriku,sesutu yg mengumpal di kemaluanku lalu meledak,mejadi semburan2 airmaniku didubur permpuan itu,tubuhku seperti melayang,dan seketika mengejang beberapa kali,dan aku meraih pantatnya yg besar, menekankan kemaluanku sedalam dalamnya di dubur perempuan itu,sementara mulutku menjerit tak peduli lagi pada kedua temanku,
“ Ohhhheeeuuuuukkkhhhhh…..euuuhhh…eeeuuhhh…” lenguhku barulang,lalu terasa seluruh tulangku lemah tidak berdaya,sementara kemaluanku menancap seteguh2nya di dubur perempuan itu.
Sebuah kenikmatan yg belum pernah kualami sebelumnya telah melandaku,sangat nikmat.
Perempuan itu cuma tersenyum sambil menatapku yg terengah2,setelah agak reda,ia mencabut kemaluanku diduburnya,lalu menciumku dan pergi ke air.
Ketika kedua tenmanku ku tengok,keduanya cuma cengar cengir,sambil berkata “
Biar kamu tahu kaya apa rasanya dubur,enak kan ?” Tanya U sambil tetap cengar cengir.
Aku Cuma nyengir2 kuda,sambil mengingat kejadian barusan. Wah ada2 saja hidup ini.

Winda pingin bingiid oom..

$
0
0

Bulan Januari Tahun 1992,aku ikut mengajar di sebuah SMA Swasta di daerah Kuningan. Umurku waktu itu 25 tahun,karena tempat tinggalku jauh dari rumah. Maka aku ikut dirumah teman kakaku,
tiap bulan aku membantunya apapun yg bisa saya lakukan,juga dengan memberi tambahan untuk belanja,anggap saja aku ngontrak.

Temanku namanya Johana namun lebih sering di panggil pak Jon,orangnya pendiam,baik wajahnya cukup lumayan,lahir dari keluarga kaya sehingga wjar jika pada saat itu,ketika guru belum pada punya mobil bahkan motor saja jarang, Jon sudah punya motor dan mobil. Istrinya cantik dan putih.

Jon punya seorang anak perempuan kelas 1 SMP ,namanya Winda,wajahnya cantik mengikuti kedua orang tuanya,tubuhnya padat berisi dan kulitnya putih mulus,tubuhnya agak sedang mengikuti ibunya yg tinggi besar,anaknya ramah dan rajin. Termasuk anak yg cerdas,pekerjaanya sehari2 mengutak atik komputer.

Entah setan apa yg merasukiku,kadang aku berfikiran buruk kalau melihat Winda mengenakan pakaian rumah yg pendek dan santai,kadang dengan celana pendek dan kaos singletnya ia ngobrol denganku,seolah sengaja mengundang fikiran2 kotorku untuk menatap lekukan2 tubuhnya yg masih baru tumbuh dan ranum.

Sehingga ketika suatu hari Winda pulang sekolah,bapak ibunya masih ngajar,sedang aku kebetulan 2 hari kosong tidak mengajar,aku tak bisa menahan diri lagi,ketika terdengar suara air di kamar mandi,aku membuka atap kamar dan naik ke para2 untuk mengintipnya mandi. Setelah lama mencari,dari sebuah lubang akhirnya kutemukan pemandangan yg membuatku amat tertegun.

Nampak winda membuka bajunya,kulit tubuhnya yg putih sangat mulus,membuat dadku berdebar2,dadanya yg masih belum terjamah,nampak begitu padat dibalut bhnya,perutnya datar agak besar sesuai ukuran tubuhnya yg sedang,sementara disela pahanya nampak gundukan yg cukup besar tertutup celana dalam putih. Aku semakin tak keruan,apallagi setelah Winda membuka bhnya,nampaklah sepasang payudara yg amat padat dengan puting kehitaman yg masih namapk asli dan terjaga. Jantungku semakin gemuruh,sementara darahku mengelegak menahan berahi,nafasku memburu tertahan. Winda kemudian membuka celana dalamnya,mataku makin melotot melihat kemaluanya yg menggunduk dan sedikit berbulu halus,pahanya cukup besar untuk seorang anak,putih dan mulus.

Aku tahu,kalau nafsuku tak terpuaskan,maka tak akan bisa tidur. Maka aku beringsut,turun dan mencari Handbody,lalu terburu2 naik lagi takut ketinggalan pertunjukan.

Sesampai dilobang atap,nampak Winda sedang mengelus elus buah dadanya sambil menatap kaca,kadang matanya merem,mungkin dia berhayal sesuatu atau mungkin juga sekedar mencuci payudaranya,tapi bagiku hal itu semakin merangsang birahiku,apalagi ketika pelan2 dia mengusap2 kemaluannya,lalu pahanya dibuka lebar sambil duduk dipinggiran bak mandi,aku semakin menggigil,nafasku memburu seperti kuda habis berlari,nampak lubang kemaluanya memerah,dengan kelentitnya yg merah kecoklatan.

Tiba2 dia mengeluarkan sesuatu dari gundukan handuknya,dan astaga….aku kaget setengah mati,rupanya Winda membawa buku porno,ia nampak terpesona dengan gambar2 kemaluan laki2 yg sedang melakukan persetubuhan dengan bernbagai gaya.

Jarinya kemudian naik turun menggosok2 kelentitnya,kadang jarinya dimasukannya sedikit ke dalam kemaluannya,dikeluarkan lagi, mulutnya mulai mendesah2,
“ SSShhh…ooohhhh…ssshhh…ooohhh..” desahnya,nampak dia menikmati setiap rabaan yg dilakukan di kemaluanya.

Aku segera melumuri tangan kananku dengan Hanbody,dan kontol yg sudah demikan keras dan meneteskan cairan madi itu segera kukocok2,nikmat sekali rasanya sambil menatap pemandangan indah dibawahku. Hayalanku semakin tinggi membayangkan bersetubuh denagn Winda.

Hingga suatu saat,seolah mengerti fikiranku,ia membalikan tubuhnya,kaki sebelah kanan diangkat dengan lutut bertumpu pada bak mandi,sedang kaki kiri masih berdiri lurus,kepalanya terdunduk kedepan sehingga pantatnya mencut kearahku…nampaklah pemandangan yg sangat indah dan tak pernah kuduga, pantatnya yg ranum dan padat mengarah kepadaku dengan lubang dubur yg kemerahan berkerut2,sementara dibawahnya kemaluannya nampak terbuka karena kakinya benar2 terkangkang.

Tangan kirinya memegang buku porno itu,dan nampaklah gambar pantat seorang perempuan yg sedang mendiduduki laki2 dengan kemaluan yg besar menacap didalam kemaluan perempuan itu. Rupanya Winda meniru adegan tadi sambil berkhayal.karena tangan kananya namapak muncul dari bawah perutnya,mmeraih kemalunya dan engosok2 kembali kelentitnya sambil tetap menungging.

Ia kembali merintih2 “ Oooohhh…ssshhh…enak sekali…winda pingin kontol ooohhh…” rintihnya berualang2.
Nampak belahan pantatnya menggaris membagi kedua pantatnya menjadi dua bergoyang2 kedepan kebelakang menciptakan kenikmatanya sendiri. Aku tak bisa menahan diri lagi,kepala kemaluanku terasa nikmat sekali,nafsuku sudah sampai puncaknya…dengan nafas memburu tertahan,kupercepat kocokanku,sambil memandang lubang dubur Winda yg kuncup mekar ketika dia nenggosok2 kelentitnya.

“ Ookhhh…ssshhh…win….ooohhh…” desisku meracau…” ennnak winhh….”
Aku merasa nikmat memandang dubur Winda,seolah2 aku berada disana dengan kontol menacap di dubur Winda.

Tiba2 winda memepercepat gerakannya,desahanya semakin cepat,pantatnya bergetar semakin cepat..hingga suatu saat,sambil matanya nanar memandang gambar itu,tubuhnya mengejang…
“” sssshhh…ooohhh…ennnhhaak banggeeethhh…..ooohhhh…”
rintihnya parau…lalu tubuhnya diam. Barusan Winda merasakan sesuatu yg sangat dahsyat telah menimpa dirinya,terutama daerah kemaluannya terasa sangat nikmat,dirinya seolah terbang,melayang dengan kenikmatan yg tak sanggup dilukiskan dengan kata2.

Aku tak menduga winda yg baik,pintar dan masih Kls 1 SMP telah melakukan mastrubasi dan telah mencapai orgasmenya,sehingga ketika tubuhnya melengkung2 sambil menjerit2..aku tak bisa menbendung kenikmatan di kepala kemaluanku…akupun mengejang dan menyemprotkan air mani ke dasar langit2 yg tepat berada diatas Winda,nikmatnya tak terkatakan.
‘ Winddhaaaa……oooooouuhhhhhhhhhhh….” Erangku panjang sementara kemaluanku berkedut kedut memberi rasa nikmat kesetiap ujung syarafku.

Nampak dibawah Winda,kembali mandi seperti tidak terjadi apa2. Ia bernyanyi2 kecil sambil menguyur seluruh tubuhnya. Melihat itu aku yakin,ini bukan pertama kali Winda lakukan.

Akupun segera kebawah dan keluar dari kamar,membersihkan kemaluanku lalu duduk di ruang tengah sambil menonton TV.

Tak lama kemudian, Winda keluar dari kamar mandi dengan bekain handuk,namun atasnya sudah mengenakan kaos.

“ Wah asyik bener nih yg mandi, ada apa nih lama banget mandinya !” tegurku sedikit menyindir.
“ Yeee…namanya juga mandi,ya harus bersih “ jawabnya mengemaskan,sekilas nampak semu merah diwajahnya. Lalu berlari ke kamar.

Selanjutnya,aku menjadi sering mengintip Winda mandi,bahkan sekarang ada bonus,karena aku juga dapat menikmati tubuh mulus istri sahabatku,Bak Tias. Maka aku semakin betah tinggal dirumah sahabatku. Walau ada rasa bersalah,namun itu membutakan hatiku.

Suatu malam,Jon harus menjemput istrinya yang sedang diklat di bandung,tentunya harus menginap satu atau 2 hari,karena ia menitipkan Winda kepadaku,aku menyanggupinya untuk menjaga Winda.

Seperti biasa kami nonton TV sehabis Winda belajar,lalu kami ngobrol yg ringan2 tentang temannya,pelajaran dll.

Setelah itu kami tidur,namun aku sulit memicingkan mata,sehingga aku keluar kamar,dan tiduran di depan TV dengan menggunakan kain sarung aku
Menonton TV sambil menanti kantuk.

Ketika kantuk mulai datang,aku tak sadar mulai memejamkan mata,dan TV masih menyala.
Tak lama kemudian,antara sadar dan tidak aku mendengar pintu kamar Winda dibuka,lalu tak lama terdengar suara air disiramkan di WC. Oh,Winda ke air fikirku. Tak lama kesdaranku mulai kembali walau tidak sepenuhnya,Winda nampak berjalan melewatiku,kemudian memperhatikanku,lalu memperhatikan TV yg menyala.

Lalu ia mendekati wajahku,memperhatikanku,sambil mengambil remote ia bicara kepadaku.
“ Om Di,TVnya Win matikan ya,gak ada yg nonton.”
“ Aku malas menjawab,dan tetap memejamkan mata. TV kemudian mati,Winda kembali ke kamarnya.
Namun tak lama kemudian aku mendengar kembali langkah Winda mendekatiku,memperhatikanku sejenak,kembali lagi ke kamar.

Aku kembali memejamkan mata karena terasa kantukku mulai berat. Tapi kembali aku mendengar suara langkah Winda mendekatiku,aku jadi penasaran,dan sedikit membuka mataku…nampak Winda duduk mengahdapiku dan menatap wajahku,ada ke kuatiran di wajahnya..
Lalu tanganya menyentuh tanganku,dan menggoyangkannya…
“ Oom…oom…” katanya,aku yg dilanda penasaran,membiarkanya dan pura2 tertidur,setelah 2 kali menyentuh dan membangunkanku,Winda terdiam beberapa saat. Lalu tanpa diduga,tangan anak sahabatku yg masih kencur itu dengan bergetar menyentuh bagian tengah tubuhku yg terbungkus sarung. Sehingga tak ampun lagi…aku bergetar hebat menerima sentuhannya yg halus dan nampak sangat hati2 itu.

Melihatku nampak pulas,Winda semakin berani meremas2 kemaluanku…nafasnya mulai tak teratur,sementara badanya terasa menggigil dan sangat panas. Kelihatanya,ia amat terangsang tapi takut ketahuan,persis sama denganku setiap aku mengintipnya mandi.

Lalu disibakannya kain sarungku,sehingga bagian tengah tubuhku yg hanya bercelana dalam terpampang dihadapan Winda. Aku berdebar2 manati kejadian2 berikutnya yg akan menimpaku. Nampak Winda menarik nafas dalam2,nafasnya semakin memburu tertahan2,lalu dengan hati2 ia mulai menurunkan celanaku,aku pura2 mengigau sambil mengangkat pantatku mempermudahnya menurunkan celanaku,ia aga kaget dan ketika celakau tertarik kebawah,ia menarim tangannya,namun ketika aku kebali diam,nafasnya terdengar semakin cepat,tangannya kembali diulurkan dan aku merasa dengkulku lemas ketika tanganya menyentuh kepala kemaluanku,terasa bergetar hangat dan nikmat. Namun aku berusaha menahan diri…menanti tindakan winda selanjutnya.

Winda muali mengelus2 kemaluanku dengan nafas tertahan2,sehingga kemaluanku semakin besar dan keras…nampak Winda tak lagi mampu mengontrol dirinya,ia membuka celna dalamnya dan menggosok2 kemaluanya dengan tangan kirinya,sementara tangan kanannya mengocok2 kemaluanku tak beraturan,mungkin dia belum terbiasa atau gugup dengan apa yg diperbuatnya…lendir2 kemaluanku mulai berleleran ditangan anak SMP kencur itu…badanku menggigil menahan nafsu dan nikmat yg tiada taranya….
Hingga suatu ketika,aku merasakan hangat dikemaluanku,nikmatnya semakin menjadi2,terasa seperti hendak keluar air maniku…rupanya Winda memasukan kemaluanku kemulutnya..dan mulai menjilat2 kepalanya dengan hati2…semantara nafasnya kian memburu..desisannya terdengar halus ditelingaku…

“ Oooohhhh…sssshhhh…….ooohhhh…” katanya,ketika kubuka sedikit mataku, nampak Winda setengah telanjang baju atasnya sudah terbuka semua,Bhnya nampak dibuka keatas,sedang roknya tersingkap lebar dan celana dalamnya entah dimana, ia bersimpuh dipinggir tempatku tidur,sementara kepalanya terangguk2 mengulum kemaluanku,dan tangan kirinya mengocok2 vaginanya. Ingin aku merengkuh kepalanya dan menekan2 kepala itu agar kemaluanku masuk mengisi tenggorokanya…oooohhh..nikmatnya.

Namun aku tetap pura2 tertidur,berusaha mengatur nafasku agar dikira benar2 tidur,walau sebenarnya badan ku gemetaran dan sangat terangsang…

Sedikit2 tagan kiri Winda meraih tangan kananku,lalu disodorkannya tanganku kekemaluanya dengan hati2.
Deg…jantungku seperti mau copot saat menyentuh kemaluan gadis kecil itu,terasa amat empuk ,lembut dan hangat,cairanya sudah basah kemana mana.
“ OOOOOHHHKK….” desahnya pelan tertahan2,lalu pantatnya mengeser2 menggesekan kemaluannya ditanganku sambil tetap mengulum2 kemaluanku.
Aku selalu memimpikan Winda akibat selalu mengintipnya,tapi hal ini tak pernah terfikir akan kualami,sehingga seolah mimpi jadi kenyataan. Aku tergontai2 dihentak2 pantat Winda yg terus menggosokan kemaluannya ditanganku.

Lalu dia menghentikan kulumannya,aku sedikit membuka mata,ternyata,Winda berjongkok diatas wajahku,paginanya diarahkan langsung kewajahku,dan dengan hati2 ditekannya pantanya sehingga vaginanya menyentuh mulut dan hidungku. Aroma Vagina Winda menyentuh hidungku,sehingga aku semakin tak kuasa menahan diriku. Ia mendesah2 diatasku dengan sangat hati2. Dengkulnya terlihat gemetaranmenyangga tubuhnya yg bergerak maju mundur diwajahku.
“ SSShhhhh….oooohhhhh….sssshhh..oooohhh..” desisnya berulang.
Setelah agak lama ia seperti itu,lalu pantatnya turun dan kemaluannya nampak diarahkan kepada kepala botak yg teracung diselangkanganku.
Aku semakin terkesiap dengan kelakuannya,nafsku semakin berat manahan nafsu. Lalu dengan nafas tertahan2,ia mulai menurunkan pantatnya.
“ Oohhh…oooommm.” Katanya lirih ketika mulut kemaluanya yg hangat mulai mnyentuh kepala kemaluanku. Dengan hati2 lalu ditekannya pelahan2,aku merasakan kemaluanku tertekan kebawah dan terasa agak sepat sulit menmbus vagina Winda. Winda terlihat meringis,
“ Oohhh…perrrih…sssshhh…” tapi kembali ditekannya pantatnya sehingga kemaluanku msauk setengahnya,

“ Aku tak kuasa menahan diri lagi merasakan nikmat yg menyelimuti kemaluanku,hangatnya dinding2 vagina Winda terasa mencengkram kemaluanku kuat2 dan‘ keluarlah lenguhanku tertahan…
“ MMmmmmhhhhh……” Winda agak tersentak dan menghentikan tindakannya,lalu duduk disampingku dengan wajah harap2 cemas.
Tapi ketika melihatku tak bereaksi,ia kembali mengangkangkan pahanya diatasku dan memasukan kemaluanku yg sudah berdenyut2 tak keruan kedalam vaginanya semakin hati2,sementara cairanku dan cairan Winda yg membanjir telah menyelimuti kepala kemaluanku..

Maka untuk tekanannya sekarang ini,amblaslah kemaluanku dalam lubang vagina Winda,diringi eranganya yg tertahan itu.
“ Aa…aaa….uuuhhhhkkk…ssshhhh….” lalu ia tampak tersentak dan menghentikan gerakannya,nafasnya semakin memburu,badannya bergetar hebat,seolah dia telah menyelesaikan sebuah misi,ia bernafas lega dan terdengar ia menghirup nafasnya dalam2. Winda telah merasakan sesuatu yg belum pernah dirasakanya,tubuhnya seperti terbang,melayang dan ia mersakan nikmat yg sangat hebat memenuhi kemaluannya diantara rasa pedih dan perih yg menyerangnya ketika seluruh kemaluannya ditembus kemaluan laki2.

Akupun seperti hilang akal,ketika seluruh kemaluan Winda menelan habis batang kemaluanku,aku Cuma menggigit bibir sambil mengempotkan pantatku,sebuah kenikmatan yg dahsyat meng uli uli kemaluanku akibat jepitan lembut dan hangat kemaluan Winda yg begitu ketat menjepit batang kemaluanku…

Dan aku semakin nikmat ketika Winda mulai menaik turunkan pantatnya diatasku,dengan pelan dan hati2 ia menghujam hujamkan kemaluanku menembus memeknya yg masih berbulu halus itu.

Terasa kemaluan Winda semakinbecek dan gerakanya semakin lama semakin lancar,kakinya semakin bergetar menahan bobot tubuhnya untuk tidak menekanku,mungkin kuatir membuatku bangun.
Rintihanya semakin cepat walau tetap ditahannya,buah dadanya yg keras dengan putting yg tercung, nampak terguncang2 seiring dengan gerak naik turun tubuhnya.
“ SSShhhh…..sssshhhh…oooookkkhhhh….sssshhhh….ssshhhhh..ommmhhh… ennhhaaakkkkk ooommmmhhhh…ssshhh…”

Andai aku gak pura2 tidur ingin rasanya mengulum dan meremas2 buah dada yg ranum itu.
Winda tampak semakinasik dan menikmati setiap hujaman2 kemalunku membus tubuhnya,hingga suatu ketika, pantatnya bergerak semakin cepat,dan tiba2 tubuhnya mengejang berkelejat2 diatasku,kedua lututnya luruh dikiri dan kanan tubuhku,berat pantatnya seutuhnya menimpa tubuhku,ia menekankan kemaluannya sekeras2nya sehingga seluruh kemaluanku tertancap seteguh2nya ke dalam lubang kemaluan Winda.
‘’ OOOggghhh…hhhheeeuuuuuu….kkhhhh…oooommhhhh….” jeritnya parau,lalu tubuhnya lemas namun tetap tertahan oleh kedua tanganya di kiri kanan bahuku.
Sudah sejak tadi aku menahan nafsuku,walau terasa maniku telah terkumpul di kepala kemaluanku namun aku tetap menahan diri,tapi ketika Winda mempercepat gerakanya,aku tak sanggup lagi bertahan,badanku menggigil,dan tanpa sadar aku menggeram sambil sedikit mengangkat pantatku keatas.
“ MMMMMMhhhhhhhhhh….” Badanku mengejang berbarengan dengan melengkungnya tubuh Winda diatasku,lalu kemaluanku menyemburkan cairan2 nikmat yg sangat banyak menyiram rahim gadis kecil itu,terasa ada kedutan2 yg teratur dari vagina Winda meremas2 kemaluanku ketika cairan sepermaku,terkuras habis oleh mulut Vagina yg kecil itu,hal itu memberi kenikmatan tambahan sebelum kemaluanku mengecil dan nafsuku menyurut.

Beberapa saat kemudian,setelah rasa nikmatnya mereda Winda mencabut vaginanya dari kemaluan sambil meringis,plok…keluarlah kontolku berlumuran airmani,sebagian sudah encer dan keluar dari vagina winda menetes klantai,Winda turun dari tubuhku,dan setelah menutup tubuhku,ia menciumku,lalu tertatih tatih pergi ke kamarnya.

Aku termenung,mengingat kejadian yg aneh,nikmat,dan membingungkan itu.
Sampai akhirnya besok paginya,Ketika aku bangun Winda sudah tampak siap mau berangkat sekolah,sedang sarapan dengan rambut basah .

Aku ke kamar mandi cuci muka dan gosok gigi,ketika keluar Winda yg nampak kikuk,berpamitan padaku.

“ Om Winda berangkat dulu ya. “ katanya mencium tanganku.
“ Ya sayang,hati2 dijalan “ balasku sambil tersenyum,wajah Winda nampak memerah mendengar sebutan “sayang” dariku yg tidak biasanya.
Lalu aku merengkuh pundaknya mengandengnya keluar,sambil jongkok aku kembali berbisik ditelinganya “ Om pengen kamu hati2,jangan ngelamun ya sayang,gih sono berangkat !“

Ia nampak senang dan menganguk,lalu berjalan keluar dan berbalik menengok lagi sambil tersenyum. Aku jadi blingsatan sendiri kaya anak kecil.

Sejak saat itu Winda menjadi kekasih kecilku,dan aku benar2 menyayanginya.

Bunga suka main belakang

$
0
0

Tahun 2004 saat umurku 38 tahun, aku pindah mengajar ke kota C,tujuannya agar lebih dekat dengan rumahku. Saat pindah ke C aku jadi Wali kelas di kelas 3 SMP A.
Kebetulan pula menjabat sebagai pejabat penting disekolah tersebut. Selain itu aku tetap mengajar.

Ada seorang siswa dari kelas 3. yg sangat cantik, tubuhnya yg tinggi besar dengan badan padat berisi nampak kontras dengan usianya yg masih 15 tahun,betisnya yg bak padi bunting benar2 sekal,sementara wajah dan tubuhnya benar2 mirip Revalina S. Temat. Bahkan tahi lalat di pipinya persis tepat seperti Reva. Saking miripnya,teman2nya menyebutnya Reva.

Setiap dia tersenyum,manisnya minta ampun, sehingga aku dibuatnya pusing tujuh keliling.
Aku sangat menyukai anak tersebut,namun anaknya sangat tertutup dan pendiam. Bahkan dia jarang keluar kelas walau sedang istirahat,untuk jajan saja ia selalu menyuruh temannya yg membelikan.

Semakin lama kuperhatikan,anak ini terlihat bermasalah,sering bolos,jarang masuk,dan sangat tidak bertanggungjawab. Suatu hari orangtuanya kesekolah dan meminta bantuan untuk menangani masalah anak ini,menurut mereka, sebut saja anak ini Bunga,ternyata sering pergi dari rumah,kadang beberapa hari menginap dirumah temannya,atau diam dirumah mengurung diri, tanpa mau berangkat sekolah dengan tanpa alasan samasekali. Orang tuanya bingung,mau dikerasi takut malah lari dari rumah,tidak dikerasi malah semau gue,ditanya baik2 dengan halus tidak pernah mau terbuka.

Sebagai wali kelas, aku punya kewajiban untuk meluruskan Bunga,maka kupanggil anak itu,tapi ketika datang,ia selalu ditemani temannya dan tidak mau diinterogasi sendiri. Sampai 3 kali aku panggil,dia tetap seperti itu,sampai yg ke 4 kalinya terpaksa dengan agak keras temannya disuruh keluar ruangan.

Dengan lembut dan ber empati, aku berusaha mengorek keterangan tentang masalah yg dihadapinya,namun ia benar2 tertutup. Yang dilakukaknya cuma mengangguk dan menggeleng,sehingga terpaksa kuhentikan.

Berikutnya aku panggil lagi pada hari yg lain,dan nampak mulai ada perubahan,ia tidak lagi ditemani temannya,namun tetap masih tertutup,bedanya mulutnya mulai terbuka,”ia” dan “tidak”.

Pada pertemuan ke 6 ia sudah agak berbeda,mulai memberi alasan,dan sedikit terbuka,dan setiap kali dia tersenyum aku jadi blingsatan sendiri menatap mata dan senyum manisnya itu,sungguh senyum yg amat manis,dan suara tawanya benar2 merdu ditelingaku. Aku sudah mabuk kepayang dengan anak ini.

Kucoba mengunjungi rumahnya,sebuah rumah besar,dengan peralatan lengkap dan serba bagus, serta sebuah mobil memberinya fasilitas yg baik bagi dia dibanding teman2nya yg lain.

Orang tuanya sangat gembira dengan kehadiranku,dan cerita banyak,bahwa sejak Bunga ngobrol dengan Pak “D” ia mulai berubah walau tidak terlalu banyak,dan sering cerita tentang baiknya Pak “ D “ katanya. Aku Cuma tersenyum,dan ngobrol ngalor ngidul,sehingga keadaan keluarga itu dan Bunga semakin kuketahui.

Setiap bertemu,baik sebelum mengajar ataupun berpapasan dijalan,aku selalu menyapanya dan pura2 menanyakan sesuatu,sehingga ia menjadi dekat dan akrab denganku. Nampak mulai berani membuka diri.

Sehingga pada panggilan ke 7, aku berusaha menjadi anak seusianya dan mengikuti alur hidup mereka,dan dengan bahasa mereka aku mulai mengorek kembali keterangan tentang penyebab ia bermasalah,dan terbukalah…,bahwa penyebabnya adalah rasa kecewa Bunga terhadap orangtuanya yg membeda2kan kasih sayang diantara anak2 mereka. Orangtua Bunga ternyata meninggalkan Bunga sejak kecil sendiri disini bersama nenek kakeknya,dan yg menemuiku atau yg ada dirumahnya sewaktu aku berkunjung adalah kakek neneknya,sementara ke dua Orangtuanya di Jakarta bersama adik dan kakaknya,sehingga Bunga merasa terbuang. Sebagai protesnya,ia berbuat semau gue,temperamental dan bersifat menguasai.

Dalam pertemuan inilah,aku menasihati Bunga,bahkan tanpa sadar mengucapkan bahwa sayang jika orang secantik Bunga hidupnya harus hancur tanpa masa depan,gara2 Drop Out,bahkan Bapak saja mau melakukan apa saja untuk mendapatkan Bunga ,ujarku waktu itu.

Bunga jadi bertanya sambil tersenyum.
“ Bohong…gak mungkin..,apa ia “ tanyanya kaku.
“ Ia,benar sekali,kamu cantik banget,sayang kalo bodoh dan gak tamat SMP kan ?” tanyaku berbalik.

Bunga Cuma tersenyum,lalu ia menyanggupi untuk berubah,aku meminta nomor Hpnya dan memberikan nomor Hpku. Ia setuju,dan sejak saat itu kami sering berhubungan via sms,sekedar bertanya kabar,dimana,sedang apa.

Lama2 aku kadang iseng,menyampaikan kesukaanku padanya dengan bahasa yg puitis tapi nggak berlebihan,rupanya Bunga senang,ia menyambutku. Dan ketika aku memanggilnya untuk ke 8 kalinya,Bunga benar2 terbuka,ketika kutanya suka padaku atau nggak,Bunga menunduk dan menggangguk sedikit sementara pipinya memerah,aku segera menetralisirnya dengan mengungkapkan semua tentang hal2 positif Bunga sebagai siswa,dan sebagai anak bagi kakek neneknya.

Semenjak itu kami mulai smsan,seperti layaknya sepasang kekasih.
Ternyata Bunga orangnya sangat romantis walau tertutup,namun sangat keras dan tidak mau didikte.

Pada saat disekolah hubungan kami biasa saja,sebagai guru dan murid,hanya pada saat sms kami menjadi sangat dekat dan romantis. Bunga tk ragu2 sms begini.

“ Hai Pa D,kamu dimn? Bunga Syaaank… bgt ma Pa D. “

Aku jadi kaya ABG,menanggapinya dengan penuh antusias dan tentu saja senang bukan main.

Bunga semakin dekat denganku apalagi setelah pada saat ulang tahunnya,didalam kelas dan didepan sahabat2nya,aku mempersembahkan sebuah lagu ciptaanku diringi keyboard yg isinya tentang persaanku padanya dan tentang dia,dia nampak sangat bahagia. Ketika dia meniup lilin,tanpa kuduga Bunga mencium pipiku sambil mengucapkan terimakasih.
Lalu sambil memotong kue ulangtahunnya,ia berkata …

“ Bunga suka banget lagunya,..Gw banggeeeet lho..” katanya padaku,aku senang dengan keberhasilanku. BGT menjadi semakin lengket.

Pada suatu saat ada kegiatan keluar dari sekolah menngunakan bis,dan sebagai wali kelas aku adalah pembimbing kls 3.3. Pada saat berangkat ( kebetulan jalan malam ),menjelang pertengahan jalan nampak Bunga menangis disamping NN teman dekatnya,aku mencoba mengetahui apa yg terjadi,tapi tak mendapat keterangan apa2.
Kucoba melalui hp sms menanyakannya,namun tak ditanggapi. Akhirnya aku beranikan diri,meminta NN untuk pindah duduk,dan aku disamping Bunga,awalnya Bunga menolak keras,dengan marah mengusirku,sifat temperamennya benar2 keluar,tak peduli aku guru,bahasanya sangat ketus dan kasar,tapi setelah aku menenangkannya dan NN juga menyarankan curhat,Bunga menerimaku di samping tempat duduknya.

Anak2 di bis itu sangat riuh rendah berteriak kesana kemari sambil bercanda2 denagn temannya. Namun mereka tidak acuh dengan yg kulakukan,karena beberapa orang guru juga duduk berdampingan dengan beberapa siswa atau siswi lainnya. Mungkin mereka anggap itu hal biasa,sekedar hubungan guru dan murid.

Ketika aku duduk disisi kanan Bunga ia tidak bereaksi,ketika kutanya dengan hati2, ia tidak menceritakan apa2 tentang penyebabnya menangis,ia hanya menyenderkan kepalanya kepadaku sambil menutupinya dengan jaket. Jujur saja,aku bahagiaa….dunia akherat he.he.he.. wangi tubuhnya menusuk2 hidungku,sehingga tanganku memeluk tubuhnya,dan tangan kiriku mengusap2 bahu kirinya sambil terus memberinya nasihat.

Ia mulai tenang dan semakin menyenderkan tubuhnya,hingga akhirnya kepalanya luruh dipangkuanku. Tanganku menjadi turun mengelus punggungnya,namun sial…kaus yg dipakainya ternyata sangat pendek,sehingga tanganku menyentuh kulit punggungnya yg halus dan empuk. Tak ayal jantungku berdebar tak menentu mersakan sesuatu yg lembut di tanganku,darahku seperti mendidih,dan terasa tubuhku menggigil.

Rupanya Bunga menggunakan pakaian model sekarang,kaus pendek dan celana yg atasnya pendek . Bunga membiarkanku melakukan itu,nampaknya dia juga menikmatinya,namun ia pura2 tertidur. Karena ketika tangan kiriku bergerak kebawah,menyentuh dan meremas pantatnya,terasa hela nafasnya memburu. Aku semakin berani,sementara darahku semakin mendidih,tubuhku terasa panas dan kuturunkan tubuhku sehingga menjadi setengah telentang dijok tersebut.

Tanganku sedikit2 bergerak kedepan,mengelus perutnya,terasa jantungnya berdebar dipahaku,ia tak bergerak,bahkan tangan kirinya yg melintang bersidakep didadanya,semakin keatas seolah memberi ruang agar aku bergerak lebih leluasa. Aku semakin nekat,tangan kiriku bergerak naik,dari perut mengelus makin keatas dan ketika menemukan gundukan daging yg terbungkus BH,kucoba meremasnya,terasa…Bunga menghela nafas dalam2,tanganya yg tertutup jaket semakin naik.

Maka dengan dada berdebar debar, kuberanikan memasukan tangan kiriku ke balik Bhnya,Nyeerrrr….aku terhenyak,ketika tangan kiriku menemukan gundukan daging lembut yg sangat kencang dengan puting yg teracung. Sementara,kudengar Bunga mendesis tertahan sambil tetap pura2 tertidur.

Anak2 disekitarku mulai sepi,mereka mulai tertidur karena jauhnya perjalanan. Aku semakin sibuk meremas2 payudara Bunga kiri kanan dan memuntir2 putingnya yg semakin mengeras dengan lembut,Bhnya sudah terangkat tak lagi menutupi payudaranya.

“ Hhhhhhhhh….hhhhhh….hhhhhh” Bunga menghela nafas tertahan,terasa semakin tak teratur,tangan kanannya yg semula menyilang didadanya,sekarang memeluk paha kiriku,terasa jarinya meremas dengkulku tiap kali kuremas payudaranya. Hal itu semakin membuatku berani, maka sedikit demi sedikit,dengan pelahan kuturunkan tanganku mengelus perutnya,turun kebawah mengelus bawah perutnya,nafas Bunga semakin memburu,tanganya semakin erat meremas dengkulku.

Ketika tanganku sampai ke gundukan daging yg terbungkus celana dalamnya, nafas Bunga semakin tidak keruan,namun celanannya menyulitkanku untuk bergerak. Terpaksa aku mengelus2nya dengan susah payah. Namun,karena terlihat BGT menikmatinya,aku nekat,kubuka kancing dan resleting yg celananya dengan perasaan berdebar karena takut sementara kemaluanku terasa semakin besar,mempersempit celanaku. Tapi Bunga tetap tak bereaksi.

Akhirnya,dengan nafas lega..kuelus bawah perut Bunga dengan leluasa, dan dengan mudah jariku masuk kedalam celana dalam Bunga…Serr…darahku naik ke ubun2…ketika gundukan daging Bunga yg lembut sepenuhnya dalam genggamanku,ternyata kemaluan Bunga tidak berbulu samasekali. Berdenyutlah kemaluanku dan semakin mengeras memenuhi celanaku. Sekarang kedua tangannya memeluk pahaku,dan meremas dengkulku semakin keras.

“ HHhhhhh…HHH…hhhhh…” nafasnya semakin tertahan tahan,namun semakin memburu. Dan ketika kucoba menguak celah vaginanya, Bunga tak lagi mampu menahan birahinya, ia mulai mendesis desis,sementara sikutnya menekan nekan kemaluanku seperti tidak sengaja,aku menjadi semakin menikmati pekerjaanku,kemaluanku semakin terangsang.

J ariku semakin masuk menggelitik Vagina Bunga,terasa vagina Bunga benar2 basah,semakin ku kucek2 kelentitnya semakin kencang desisan Bunga. Aku perhatikan sekeliling,dalam bis yg sepi anak anak telah benar2 tertidur,suasana remang2 membuatku semakin leluasa. Cuma sesekali sinar lampu jalan menyinari kami.

Melihat situasi ini,tangan kananku bergerak cepat,membuka resleting celanaku,dan dengan susah payah keluarlah kontolku yg sudah berleleran lendir karena menahan nafsu.
Kuangkat kepala Bunga tepat diperutku,sehingga kemaluanku sekarang berada diantara kepala dan pangkal tangan kanaanya. Namun Bunga tidak melakukan apa2,ia hanya menyentuh2kan pangkal lengannya seolah tidak sengaja,namun itupun membuatku merasa nikmat,ketika kulit lenganya menyentuh2 kepala kontolku,seolah aku dikocok2.

Aku semakin leluasa mengocek2 vagina Bunga karena cairannya semakin banyak,maka kucoba menyusupkan jari telunjukku semakin dalam. Bunga mendesis tertahan sambil merenggangkan pahanya ,dan …cluuupppp….masuklah seluruh jariku kedalam vaginya
“ MMMhhhh…ooookkkhhh…hhhh…..” desis Bunga dibawah kurungan jaket. Namapaknya,nafsu sudah sangat menguasainya. Maka kuberanikan diri mendorong kepalanya agar menyentuh kontolku,kupegang tanganya untuk menggengam batangku yg teracung2. Bunga mengeluh kenikmatan,ketika batangku sepenuhnya dalam genggamannya. Aku berani bertaruh,ini adalah pertama kalinya dia menyentuh kontol laki2.

Namun tanganya cuma menggenggam batangku dan sesekali setiap ada guncangan mobil ia meremas kontolku pura2 tak disengaja,sehingga terpaksa kubantu menggenggam tangannya dan menaik turunkan tangan itu agar mengocok kemaluanku. Ia menurut,dan mulai mengocok kontolku…aduuhhh nikmatnya dikocok anak SMP yg badannya sesuai kriteriaku,cantik dan baru mengenal kontol…wah sensasinya tak ada duanya…

Sekarang lengkap sudah,aku mencolok2 vagina Bunga sambil menikmati kocokan dikemaluanku…rasanya seperti terbang…nikmat tak terkatakan.

Lama kami berbuat begitu,kontolku semakin basah,demikian pula vagina Bunga,terasa jariku basah kuyup didalam lubang vaginanya. Terasa ada desakan yg menuju ke ujung batangku…darahku semakin mendidih..dan aku mendesah desah tertahan…

“ SSssshhhh….teruuusss sayang…..terusss….” desisku sambil terus mengocok vagina dan kelentit Bunga,nampak pantat Bunga bergerak naluriah,mulai menyambut setiap colokan jariku di Vaginanya. Bunga sudah dibawah kendaliku,maka kupajukan kepalanya,kupegang tanganya yg menggenggam dan mengocok kemaluanku,lalu kuarahkan kemulutnya…

“ Isap sayang…please isap ya..” bisikku ditelinganya. Nampak ia penasaran,kuarahkan kontolku makin dekat dan sambil menekan pantat keatas kutarik tanganya dari kontolku, dan nyerrr….darahku bergolak,dengkulku benar2 terasa lemas ketika hangat mulut anak SMP yg cantik itu,mengemut kontolku. Namun aku kaget stengah mati ketika dia mengeluarkanya tiba2.
“ Kenapa..? “ tanyaku dongkol.
Ia membuka jaket yg menutup kepalanya lalu menatapku.
“ Asin….” Jawabnya pendek. Aku jadi nyengir mendengar suara yg baru pertamakalinya keluar dari mulut anak kecil itu sejak aku merogoh2 vaginanya.
“ Gak apa,ntar juga nggak..” jawabku sambil kembali menyumpalkan kontolku yg tadi hampir muncrat ke dalam mulutnya,lalu kembali kututupi jaket.

“ Addduhhhh…ssshhhh…” lenguhku menahan nikmat yg menyelimuti batang kontolku saat kontolku kembali dikulum hangat. Bunga ia mulai mengeluar masukan kontolku dimulutnya walaupun Cuma sepotong. Ada rasa ngilu dikepala bonggolku setiap dia mengulumnya,namun akhirnya rasa nikmat itu kembali.

Kami kembali asik saling mengocok,dan tangan kananku sekarang meremas2 pauyadaranya, Bunga semakin merintih2. namun kocokannya menjadi terganggu. Akhirnya kepalaku masuk kebawah jaketnya dan dengan susah payah aku berhasil menemukan bibirnya,kulumat bibirnya yg berbau pejuhku,ia melenguh…
‘’ Eemmmhhhh….emmmhhhh….”
Tak lama kemudian ia membalasku ganas sekali,menghisap2 lidahku dengan garangn,tangannya sekarang berbalik memeluk kepalaku.

“ Sssssshhhh….pengggeeennn ppipppiiissss…ssshhhh “ katanya dalam lauapan biarahinya. Maka kupindahkan mulutku ke payudara kirinya,kausnya kuangkat,dan payudaranya yg membusung kencang kulumat habis,sementara tangan kananku meremas2 payudara kanannya. Nafsunya melonjak seketika,mulutnya semakin melenguh lenguh…sedang pantatnya sudah tak lagi malu2 bergoyang naik turun menyambut kocokanku. Aku tahu Bunga hampir sampai pada orgasmenya,namun ia tak menegtahuinya.

“ Pipis disini saja sayang…bisikku…” Ia semakin melonjak lonjak,hingga suatu ketika ia meremas rambutku dan menekan kepalaku kuat2 kepayudaranya yg sedang kuhisap,lalu pantatnya menegang keatas berulang2,tubuhnya kelojotan seperti ayam disembelih….segera kumasukan jariku dalam2 dan menekan kelentitnya kuat2,lalu kucium mulutnya dan ia menghisap mulutku kuat sekali sambil melenguh…
‘’ Mmmmhhhhh…….Bunga pipppiiiiisss….eennnnaaakkkkhhhhh…..”

Terasa jariku berkedut kedut diremas cincin lubang kemaluan Bunga yg sedang berkontraksi,lalu tubuhnya diam tak bergerak,desisannya berhenti hanya helaan nafasnya yg masih memburu. Bunga telah mencapai puncak kenikmatan dari sebuah permainan seks dewasa. Tadi Bunga merasakan tubuhnya seperti terbang,sementara kemaluannya terasa mengedut nikmat,lalu stelah segala nikmat melanda dirinya,terasa tubuhnya lemah lunglai tak bertenaga. Sebuah hal yg baru dialaminya seumur hidup. Amat nikmat.

Ketika kubuka jaketnya,ia menutup muka dengan kedua tangannya,aku tahu ia malu dengan kejadian barusan.

Lalu sambil mengelus rambutnya,kubisikan sesuatu ditelinganya…
“ Bunga,kamu telah orgasme,itu biasa,jangan malu ,nikmati aja…gak apa2,tenang aja ok “ bisikku .
Ia diam. Lalu…
“ Dengerin sayang, nanti kamu akan merasakan yg lebih enak,punyamu akan ku jilat kalu tempatnya enak,pasti kamu suka..jangan malu ya, tenang aja. Sekarang jilat lagi punya ku ya.. “ bisiku pelan. Ia mengangguk.

Maka kuteruskan hajatku yg tertunda,ku genggamkan tanganya di kontolku,dan sekarang ia mulai mengerti,dikocok2nya kemaluanku..lalu dimasukannya kemulutnya….
“ ooooooooooohhhhhhhhhh…… lenguhku panjang saat merasakan kembali hangatnya mulut gadis muda itu mengulum bonggolku..

Lalu ia mulai mengeluar masukan kontolku dengan teratur…
selang beberapa menit,aku tak bisa menahan diri lagi…kemaluanku hampir mencapai puncaknya,namun dalam kenikmatanku yg amat sangat,aku masih berfikir, dimana harus kumuncratkan air maniku..? jika dimulutnya aku takut muntah,sedang diluar takut dia gak ngerti dan dikeluarkan begitu saja..maka kutanya dia…
“ Bunga sayang.., boleh keluar dimulut ?’ tanyaku sambil menahan kenikmatan yg sudah diubun ubun.
“ Apa maksudnya…?” ia balas berbisik.
“ Aku ingin merasakan seperti yg tadi kamu rasakan sambil “ ini ” ku tetap dimulutmu “..kataku sambil terkial kial menahan puncratan pejuhku…ia mengangguk…

Maka tak bisa kubendung lagi, sambil menggeram aku menahan kepalanya,dan menekannya kebawah,sedangkan pantatku mnghenjut henjut keatas membuat kemaluanku tertancap dalam2 di mulut gadis itu, dan crrooottt…crrooott…cccrooottt….menyembur nyemburlah lahar dari lubang kencingku memenuhi mulut gadis lugu itu…
“ Hheeeuuuuuuuu……ooooooohhh….” Aku mengejang ngejang merasakan nikmat yg melanda kontolku…

Lalu tubuhku mengelososh lemas. Oooh…betapa nikmatnya puncratan air maniku tadi. Namun belum sempat aku istirahat, Bunga nampak bangun dengan mulut monyong2 terbuka,dari bibirnya menetes netes sperma yg tadi kukeluarkan,matanya nampak merah…
” Oooo….ooo….ooo..” benar saja,Bunga mau muntah akibat pejuhku, maka segera kututup resletingku dan resletingnya yg masih terbuka. Semua nak yg ada disekitar kami terbangun….dan ribut.
“ Ada apa, siapa yg mabok “ kata mereka riuh rendah…
‘ Si Reva euyyyy…! Huuuu dasar kampungan,gitu aja mabok…kasih kantong plastik biar jadi bubuuurrrr” teriak mereka semakin riuh.
“ Dasar bego “ fikirku dalam hati,” Orang muntah gara2 pejuh,disebut mabok…hehehe…”

Bunga benar2 sangat menderita,maka aku lap pejuh dimulutnya dan kusodorkan kantong plastik kemulutnya sambil kupijat pijat lehernya, ia benar2 muntah, matanya mendelik delik…mobil kuminta berhenti ditempat yg ada Wcnya. Maka ketika berhenti,berhamburanlah anak2 keluar,pada kencing… Kubawa Bunga ke WC dengan perasaan bersalah..kusuruh mencucinya mulutnya,lalu dia keluar sambil manunduk nunduk dengan wajah tanpa ekspresi…kusodorkan minuman sprite dan air mineral untuk menghilangkan mualnya..ia minum lahap sekali tanpa kata2.

Setelah kembali ke bis,aku minta maaf. Namun ia tidak marah,Cuma mencubitku keras sekali sambil cemberut..,aku ketawa melihat tingkah lakunya yg lugu.

“ Pokoknya maafin ya, kuganti deh..” janjiku.
“ Bener ya,..awas kalo bohong “ matanya mendelik manja. Aku tersenyum. Kami tiba di tujuan jam 6 pagi. Dan sebuah pengalaman aneh telah kami alami.

SELESAI

Bunga…,fhoto2 kita masih kusimpan baik2,masih ingat waktu di gunung ?

@@@@@@@@@@@

Kisah nyata ke sembilan

Bunga Bagian II

Sejak kejadian di bis itu,banyak hal yg telah kami alami,Bunga sudah bukan Bunga yg dulu,sekarang Bunga sudah dewasa,mengerti tentang laki2,Bunga sudah jadi perempuan. Namun ada satu hal yg tetap terjaga,Bunga masih perawan,aku tidak pernah memasukan kemaluanku padanya,hal itu membuat dia sangat percaya dan menyayangiku.

Ketika ujian Nasional beres,nilai Bunga sangat bagus,orangtuanya meminta ia sekolah di Jakarta,namun Bunga menolaknya mentah2,ia mengadu kepadaku dan meminta bicara kepada kakek neneknya agar gak diijinkan sekolah di jakarta.
Namun sebelum aku kerumah kakek neneknya,mereka sudah datang kerumahku,sambil membawa kain buat bahan pakain yg diberikan kepadaku,mereka minta tolong agar aku membujuk Bunga supaya ikut Orang tuanya ke Jakarta. Mereka yakin,aku bisa membujuknya,karena menurut mereka hanya kata2 Pa D yg selalu diturutinya,dia berubah jadi baik dan penurut juga karena Pak D banyak membimbingnya. Begitu kata mereka. Aku merasa bersalah mndengar pengakuan mereka,dan berjanji akan mencoba membantunya.

Ketika kutemui Bunga,dengan berat hati ( jujur saja aku gak mau kehilangan dia ) kusampaikan bahwa sebaiknya ia ke Jakarta,ikut orangtuanya,kesempatan untuk mengetahui mereka.
Diluar dugaan,ia marah besar,ia menganggapku menghianatinya,bahasanya menjadi sangat kasar,dan apapun yg kukatakan tak lagi didengarnya. Ia pergi dengan marah sambil menangis.
Aku tahu,satu2nya orang terdekat yg dipercayainya adalah aku,dan sekarang ternyata sama dengan mereka. Bunga pasti amat terpukul. Aku berusaha menyusulnya,namun Bunga tidak ada dirumahnya,kerumah tem2nnya juga tidak ada. Sampai 2 hari ia menghilang,aku sangat kuatir,begitu pula kakek neneknya. Takutnya bunuh diri,karena Bunga memang nekat.
Pada hari ke 3 aku kembali kerumah teman dekatnya NN didaerah CB,Bunga masih juga tidak ada,tak ada yg mengetahuinya. Namun aku melihat NN seperti menyembunyikan sesuatu,maka dengan sebuah ancaman hukum, kupaksa NN untuk buka mulut. Ternyata Bunga selama itu menginap dirumah NN,keluarga Nn mengetahui situasi keluarga Bunga,dan karena kasian serta takut terjadi apa2,maka mereka memilih melindungi Bunga.
Kupaksa NN mempertemukanku dg Bunga. Ketika aku diijinkan masuk ke kamar NN oleh keluarganya, nampak Bunga sedang melamun sambil mendengarkan lagu melalui Handset di Hpnya. Ketika melihatku datang,sejenak ia nampak kaget,lalu segera melemparkan Hpnya dan berhambur memeluku sambil menangis.
Aku sangat terharu melihatnya,sambil kupeluk dan kuusap usap rambutnya,aku minta maaf dan kukatan bahwa aku juga tak ingin dia pergi. Cuma aku ingin dia punya hidup lebih baik,dan ingin orang tuanya juga tenang.
Ketika aku mengajaknya duduk,ia tak malu oleh keluarga NN tetap memelukku,lalu aku menasihatinya dengan lemah lembut,memintanya berfikir dewasa dan tidak terburu2 mengambil keputusan. Dan aku berjanji,jika dia tetap tidak mau ke Jakarta,maka aku akan membantunya agar ia tetap bisa sekolah disini bersama kakek neneknya.
Bunga nampak senang dan mau diajak pulang.
Setelah berpamitan pada orang tua NN,aku mengantarnya pulang,ia terus memeluku,dan karena hujan lebat,ditengah sawah sebelum sampai rumahnya,ia menciumku mesra sekali,nampak kerinduan dimatanya,bukan kerinduan seorang anak,tapi kerindun seorang perempuan. Setelah puas minta aku menghubunginya terus via Hpnya.
Akhirnya Bunga pulang,kakek neneknya nampak senang menyambut kepulannganya . Setelah kujelaskan,dimana,kenapa,sama siapa,meraka mengerti duduk persoalannya,mereka berterimakasih berulang ulang ats “ kebaikanku” dan akupun pulang.
Besoknya Bunga sms minta bertemu,karena kebetulan rumahku kosong,aku membawanya kerumah.
Dirumah dengan sedih ia cerita bahwa ia mau ikut orangtuanya ke Jakarta,namun ia tak mau kehilanganku. Ketika kunyanyikan lagu yg kuciptakan saat ulang tahunnya dulu,ia benar2 menangis sejadi jadinya,nampak anak itu sangat menderita,aku menjadi sangat trenyuh melihatnya,sehingga ketika kuputar lagu kesukaan kami , TERBAIK UNTUKMU….

….ku sadar bahwa kini
kita sudah..smakin menjauh..
Sempat aku berfikir ini,…kau yg menginginkannya…
Lepas dari pelukku …ooooo

( Ooooo…kini kusadari,ini salahku,tak ingin ku terlambat dan sesali…)

ingin kau tetap disini…bersamakuu…jangan pergi….

Akupun terbawa emosi…menangis sambil memeluknya erat2…
“ Aku gak mau kehilanganmu…, akau gak mau kehilanganmu…” isaknya berulang ulang.
Setelah kami puas menumpahkan isi jiwa kami,lalu ku antar dia pulang,dengan janji…kita akan jalan bersama besok,menginap.

Besoknya aku jemput Bunga ditempat yg telah kami sepakati,aku kemudian membawanya ke sebuah penginapan di kota B bernama hotel “ S “
Ketika hotel telah kubayar,Bunga kuajak masuk,namapk orang2 dan petugas memandang kami seperti menyelidik,aku yakin meraka curiga padaku walau kukatan itu adiku yg mau kujemput sekolah di Jakarta.

Malam itu,kami ngobrol sebentar,namun kemudian Bunga nampak banyak berdiam diri,melamun dan tidak konsentrasi. Ketika kutanya ada apa,ia tidak menjawab. Maka aku menyuruhnya tidur. Iapun berusaha tidur walau terlihat sangat kesulitan. Setelah lama kulihat dia masih terjaga,maka kuberanikan diri menciumnya….dia diam saja.
Kucium lagi..dia mengeluh….
“ Mmmmmhhh……” namun masih tak bereaksi,dan aku mersa mendapat angin,maka segera kulumat lumat bibirnya dan lidahku menusuk nusuk langit2 mulutnya,ia mendesah merasakan nikmat dirongga mulutnya dan mulai beraksi….lidahnya membelit lidahku..dan aku menghisap2nya lembut.
Segera aku menindihnya,namun ia nampak kuatir…
“ Ada apa..?” tanyaku, ia menggeleng. Otaku berputar belum memahami fikirannya,hingga suatu saat ia kutanya…
“ Kamu takut aku merusak “ini“ mu yank ..?” tanyaku hati2…ia mengangguk.
Aku mengerti,ternyata ia gelisah karena itu,antara ingin dan takut…
“ Dengar Bunga sayank..jika mau aku sudah lakukan dulu2, jadi jika kamu gak mau,maka aku tak akan melakukanya..faham.” kataku meyakinkan,ia mengangguk.
Maka ketika kucium lagi bibirnya ia mulai membalas dengan bernafsu…kuremas payudaranya…” OOOhhh….” ia pun melenguh…

Akhirnya kubuka pakiannya dan pakaianku,ketika tubuhku menindihnya..ia menutup matanya sambil menggigit bibir…maka kulumat kembali bibir yg terkatup itu sehingga mendesis desis…tanganya memeluk kepala dan punggungku. Tanganku mulai meremas2 payudaranya yg sudang mengeras,sementara bonggolku yg tak mau kompromi,sudah teracung mengangguk angguk dan menempel diperut Bunga membuat Bunga semakin bernafsu….
Kuturunkan kepalaku dan mulai melumat dan menjilat payudara kananya,sedang yg kiri kuremas2 dengan lembut,putingnya yg mencuat kujilat2 dan diselipkan diantara gigiku,sementara kemaluanku menggesek2 belahan pahanya ….
“ Sssshhhh…ooooohhhhh…ssshhh…eennnakkk….” rintihnya berulang,badannya nampak menggigil tubuhnya terasa panas sekali,sementara nafasnya memburu…
Setelah agak lama aku mulai turun kebawah,menjilat jilat perutnya,turun lagi kebawah,menjilat jilat bawah perutnya…ketika tiba di vaginanya yg gundul itu…Bunga mengangkat kepalaku…disela sela desahanya yg tak henti henti, ia berkata parau….
“ Jangannnn…belum dicucciii….” Mana peduli aku,sedangkan aku tengah khusuk2nya menikmati memek gundul yg empuk pada tubuh mulus itu.
Maka kuangkat kedua kakinya sehingga nampaklah lubang vagina perawan itu merah kecoklat coklatan….kubenamkan kepalaku di belahan kemaluan BGT….ia bergetar hebat….mulutnya meracau tak karuan…
‘’’ Ooouuuuhhhkkk….sssshhh…eennnnakkkk bangeeettt…” rintihnya,pantatnya menyembul nyembul menyambut jilatan 2ku dikelentitnya.
Aku semakin bersemangat mengisap dan mengenyot2 vagina Bunga, aroma vaginanya yg khas menusuk2 hidungku dan sangat merangsang berahiku…
“ Ssshhh…terruuusss….tteeerrruuusss….” rintihnya sementara kepalanya bergerak kekiri kekanan dengan mulut mendesis desis setengah terbuka. Matanya nampak merem melek merasakan kenikmatan yg melanda vaginanya.

Setelah puas,aku berdiri berbalik dan mengangkanginya….kemaluanku tepat diatas mulutnya,maka ketika kuturunkan,Bunga segera mengulumnya blleesss..amblaslah kemaluanku dimulut gadis itu,
Aku Cuma mampu melenguh sambil mendongakkan kepala saking nikmatnya…
“ Ooooouhhhhh…..sayang….enak banget. “ perasaan hangat menjalar dari ujung kepala kontolku keseluruh tubuhku dan aku merasa seperti hendak kencing tetapi nikmat sekali,lidah gadis itu manyapu nyapu lubang kencingku dengan teratur.
Segera kuangkat kedua kaki Bunga kearahku,dan kedua pahanya kujepit dengan kedua ketiakku,maka terpampanglah tempat terindah seorang perempuan…sebuah vagina yg terbuka lebar tanpa bulu dimana dibawahnya terdapat lubang dubur berwana kecoklat coklatan yg mengempot empot kembang kuncup.
Segera kubenamkankepalaku disela pahanya,kumasukan lidahku kemulut vagina Bunga yg terbuka lebar, ia berhenti sejenak mengulum batangku,sambil mengeluh panjang tubuhnya melengkung merasakan nikmat yg mendera kemaluannya….
“ Ooooohhhhhhhhhh………”
Maka kujilat jilat dengan rakus kelentitnya sambil ku colok colok lubangnya dengan lidahku..Bunga bergetar getar menikmati birahi yg dirasakannya. Tubuhnya terasa semakin panas,nafasnya semakin cepat dan tersengal sengal…aku semakin rakus menjilat bahkan kubuka seluruh mulutku menghisap dan menjilat semua isi kemaluan Bunga,sehingga ia semakin menggigil merasakan nikmatnya .
‘ Oohhhh…Pa D,…eennnnakkk bangeetttt….sssshhh…ooohhh…”
Untuk menambah rangsangan birahinya,kumasukan jari kiriku kedalam kemalunya,terasa sempitnya masih menggigit seperti kemarin,maklum aku tidak pernah menyetubuhinya…Bunga meronta…pantatnya bergoyang kian cepat…kemaluanku terasa semakin nikmat dimulutnya karena giginya sesekali menggigitku ketika dia merintih atau melenguh akibat isapanku di vaginanya.
Aku semakin bernafsu,maka kuangkat sedikit tubuhku untuk menjangkau lubang dubur yg kuncup mekar itu…lalu kujilat lubang duburnya…dalam nafsu dan nikmat yg melanda duburnya…Bunga masih berusaha menahanku,mungkin agak risih….
“ Jangaaannnn…..jangannn…ssshhhh…oookhhh…” tapi aku terus menjilat duburnya dan semakin menekan pantatnya keatas. Bunga semakin meliuk liuk merasakan sensasi yg berbeda akibat jilatanku di duburnya…
Ini pertama kali kulakukan padanya,setelah cukup lama dia kuberi pelajaran baru…kembali kelentitnya kujilat jilat dengan cepat hingga pantatnya semakin tersembul sembul…
Tangan kanan ku kucoba menyentuh lubang duburnya,Bunga diam saja,maka kuteruskan menekan nekan lubang itu dengan telunjukku sambil tetap menjilat jilat kemaluannya sementara jari kiriku masih keluar masuk di vaginanya…efeknya luar biasa, Bunga berkelojotan sambil mendesis desis tak karuan….
“ Ooohhhhhh…sssshhh…terussss…teeerrruuusss……oohhhh..”
Kujilat jari kananku sejenak,dan sambil tetap menjilat kelentitnya kumasukan sedikit demi sedikit jariku ke lubang duburnya….Aku merasakan rasa hangat dan lembut menyerang jariku…jepitan lubang duburnya mencengjaram jariku kuat2….ooo nikmatnya.

Bunga Cuma mengeluh kegelian….kukeluarkan sedikit,kumasukan lagi,kukelurkan lagi,kumasukan lagi, lalu kutekan lagi hingga seluruh telunjukku tengelam dilubang dubur Bunga…ia mangeluh panjang…badannya bergetar…..
Ketika tanganku masuk seluruh dubur Bunga,terasa cincin rektumnya mengeggam kuat jariku dan aku merasa seolah kontolku ada disana…dalam jepitan dubur itu…maka terasa hulu dan bonggolnya semakin nikmat menerima tiap kuluman Bunga yg terus keluar masuk….
Selang beberapa saat,Bunga semakin cepat menggerakan pantatnya,aku mempercepat isapan dan jilatan di keletitnya…aku tahu Bunga hampir mencapai orgasmenya….dan dalam sebuah jeritan panjang…Bunga mengejang,tubuhnya melengkung lengkung seperti udang, tangannya menekan kepalaku kuat2 ke vaginanya, matanya yg sayu mendelik delik merasakan vaginanya mengedut ngedut nikmat…
‘ Oh hheeeuuuuhhhhhkkkk….aku kkeellluuuaarrrrr.” erangnya panjang,tubuhnya bergetar dan bergidik sejenak…lalu lemas.
Ketika dia menjerit,aku menghentikan gerakanku dan menyedot seluruh kelentitnya kuat2 sambil menekannya dengan lidahku…
Terasa kedua jariku diremas remas oleh vagina dan pantat Bunga,sementara kemaluanku diisapnya kuat2 hingga terasa sebagian giginya mengenai batangku… lalu cairan hangat merembes dari vaginanya menyentuh lidah dan mulutku….dan tubuh Bunga mengeloso nampak lemah sekali..kontolku keluar dari mulutnya yg berhenti bergerak…
Tadi Bunga kembali merasakan kenikmatan sempurna dan amat hebat akibat ransangan dikedua lubangnya,antara perasaan ingin kencing dan ingin beol membuatnya malah menjadi nikmat tak terhingga…

Melihat kondisi tubuhnya yg benar2 lemah,aku kasian,maka kubisikan sesuatu…ia nampak kaget…
“ Maksudnya dibelakang ?“ Tanyanya heran.
“ Ia sayang…boleh ya, kan kamu tetap perawan ok? “ tanyaku penuh harap…
“ Mmmhhh….mmmhhh…ia deh .” katanya pasrah.
Aku memintanya untuk menungging,ketika dia menurut dan aku menghadapi pantatnya,nafsuku langsung mengegelegak melihat indahnya dubur Bunga..ingin segera kumasuki ruang sempit itu…oooo pasti nikmat,kontolku semakin keras terangguk angguk.
Namun aku harus sabar,karena ini pertama kalinya bagi dia. Maka kumajukan mulutku dan menjilat jilat duburnya yg sangat terbuka itu,lalu kujilat kemaluannya…ia mendesis..rupanya ia kembali merasakan nikmat di dubur dan vaginanya…

Namun aku sudah tak sanggup menahan diri lagi,maka dengan hati hati dan badan gemetar,kuarahkan kemaluanku kedubur Bunga,…dadaku berdebar keras ketika merasakan hangatnya lubang dubur perawan kecil itu menyentuh bonggolku….
Lalu kucoba menekan pantatku kedepan sambil memeluk pantatnya,namun terasa sempit sekali…sulit aku menembusnya…
“ Oohkkk…ssaakittt…” rintih Bunga sambil menarik pantatnya…
“ Tenang sayang,nanti nggak, aku jilat dulu biar licin “ bisikku dengan nafas memburu ditelinganya…lalu kembali kujilat2 duburnya hingga basah kuyup…
Kuarahkan lagi dan dengan hati hati kutekan…masuk ujung kepalanya..rasanya diriku melayang ketika nikmatnya jepitan dubur Bunga menjepit kepala batangku…
“ Oooooouhhh ssssaayayyanggg… “ rintihku parau…lalu kugerakan lagi sedikit…masuk lagi setengahya,Bunga nampak meringis2 namun tetap menungging…oh tuhanku nikmatnya gak bisa dilukiskan kata2..ketat sekali jepitan duburnya…
“ Ooohhhhh…….ttttaaaahhannnn yyyaaa… “ bisiku dengan nafsu diubun2…terasa hendak muncrat kontolku menahan nikmat yg tiada taranya…
Kutekan kembali dengan pelahan…dan…bllesss….amblaslah seluruh batang kemaluanku menembus dubur Bunga…
“ Oooohhh…….” Bunga merasa sesuatu menggajal perutnya dan seperti hendak membongkar seluruh isi perutnya sehingga dia merasa mual dan pengen eek…
namun ia merasakan geli geli yg nikmat di duburnya….maka ia membiarkan batangku menembus dasar duburnya….
“ OOOkkhhhhhhhhhhh….” Aku hanya mampu merintih panjang ketika seluruh kemlaunku menbus dubur Bunga dan menacap seteguh teguhnya di dubur Bunga,terasa dengkulku lemas ,kepalaku tak sadar mendongak kebelakang sedang tubuhku bergetar menahan nikmat yg membuntu kan otakku…sementara tanganku semakin erat memegang pinggangnya yg empuk dan lembut…

“ Sakit sayang ?…kalo sakit mau dicabut…” bisiku ditelinganya..
“ Sekarang gak…terusin aja…Cuma pengen eek..” jawab Bunga polos.

Aku segera mendorong kembali batangku duh…nikmatnya,menariknya lagi..duhhh…mendorongnya lagi….aku benar2 tak sanggup lagi bertahan..hanya 3 kali tarik dorong….badanku langsung mengejang dan…crreettt..creeett..crreeeeettttt…air maniku tumpah memenuhi dubur Bunga.
Sementara kemaluanku menancap sedalam dalamnya di dubur Bunga,
“’ Ooooohhhh… akhuu gakk kuatt….hheeeuuukkhhh…jeritku sambil mngedut ngedut…tubuhku benar benar melayang merasakan nikmatnya kedutan kedutan kemaluanku yg dijepit amat ketat oleh dubur Bunga,sehingga tubuh Bunga tergontai gontai menerima hujaman hujaman kemaluanku yg dalam dan keras seperti hendak menghancurkan seluruh duburnya…
Entah berapa banyak air mani yg kutumpahkan dianus Bunga,dan Bunga merasakan hangatnya semburan air maniku menyemprot nyemprot dinding anusnya membuatnya merasa nikmat.

Lalu kuturunkan pantatnya dan aku memeluknya tanpa mengeluarkan kemaluanku diduburnya,ia nampak menikmati saat saat aku menikmati sisa sia kenikmatan yg sedang kurasakan.
Setelah agak lama,kemaluanku mengecil dan keluar sendiri dari dubur Bunga,aku menciumnya…ia cuma tersenyum.
Malam itu Bunga orgasme sampai 4 kali,sedang aku Cuma 2 kali tapi sangat hebat dan sempurna. Tapi yg penting, Bunga masih perawan.

Jam 7 kami pulang,Bunga langsung ke Jakarta,setelah agak lama kami kehilangan kontak hingga sekarang,sekarang aku telah beristri. Tapi Bunga tak pernah lepas dari ingatanku.

SELESAI

Kambing Betina

$
0
0

Pengalaman ini terjadi tahun 1989, kisah ini dialami oleh temanku,K. K adalah temanku,perawakanya tinggi besar,kulitnya gelap,dengan rambutnya yg lurus. Selepas SMP,  K tidak melanjutkan sekolah, 
sementara aku langsung ke SMA. Seperti umumnya anak muda usia belasan,kami lagi senang2nya terhadap lawan jenis,terutama yg berbau sex. Apapun yg berhubungan dengan sex kami lakukan,baik itu mengintip,membaca buku porno,maupun mencuri2 menonton flm porno. Namun untuk penyaluranya tentu saja tidak ada, dan alternatif termudah adalah onani.

Namun K merasa tidak cukup dengan onani,ia berusaha mencari cara lain,diantaranya adalah menyetubuhi ayam,tapi menurut K dubur ayam tidak enak,karena ketika kemaluan kita menembus dubur ayam,dubur ayam menjadi sangat lebar dan tidak menggigit. Sehingga kenikmatan persetubuhan jadi tidak nikmat.

Di kebunku yg jauh dari kampung kami membangun sebuah tempat istirahat,disebut Ranggon. Terbuat dari kayu dengan tiang2 yg tinggi,letak bangunan ada diatas, sehingga apabila mau istirahat,atau berlibur,kami harus menaiki tangga sekitar 2 meter diatas tanah. Ranggon kami memilki dua tingkat sehingga ada dua ruangan,diatas dan dibawah. Dan disebelah kanan ranggon kami terdapat kandang kambing,yang kebetulan diurus oleh bapaknya K.

Karena tempatnya dihutan,maka jarang orang yg datang ketempat itu,kamipun hanya sesekali berkunjung sekedar main,atau istirahat saja.

Pada suatu hari aku sengaja ke Ranggon,karena disuruh ibuku mengecek pekerjaan bapaknya K untuk menanam kayu jati di kebunku.
Setelah beres,lalu aku ke ranggon tidur2an,namun aku kebablasan,aku baru terbangu stelah ahri agak sore,itupun karena kudengar suara kambing yg riuh rendah.

Aku penasaran ingin tahu ada apa dengan kambingku,ternyata aku lihat K sedang berada di kandang. Maka aku turun untuk menyapanya,tapi ketika sampai di tingkat bawah aku melihat sesuatu yg ganjil. Nampak K telah mengikat dua ekor kambing betina,sehingga kambing itu tak bisa bergerak, sedang kulihat K lagi mengangkat angkat ekor kambing yg sebelah kiri dan mengikatnya,sementara kambing yg kanan ekornya nampak sudah terikat ke tubuh kambing itu,sehingga dubur kambing itu kelihatan.

Aku mengurungkan niatku untuk menghampirinya,dan memperhatikan apa yg akan dilakukan K dari bilik Ranggon. Karena bersebelahan dengan kandang kambing itu,maka apa yg K lakukan sangat jelas terliahat olehku.

Nampak sekali K sedang bergairah,badannya terlihat gemetar,lalu setelah ekor kambing kedia terikat,dibukalah celana K,dan…ladalah…..Kontol K sudah teracung acung keras sekali. Lalu K berjongkok di belakang kambing yg sebelah kiri,kepalanya nampak dipajukan ke pantat kambing itu,lalu kedua tanganya menyibakan memek kambing yang monyong itu,terlihat lubang memek kambing yg kecil itu ,merahnya bukan main,dan tanpa jijik,dijilat jilatnya memek kambing itu dengan bernafsu.

Aku benar benar terkesima melihat kelakuan K, sementara sang kambing mengembik ngembik sambil berusaha bergerak,entah merasa nikmat entah ketakutan dengan kelakuan K terhadap kemaluannya. Setelah lidahnya terjulur dan berhasil menjilat jilat memek kambing itu, tangan kanan K nampak berpindah mengelus elus memek kambing yg sebelah kanan,sementara tangan kirinya mulai sibuk mengocok ngocok kemaluannya sendiri. Tak berapa lama kemudian, jari telunjuk K nampak mulai diarahkan pada memek kambing yg sebelah kanan,nafsunya nampak sudah sangat tinggi,tangannya nampak bergetar ketika jarinya menelusup kedalam kemaluan kambing itu.

Mulailah ia mencolok colok memek kambing yg sebelah kanan dengan teratur,seolah olah sedang mencolok colok memek seorang gadis. Sang kambing semakin ribut mengembik2 ,sedangkan aku,melihat kelakuan K ternyata menjadi panas dingin,dan jujur saja,kemaluanku mejadi bengkak membesar. Aku terangsang dengan aksi binatang K terhadap kambingku. Dan kujamin,setiap manusia normal pasti akan bereaksi sama sepertiku.

“ HHHhhhh…ssshhhh…hhhh….” Terdengar helaan nafas K mendesah desah sambil terus menjilat jilat kemaluan kambing itu.

Taka berapa lama,K berdiri menghadap pantat kambing itu,kemluannya nampak teracung acung berkilat kilat karena lendir yg keluar dari ujung kemaluannya.
Lalu tangan kiri K kembali dipajukan,telunjuknya diarahkan pada memek kambing yg sebelah kiri,dan ketika berhasil menyusupkan seluruh jarinya ke ke dalam memek kambing itu..K nampak mendesis sambil memejamkan mata…

“ Ooohhh…kambinggg……ssshhhh.” Rintihnya sambil terus mengeluar masukan kedua telunjuknya di lubang memek kedua kambing itu…

Lalu ia menghentikan gerakannya,dan mulai meludahi tangannya terus diusapkan ke pada kemaluanya,sementara memek kambing yg sebelah kanan dijilatnya sejenak.
Dengan terhuyung huyung K mengarahkan kemaluannya ke memek kambing yg sebelah kiri..dikuakannya memek kambing yg kecil itu dengan kedua tangannya,lalu dengan badang gemetar ditekannya pantatnya….ia melenguh merasakan hangat dan nikmat diujung kemaluanya ketika menyentuh mulut memek kambing itu. Namun nampak K kesulitan menembus liang kambingku ini.

Aku semakin terangsang dengan yg dilakukan K terhadap ke dua kambingku, hingga suatu ketika…K menekan kuat kuat pantatnya sambil kedua tanganya membuka lebar lebar bibir memek kambing itu. Dan dengan diringi sebuah lenguhan panjang…amblaslah kemaluan shabatku itu ditelan memek kambingku…
“ Ooooohhhhhhhhh……..” rintih K sambil membeliak beliak dangan gemetar,sementara kepalanya mendongak kenikmatan. Dirasakannya bahwa memek kambing yg kecil dan basah itu telah mengempit kemaluanya sangat kuat,sehingga K merasakan seluruh tubuhnya menggigil menahan nikmat yg melanda kemaluannya.

Lalu…setelah berdiam diri sejenak dan merasakan kedutan kedutan memek kambing yg meremas remas kemaluanya,K segera memaju mundurkan pantatnya sambil memeluk tubuh kambing itu….sementara mulutnya tak henti hentinya mendesis desis keenakan.. “ SSssshhhh…ooohhhhh….enak bangettt….sssshhhh ooohhhh….” Erangnya sambil terus memajukan kemaluannya menghujam hujam kambingku.
Sang kambing terseok seok menerima hujaman K yg sangat bertubi tubi.

Aku semakin terangsang melihat kemaluan K menancap dalam memek kambing yg kecil itu,tampaknya memek kambing itu menjepit kemaluan K erat sekali….
“ Sssshhhhh…ssshhhh…nafasku jadi ikut memburu dan tanpa sadar aku mengocok ngocok kemaluanku sendiri..

K menegakkan badanya sambil terus menghujam hujamkan kemaluanya membongkar2 memek kambing itu,sementara tangan kanannya kembali mencolok colok memek kambing yg kanan,mata K semakin terbeliak beliak merasakan nikmat di kemaluan dan jari telunjuknya…terasa kedua memek yg sempit itu sama sama menjepit tangan dan batang kemaluanya erat sekali.

‘ Ohhh,..ssshhhh…ssshhhh….” bagai orang kepedasan K mengoyang goyang pantatny semakin cepat.

Lalu ia menghentikan gerakannya,dicabutnya kemaluannya dari memek kambing yg kiri sehingga ketika kontolnya tercabut,nampaklah lubang memek kambing yg merah itu telah membesar dan melongo akibat diganjal kontol K yg besar…K lalu mengarahkan kemaluanya yg basah kuyup akibat cairan kambing dan cairan kemaluanya ke lubang memek kambingku yg sebelah kanan, dan dengan paksa ditekannya kemaluanya menerobos lubang kemaluan kambing yg kanan,..

“ Ssssshhhhhhhhhhh………..oooohhhh…” rintihnya sambil meringis ringis ketika kemaluanya kembali menembus memek kambingku,mungkin K merasakan memek kambing itu seperti gadis yg masih perawan,sempit dan mencengram nikmat. Kambing itu tampak terlonjak seperti hendak lari,tapi tak bisa berbuat apa apa karena diikat kuat oleh K.

Aku kembali terangsang hebat melihat kelakuan K. Aaaahh…kayanya enak bangeeet memek kambing itu,,hayalku sambil mengocok ngocok kontolku yg telah basah oleh pejuh.

Setelah cukup lama K mengayuh kambing yg kanan kemudian dicabutnya lagi kontolnya,dan kembali tampaklah memek kambing yg merah itu melongo akibat diperkosa kontol K.

Diarahkannya lagi ke kambing yang kiri,disodokan,dikeluarkan,disodokan,dikeluarkan…pindah ke kambing yg kanan, disodokan,dikeluarkan, disodokan,dikeluarkan..begitu berulang ulang…

Mulutnya terus mendesis desis sementara pantantnya semakin bergoyang goyang meliuk liuk merasakan nikmat di seluruh kemaluannya….

Tiba tiba K mengarahkan kemaluannya ke dubur kambing ku yg kanan,dan dengan terburu buru ditekannya kemaluannya menembus dubur kambingku…

Kembali ia mengeluh panjang sambil membeliak beliak..sedang sang kambing kembali terlojak menerima serangan yg begitu keras di duburnya….ia mengembik ngembik semakin riuh…justru terlihat K semakin merem melek sambil meliuk liuk menggoyang goyang pantatnya..rupanya setiap kambing itu mengembik K merasakan kemaluannya dicengkram rektum sang kambing dengan erat,sehingga kontolnya terasa semakin berdenyut dan meletup letup…

‘’’ OOOOkkkhhhh…eeennnnaaakkk…..ssshhhhh…” erang K sambil melengkung lengkung…aku gelisah dengan kelakuannya antara jijik dan terangsang….

Selang beberapa menit nampak tubuh K semakin gemetar,suaranya semakin parau meratap ratap…pantatnya bergerak semakin cepat…matanya semakin mendelik delik kenikmatan..,lalu dicabutnya kemaluanya terburu buru dan di masukannya ke memek kambing yg sebelah kiri… tiga jari tangan kananya dimasukan ke memek kambing yg kanan,dan sambil memeluk kambing ku., K tampak kelojotan,mengerang ngerang sambil menghenjut henjutkan pantatnya,kemaluannya dihujamkan ke memek kambingku sedalam dalamnya, lalu tubuhnya mengejang sambil melenguh panjang…..
“ Oooohhhhh ennaakkk bangeeett……ssshhhhhh” …dan crot..crrtott…crrooooootttt….menyemburlah air mani dari kemaluannya menyemprot nyemprot memek kambingku….lalu tubuhnya lunglai memeluk kambingku yg terseret seret menahan bobot tubuh K yg telah melemas.

Aku tak bisa menahan diri lagi melihat perbuatan sahabatku itu,dan dalam kocokan tanganku yg semakain cepat, akupun mengejang merasakan nikmat yg terpancar dari lubang kencingku….

“ HHHhhheeeuhhhh…ssshhhh…oohhhh….” Erangku sambil erat erat menggenggam batang kemaluanku yg berdenyut denyut nikmat, dan meledaklah air maniku..memancar menyemprot nyemprot dinding ranggonku…

Akupun mengelosoh,merasakan kenikmatan yg baru saja kualami akibat K yg menyetubuhi kedua keambingku…

Tiba 2 aku kaget ketika diluar terdengar suara..
“ Lagi kerja nih…? “
Ketika kuintip ternyata suara pa Ustad Iyas, guru ngaji kami yg sedang mengambil rumput untuk kambingnya, K yg masih tanpa celana,tampak sangat terkejut dan langsung kabur tunggang langgang meninggalkan kedua kambingku yg sudah tidak perawan lagi dengan kedua ekornya yg masih terikat…sementara dari memek kambing yg satu nampak air mani K menetes netes keluar…
Pak Ustad nampak geleng geleng kepala sambil melepas ikatan kedua kambingku yg telah diperkosa K.

Sampai saat ini setiap ketemu K aku selalu tersenyum,mengingat kelakuanya. Karena sejak saat itu K menjedi terkenal dengan sebutan “ si kambing “.

Kerbau betina

$
0
0

Ceritanya bermula ketika aku masih duduk kelas 2 di bangku SMTP di kecamatanku. Saat itu usiaku sekitar 15 tahun. Maklum sebagai orang yang tinggal dan dibesarkan di suatu desa yang agak terpencil dari
keramaian kota, aku sehari-hari bekerja sebagai penggembala kerbau sebagaimana umumnya laki-laki seusiaku di desaku itu. Sebelum dan sepulang dari sekolah, aku mempunyai tanggung jawab untuk mengurus hewan-hewan piaraan keluargaku, sebab biaya pendidikan dan keperluan pokok sehari-hari kami, umumnya diperoleh dari harga kerbau. Kurang lebih 15 ekor kerbau yang harus saya urus setiap harinya yakni mengembalakan di padang rumput, memandikan di sungai, memasukkan ke kandang dan sebagainya.

Walaupun sejak kecilku aku sudah seringkali menyaksikan bagaimana hewan-hewan itu melakukan hubungan sex (kuda, ayam, sapi, kambing, anjing, burung misalnya), namun entah saat itu penga ruh setan dari mana sehingga aku tiba-tiba mulai terangsang memperhatikan sepasang kerbauku melakukan hubungan sex. Mungkin karena keduanya merupakan tungganganku sehari-hari yang paling jinak, bersih dan sedikit gemuk, apalagi masih mudah (belum pernah melahirkan), atau memang karena aku sudah terkena puber pertama, atau karena aku kesepian dari teman-teman penggembala lainnya. Yang jelas aku sangat terangsang melihat dengan asyiknya penis kerbau jantanku menyentuk dan menembus vagina kerbau betinaku dari belakang. Aku semakin mendekatkan wajahku ke dekat vagina yang tertusuk dengan penis yang panjang itu dan melihat bagaimana keduanya melakukan aksinya. Si jantan dengan keras dan cepat sekali menggocok-gocok vagina si betina, sehingga terdengar bunyi yang agak khas.

Ketika keduanya mencapai klimaks yang ditandai dengan amblasnya seluruh penis si jantan ke dalam vagina si betina dan sedikit terdiam lalu meneteskan cairan putih dari dalam kemaluannya, aku mencoba mencium dan meraba kedua bibir vagina si betina yang sedikit basah dan montok itu. Bahkan aku dengan mudah membuka kedua bibir vaginanya dan melihat dengan jelas dinding-dinding vaginanya yang agak keputihan setelah penis si jantang keluar, lalu memasukkan dua jari tanganku ke dalamnya, sehingga terasa agak panas dan halus. Keduanya masih terdiam di tempatnya, karena aku mengelus-elus kepalanya agar tidak bergerak dulu.

Kebetulan saat peristiwa itu, aku berada di atas kerbau jantanku dan menungganginya, sehingga punggungku bergerak-gerak mengikuti irama gerakan pinggul si jantan ketika ia menggocok vagina si betina. Hal itulah barangkali yang membuatku sangat terangsang.

Konsentrasiku saat peristiwa itu mulai terganggu. Aku semakin penasaran ingin juga menikmati vagina si betina itu, tapi aku masih takut jika ada orang lain yang melihatku karena aku berada di padang rumput yang luas dan terbuka. Belum aku turun dari atas kerbau jantanku itu, tiba-tiba datang lagi kerba u jantanku yang lainnya menaiki tubuh kerbau betinaku tadi dan langsung memasukkan penisnya hingg amblas seluruhnya. Aku cepat-cepat lompat dan memisahkannya agar tidak sembarang yang menggaulinya, apalagi si jantan yang satu itu sedikit kurus dan kotor. Akal kotorku mulai jalan. Menjelang tengah hari nanti, aku dapat salurkan nafsu bejatku lewat kerbau betinaku di sungai, sebab kebetulan setiap tengah hari aku bawa mereka berendam dan mandi di sungai bersama dengan teman-teman gembala lainnya. Hal itu sudah rutin kami lakukan, selain membersihkan tubuhnya juga untuk mengistirahatkannya sambil minum-minum.

Berbeda dengan hari-hari sebelumnya, di mana kami berangkat sama-sama dengan teman gembala lainnya ke sungai, tapi hari itu aku sengaja cepat-cepat membawa kerbauku ke sungai karena didorong oleh maksud lain sehingga menjelang tengah hari aku sudah ada di sungai itu berendam bersama dengan kerbauku. Suasana di sungai itu masih sangat sepi. Sejak dari padang rumput hingg a tiba di sungai yang jaraknya kurang lebih 1 km dari rumah penduduk, aku memang sudah menunggangi kerbau betinaku yang cantik dan mudah itu. Mungkin karena ia dalam keadaan suburnya (musim kawinnya) sehingga ia tenang sekali jika disentuh, apalagi ditunggangi. Aku banyak main-main di atasnya, kadang mengelus, meraba-raba kepala, dada dan pantatnya, bahkan berbaring di atasnya.

Sesampainya di sungai, aku langsung buka baju dan celanaku sekalian mumpung belum ada orang lain di sungai itu, apalagi hal itu sudah menjadi kebiasaan kami jika mandi di sungai. Aku sudah tidak peduli lagi kerbau lainnya. Aku hanya konsentrasi dan mengurusi kerbau betinaku yang sedang mengalami masa subur itu. Mula-mula kubersihkan seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki dan terakhir aku bersihkan bagian belakangnya, terutama di bawah ekornya itu. Aku coba mainkan tanganku dengan mengelus vaginanya, menusuk-nusuknya dengan telunjuk, membuka kedua bibir vaginanya dengan kedua tanganku. Terasa panas dan halus. Si betina itu hanya sedikit bergerak merendam tubuhnya sambil menikmati kehangatan air sungai yang masih jernih itu.

Pantatku dan pantat si betina itu tidak kelihatan karena terendam air. Hanya kepala kami yang nampak di permukaan air, sehingga sekalipun ada orang lain yang melihatku, tidak mungkin langsung curiga, karena ia tidak akan bisa melihat penisku bersentuhan dengan vagina kerbauku. Aku terus menggosok-gosok tubuh si betina dengan kedua tanganku, namun penisku mulai menyentuh bibir vagina si betina dan mulai terasa agak hangat. Entah apa si betina itu juga terangsang atau tidak, tapi yang jelas ia hanya diam dan kemaluannya terasa hangat. Aku semakin sulit menahan nafsuku ketika pantat si betina itu sedikit bergerak ke kiri dan ke kanan sebagaimana layaknya manusia yang sedang terangsang. Penisku yang berdiri sejak pagi hari akibat rangsang oleh persetubuhan antara kerbau jantan dengan kerbau betinaku, nampaknya sulit lagi kukendalikan. A khirnya kuputuskan untuk mencoba saja menyalurkannya melalui vagina si betina mumpung belum ada orang lain yang melihatku.

Karena memang bukan fitrah untuk berpasangan dengan manusia, maka wajar saja jika aku tidak kesulitan menembus vagina si betina. Penisku amblas seluruhnya tanpa hambatan sedikitpun. Nikmat sekali kurasakan saat itu, sebab baru kali itu penisku merasakan yang namanya vagina, meskipun vagina hewan, tapi kurasa tidak jauh beda rasanya dengan vagina manusia apalagi bagi orang yang dirundung nafsu birahi. Cukup lama juga aku keluar masukkan penisku di kemaluan si betina itu, meskipun dalam air. Si betina nampaknya juga menikmatinya. Ia tidak banyak bergerak dan seolah memberi kesempatan padaku untuk memperlakukannya hingga aku bisa mencapai kepuasan. Bahkan sedikit aneh, sebab punggungnya sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan namun agak lambat. Getaran dinding vaginanyapun terasa sekali menambah gairahku sehingga terasa lebih nikmat. Meskipun saat itu ak u belum bisa bandingkan dengan vagina manusia karena aku sama sekali belum pernah merasakan sebelumnya, tapi belakangan kuketahui ternyata bagi orang yang bernafsu tinggi seperti diriku sulit membedakan kenikmatan dan kehangatan dari keduanya.

Dalam tempo hampir satu jam, aku sempat memuncratkan spermaku ke dalam vagina si betina sebanyak 3x hingga teman-teman gembalaku berdatangan. Mereka hanya bertanya padaku tentang sebabnya aku tidak menunggu mereka namun dengan alasan kerbaku haus dan kepanasan, akhirnya mereka bisa mengerti juga tanpa sedikitpun rasa curiga pada diriku. Kami tetap kembali ke padang rumput secara bersama-sama dan pulang ke rumah bersama pula, tapi telah mengalami sesuatu peristiwa luar biasa selama hidupku, sementara mereka tidak. Itulah kegembiraan dan kebanggaan yang dapat kami raih saat itu, bahkan menjadi kenangan hidupku sepanjang masa. Hampir setiap hari aku peraktekkan pengalamanku itu lewat kerbau betinaku. Kadang aku lakukan di padang rumput dikala sepi dari temanku, kadang di kandangnya dan kebanyakan kulakukan di sungai. Sesekali pula aku mencobanya pada kerbau betinaku yang lain, namun kebanyakan pada kerbau betinaku yang pertama kali memuaskan nafsuku itu. Pernah sekali kuperaktekkan lewat anak kerbauku yang berusia 5 bulan dengan harapan vaginanya lebih sempit, namun malah aku ditendang lalu ia lari.

*****

Teman-teman penggemar cerita porn, mungkin tidak menarik dan merangsang bagi anda jika membaca ceritaku ini, namun bagi orang tertentu, terutama yang bernafsu tinggi seperti aku, tidak bisa membedakan mana vagina kerbau dan mana vagina manusia jika sudah sama-sama bersentuhan. Aku tidak mampu menghitung lagi berapa kali kuperaktekkan pada kerbau dan mungkin di atas ratusan kali sebab sejak kurasakan kenikmatan itu, aku hampir tiap hari melakukannya hingga aku berhenti menggembala karena melanjutkan pendidikan di kota Kabupatenku. Sungguh banyak sekali spermaku yang bakal jadi janin manusia terbuang sia-sia di kemaluan kerbau, namun belum sempat kusesali karena hingga usiaku di atas 30 tahun, nafsu syahwatku belum juga reda, bahkan semakin meningkat rasanya. Anehnya lagi, hampir tidak ada wanita yang kuanggap jelek dan membosankan selama mereka masih normal dan menyukai hubungan sex. Inilah kelebihannya bagi pria yang memulai petualangan sexnya lewat binatang atau hewan, apalagi bila nyata-nyata manusia. Sebab selalu dianggap lebih baik yang dirasakan belakangan dari yang pertama.

Entah diriku ini tergolong pria normal atau tidak, tapi yang jelas aku tidak memilih-milih wanita asal ia punya vagina yang bisa disetubuhi. Tua atau muda, berbulu atau tidak, harum atau tidak, basah atau tidak, montok atau tidak, sempit atau tidak, rasanya semuanya nikmat dan dapat merangsangku untuk mencapai tujuan pokok yang sebenarnya. Sejak peristiwaku bersama kerbau betinaku, aku senang sekali terhadap vagina wanita, sehingga muka, payudara, kelentit, rambut, bau, dan penampi lan tubuhnya seolah hanya soal yang kedua bagiku. Aku belum mau dikatakan menyerah dan menolak jika ditawarkan vagina wanita. Aku belum pernah menolak tawaran sex dari wanita hanya karena kurang menarik.

Sebelum aku melanjutkan pendidikan ke Kota, aku memang sempat merasakan nikmatnya vagina wanita selama dua kali. Pertama kali di sawah sewaktu menjelang musim panen dan yang kedua sewaktu menjelang pendaftaran/penerimaan siswa baru. Kedua perstiwa itu sama-sama sulit terlupakan karena mempunyai kesan tersendiri yang luar biasa. Keduanya pun sama-sama masih perawan desa dan masih tergolong di bawah usia. Namun kisahnya belum sempat kuutarakan melalui ceritaku ini, sebab terlalu panjang sehingga bisa membosankan pembaca.

Viewing all 20 articles
Browse latest View live